"Kesepakatan?"
Luca mengangguk singkat. "Karena aku tidak bisa mengusirmu lagi—"
"Jadi kau memang bermaksud mengusirku?!" Mihai memukul meja dengan kesal.
'Sudah kuduga! Dasar iblis!'
Mengabaikannya, Luca melanjutkan kalimatnya. "Kau akan kubiarkan tinggal sebagai pasanganku, tapi tentunya kita harus punya kesepakatan bersama."
"Kesepakatan apa?!" Mihai masih kesal. Ia tidak habis pikir kenapa pria ini sangat tidak bertanggung jawab.
"Aku akan menerimamu sebagai istriku tapi ini hanyalah sebagai status dalam dokumen negara."
"Hm?" Mihai mengernyit dalam, tidak begitu paham.
"Maksudnya, kita hanyalah pasangan di permukaan. Namun, tidak akan pernah ada rasa di antara kita, itu adalah kesepakatan pertama."
"Mengapa?" Mihai tidak paham. Ia bukannya ingin dicintai oleh pria dingin ini tapi jika suatu saat ada rasa cinta yang muncul, memangnya akan menyebabkan sesuatu?
"Aku benci half-beast dan aku juga tidak suka kau jadi tidak mungkin. Bagaimana? Kau sepakat atau tidak?"
Mihai menatap Luca dalam diam untuk beberapa saat.
Luca menunggu dalam diam. Ia tidak yakin apakah Mihai sedang berpikir atau tidak – karena ia yakin otak Mihai kosong – tapi jika memang Mihai membutuhkan waktu untuk berpikir, ia akan memberikannya. Lagi pula, ia tidak sedang terburu-buru.
"...?" Tiba-tiba, bagian dadanya seperti ditusuk oleh sesuatu. Namun, ketika Luca melirik bagian dadanya, ia tidak menemukan apa pun di sana.
'Apa hanya imajinasiku?'
"Hmph! Aku juga tidak menyukaimu! Lagi pula, aku mendatangimu karena hanya ingin kau membantuku membiayai Liviu karena keluargaku miskin. Baiklah, aku sepakat!" setuju Mihai menarik perhatian Luca kembali.
"Baik. Itu adalah kesepakatan yang paling utama...."
"Eh? Memangnya masih ada lagi?"
Luca menggerakkan tangannya dan selembar kertas muncul di depan Mihai. "Tidak mengganggu pekerjaanku; tidak ikut campur dalam kehidupanku; tidak ikut campur dalam hubunganku dengan apapun; tidak membuat keributan di kediaman; aku hanya akan membiayai anak kita, sisanya kau yang urus; jika kau membahayakan satu pun anggota di dalam kediaman, kau akan diusir; ketika ingin keluar, kau harus ditemani, jika tidak, tidak boleh keluar." Ia membacakan semua peraturan yang ada di dalam kertas itu lalu berhenti sejenak untuk menarik napas.
"Jika kau setuju, tanda tangan dikertas itu." Sebuah pena muncul di sebelah kertas.
Kernyitan di dahi Mihai semakin dalam. "Mengapa aku harus ditemani kalau mau keluar?"
"..." Luca menyeruput air putihnya tanpa terlihat ingin menjawab.
"Woi! Kau budeg?!"
"..."
Mihai menatap tajam pada Luca tapi pria itu membalas tatapan Mihai dengan acuh tak acuh, tidak ada niat untuk menjawab sama sekali.
Menghela napas kecil, akhirnya Mihai menyerah. "Baiklah. Tapi ... aku keberatan dengan satu poin."
Alis Luca terangkat sebelah. "Apa itu?"
"Tidak ikut campur dengan hubunganmu. Aku akan menerimanya selain hubungan percintaan."
Luca tidak terlihat akan menerima ataupun menolak. Ia hanya menatap Mihai seperti menunggu penjelasan lebih lanjut.
"Karena kau bukan dari kaumku maka kau tidak tahu, tapi untuk half-beast yang sudah memiliki anak, sulit untuk mencari pasangan lain lagi walaupun kau tidak punya pasangan. Jadi, kemungkinan aku tidak memiliki kehidupan percintaan untuk ke depannya sangatlah besar. Kau sudah membuatku seperti ini jadi kau harus bertanggung jawab. Kau tidak mau terdapat hubungan percintaan di antara kita jadi aku juga tidak mau ada hubungan cinta lain di luar sana. Kalau kau menyanggupi ini, aku akan menyanggupi semua peraturan lainnya."
Mihai tidak bohong. Contoh yang paling nyata adalah papanya sendiri. Mihai tidak pernah tahu siapa ayahnya. Sejak ia memahami tentang dunia, papanya sudah sendiri. Ia dan saudaranya sudah berusaha mencarikan pasangan hidup lain untuk papanya tapi hanya dengan mendengar bahwa status papanya sudah memiliki anak, semuanya langsung mundur. Hal ini dikarenakan, half-beast adalah makhluk yang sangat posesif. Mereka akan menjejakkan bau mereka kepada pasangannya dan tidak suka kalau pasangannya memiliki bau orang lain. Bagi half-beast yang sudah memiliki anak, bau tubuh pasangan mereka akan terus melekat, berapa lama pun waktu berlalu. Jadi, half-beast yang ditinggal pasangannya setelah melahirkan hanya akan bisa menjadi janda seumur hidup.
Luca mempertimbangkan sejenak. Ia masih memiliki niat untuk bertemu Diana. Namun, ia sendiri tahu mengenai semua kenyataan yang dikatakan Mihai. Sebagai pihak yang sudah terlibat, seberapa besar pun keengganannya, ia tetap memiliki kewajiban untuk bertanggungjawab. Pada akhirnya, Luca mengangguk. "Baiklah."
Mihai langsung menandatangani tanpa mengatakan apa-apa lagi.
"Sekarang, giliranmu. Katakan saja apa yang kau inginkan dan semuanya akan tertulis di dalam kertas ini secara otomatis," ujar Luca.
Mihai awalnya mengira tidak akan mendapat kesempatan untuk memberi persyaratan dari pihaknya juga. Ternyata, Luca adalah orang yang cukup adil. Hal ini membuat pandangannya terhadap Luca sedikit berubah.
'Hmm ... apa yang aku inginkan, ya....'
"Aku ... ingin sekamar denganmu."
"Tidak mungkin."
Mata Mihai berkedut. Luca menolak keinginannya tanpa pikir panjang.
"Ka—kalau begitu, makan pagi, siang, dan malam bersama."
"Aku sibuk."
Urat-urat muncul pada dahi Mihai. Amarahnya meluap hingga kepala. "JADI KAU MAUNYA APA?!"
'Kutarik kembali! Ternyata dia memang egois dan brengsek!'
Luca menggaruk pipinya. Ia sendiri sadar bahwa ia tidak boleh seperti ini tapi yang ia inginkan adalah tidak bertemu dengan Mihai sebisa mungkin. Namun....
"Hah...." Luca menghela napas pasrah. "Untuk kamar, aku akan memberimu kamar tapi tidak satu dengan punyaku. Sudah kubilang aku tidak suka half-beast. Itu adalah tawaran yang sudah paling bagus."
"Ba—baiklah...." Mihai masih sedikit tidak terima. Walaupun hanya permukaannya saja mereka menjadi suami istri, ia tetap ingin menjalin sedikit kedekatan dengan suaminya ini. Lagipula, ia harus menghabiskan seumur hidupnya dengan si muka suram ini, suka atau tidak suka.
'Tapi ... yah, masih lebih baik daripada tidur di kandang kuda.'
"Untuk makan ... baiklah." Luca menutup kalimatnya dengan helaan napas panjang membuat mata Mihai berkedut.
'Brengsek ini! Seberat itu kah? Padahal hanya makan bersama!'
Mihai menahan diri untuk memprotes dan melanjutkannya ke syarat berikutnya. "Memperbolehkan keluargaku untuk datang ke kediaman untuk bertemu dengaku dan Liviu."
"Sebulan sekali," putus Luca.
'Sedikit sekali!' Tapi, lebih baik dari pada tidak ada jadi walaupun urat-urat di dahinya semakin banyak yang muncul ke permukaan, Mihai menahan protesnya. "Ba ... iklah...."
"Terakhir, seminggu sekali, bawa Liviu keluar."
"Tidak bisa."
"Woi! Dia juga anakmu. Setidaknya—"
"Aku sudah bilang. Aku hanya membiayainya saja, tidak lebih dan kau sudah menyetujuinya."
Mihai hampir kehilangan kata-kata. Namun, demi putranya, ia tidak akan mengalah. "Aku tahu itu tapi seminggu sekali saja! Kau tidak membawaku juga tidak apa-apa. Yang penting, habiskan waktu sehari dengan Liviu di luar. Aku mohon!"
Mihai tidak bisa melepas persyaratannya yang satu ini karena selama ini, hidup tanpa mengetahui bagaimana sosok seorang ayah itu sangat tidak menyenangkan. Semasa hidupnya, Mihai terus menerus mencari tahu mengenai sosok ayahnya itu tapi tidak ada satu pun dari keluarganya yang mau memberithunya.
Tidak hanya itu, ia juga mendambakan kasih sayang dari sesosok ayah hingga ia sering membayangkan half-beast seperti apa ayahnya dan bagaimana ayahnya akan memperlakukannya.
Berbeda dari dirinya, Liviu mengetahui siapa ayahnya. Jadi, ia ingin putranya merasakan kasih sayang dari seorang ayah agar tidak seperti dirinya sekarang. Ia ingin Liviu menjalin kedekatan dengan Luca.
Menundukkan kepalanya, Mihai benar-benar memohon. Tentunya ia tidak lupa menahan Liviu yang masih meminum susunya dengan tangan agar tidak jatuh.
Luca menatap Mihai dalam-dalam untuk waktu yang cukup lama. Hal ini membuat Mihai gugup hingga kesulitan menelan ludahnya.
"Baiklah," jawab Luca akhirnya menyanggupi.
Mata Mihai langsung berbinar bahagia. "Terima kasih!" serunya tulus.
Mata Luca sedikit melebar heran. Baru beberapa saat yang lalu, Mihai sangat marah kepadanya dan sekarang, makhluk yang sama sudah tersenyum lebar dan berterima kasih kepadanya.
'Orang aneh....' Luca semakin tidak paham kerja otak Mihai.
Ia segera menandatangani kesepakatan mereka dan semuanya selesai. "Besok, aku akan mengurus surat pernikahan dan semuanya akan beres."
Mihai mengangguk-angguk seraya mengangkat Liviu yang sudah kenyang dan puas. Menurunkan kaosnya dan merapikannya, Mihai mengayun-ayun kecil Liviu di dalam dekapannya, menyalurkan sedikit kebahagiaannya. Akhirnya, ia merasa sedikit diterima dan mendapatkan keinginannya.
Sementara itu, Luca sudah sibuk dengan pikirannya dan rencananya untuk mengurus semua surat-surat. Meneguk habis airnya, ia menghilangkan penghalang. "Ayo kita pergi."
Mihai mengikuti dan hendak berjalan menuju kasir bersama Luca ketika matanya menangkap sebuah sosok bertelinga kelinci yang tidaklah asing duduk dua meja dari yang ditempati dirinya dan Luca.
"Hm? Kak Sophia?"