"Bukan begitu Maya, ta..tapi ka Amel..." Lia berusaha menjelaskan, tapi Maya malah memotong kata-katanya.
"Jangan bilang kalau ka Amel memang masih mencintai mas Irwan, ka Amel seharusnya sadar diri dong. Kalau ka Amel itu mandul, masa sudah lebih dari lima tahun menikah tapi masih belum juga punya anak sih. Kasihan kan mas Irwan dan keluarganya, pasti mereka pengen banget punya keturunan. Pewaris untuk keluarga mereka, jadi ya sudahlah ka Amel urus aja secepatnya perceraian ka Amel dengan mas Irwan. Dan serahkan mas Irwan untuk Maya, karena Maya yakin kalau Maya bisa memberikan keturunan kepada mas Irwan dan keluarganya." Seru Maya dengan nada merendahkan Lia.
Lia menghela nafas panjang, sebenarnya hatinya sangat terluka dengan kata-kata Maya yang terdengar seperti menghina dirinya. Bahkan ia tidak menyangka, kalau Maya bisa dengan mudahnya mengucapkan kata-kata itu.
Karena sesungguhnya tidak ada seorang pun istri didunia ini yang menginginkan dirinya mandul, yang tidak bisa memberikan anak kepada suaminya.
Karena jauh dilubuk hati Lia, sebenarnya ia pun sangat merindukan dan menginginkan kehadiran malaikat kecil di kehidupan rumah tangga mereka.
Tapi Lia tidak bisa berbuat apa-apa lagi, karena ia hanya manusia biasa. Yang tidak memiliki kuasa untuk menentang Takdirnya, dan hidup mengikuti takdir yang sudah tertulis untuknya...
"Baiklah Maya, kalau memang itu yang kamu inginkan dan bisa membuat kalian bahagia. Ka Amel akan urus perceraian ka Amel dengan mas Irwan secepatnya." Ujar Lia pasrah dan dengan berat hati, lalu kemudian beranjak pergi meninggalkan Maya di kamarnya.
Maya tersenyum puas mendengar kata-kata Lia barusan, "Akhirnya kamu menyerah juga, aku kan sudah bilang. Lawan kamu ini bukan wanita yang mudah untuk dikalahkan, dan sekarang terbukti aku yang menang. hahaha.." Maya tertawa puas menyaksikan kepergian Lia, yang meninggalkan kamarnya dengan penuh kekalahan.
Bella yang melihat Lia keluar dari kamar Maya, langsung bertanya kepada Lia.
"Mel, lu ngga apa-apa kan? Lu baik-baik saja kan Mel? Muka lu kenapa jadi pucat gini Mel, lu di apain sama Maya?" Tanya Bella yang khawatir melihat wajah Lia yang berubah menjadi pucat setelah berbicara dengan Maya.
"..."
Lia tak menjawab pertanyaan Bella, Ia terus berjalan melangkahkan kakinya. Irwan yang mengetahui kehadiran Lia pun langsung menghampirinya.
"Lia!!" Ujar Irwan.
Lia berhenti di hadapan Irwan, "Alhamdulillah, kamu baik-baik saja Lia. Aku khawatir banget sama kamu waktu kamu pergi dari rumah, Lia kembalilah ke rumah. Aku mohon, aku benar-benar sangat kehilangan kamu Lia." Lanjut Irwan merayu kepada Lia sambil memegang kedua lengan Lia kemudian memeluknya.
Lia tersenyum, kemudian berkata, "Bagaimana mungkin kamu merasa kehilanganku mas? Sementara sekarang ini kamu bertunangan dengan Maya, bukankah itu sudah cukup untuk membuktikan. Kalau kamu sudah menggantikan posisi aku dengannya? Dan kamu bahagia dengan kepergianku, kan mas?" Seru Lia melepaskan pelukan Irwan dan tetap berusaha bersikap tenang.
"Ngga Lia, Itu ngga benar. Aku cinta sama kamu, bukan dengan Maya. Aku akui, awalnya memang aku khilaf dan aku pikir aku mencintai Maya. Tapi setelah kamu pergi ninggalin aku, saat itu aku benar-benar sadar. Kalau aku masih sangat mencintai kamu Lia, please come back to me. Please Lia.." Bujuk Irwan lagi.
Bella yang merasa panas mendengar kata-kata Irwan pun berkata dengan kasarnya, "Eh Irwan, masih berani juga lu ngerayu Lia. Sih Maya mau lu kemanain, lu itu memang laki-laki yang ngga tau diri yah dasar bajingan. Sama Amel mau sama Maya juga mau, dimana harga diri lu sebagai laki-laki. Dasar laki-laki serakah ngga punya otak, ganteng-ganteng tapi ngga tau malu." Seru Bella merasa sangat emosi..
kemudian Bella menarik tangan Lia dan mengajaknya pergi dari acara pertunangan Maya dan Irwan tanpa penolakan dari Lia, saat dalam perjalanan air mata Lia pun sudah tidak mampu tertahan lagi. Air matanya mengalir dipipinya tanpa henti, Bella hanya bisa menghela nafas dan berusaha untuk menenangkan Lia.
Sesampainya di kosan, Lia langsung menuju ke kamar. Membanting tubuhnya di atas tempat tidur, dan berbaring sambil menangis.
"Tuh kan Mel, gue bilang juga apa. Mendingan ngga usah dateng, perasaan gue emang dah ngga enak dari awal sejak lu bilang mau Dateng ke acara pertunangan mereka. Tapi lu tetap kekeh aja mau Dateng, sekarang lu sendiri yang jadi sedih kan." Kata Bella yang ikut merasa sedih melihat keadaan Lia saat itu.
"Iya bel, gue minta maaf karena gue ngga mau denger nasehat lu tadi." Sahut Lia membenarkan kata-kata Bella.
Memang Lia merasa bahwa dirinya sendiri lah yang bersalah, kalau saja tadi dia mengikuti saran Bella untuk tidak datang. Mungkin dia tidak akan mendengar penghinaan yang Maya sengaja lontarkan kepadanya, karena sebenarnya yang membuat Lia sedih adalah penghinaan yang Maya lontarkan terhadap dirinya. Bukan karena pertunangan Irwan dengan Maya..
Pagi harinya, seperti biasa Dika Datang lagi ke kosan Bella dengan membawakan makanan untuk Lia dan Bella.
Bella langsung mempersilahkan Dika untuk masuk, dan Bella berkata dengan nada yang berbisik kepada Dika, "Dik, tolong hibur Amel dong. Soalnya dari semalem dia lagi sedih banget."
"Loh ko bisa, bukannya kemaren pagi dia baik-baik saja yah? Memangnya Lia sedih kenapa bel?" Tanya Dika yang langsung merasa khawatir.
Bella pun menceritakan semuanya kepada Dika..
"Oh, begitu ceritanya bel. Ya sudah lu tenang aja pasti gue bakalan hibur dia ko, karena gue juga ngga akan ngebiarin Lia nangis lagi karena ulah mereka. Sudah cukup mereka menyakiti Lia, sekarang sudah waktunya untuk Lia bahagia." Ujar Dika dengan penuh keyakinan.
Bella tersenyum lega mendengar kata-kata Dika, Bella sangat menyadari perasaan Dika terhadap Lia.
"Ya sudah kalau begitu, gue panggilin dulu Amelnya yah dik." Kata Bella tersenyum kepada Dika.
Bella pun memanggil Lia dan membujuknya untuk menemui Dika, lalu Dika mengajak Lia ke panti asuhan tempat Lia biasa datang berkunjung.
Kehadiran Lia mendapat sambutan hangat dari anak-anak di panti asuhan itu, bermodalkan ice cream dan coklak yang Dika bawakan untuk mereka. Mereka merasa sangat senang, Lia pun tersenyum bahagia melihat senyuman diwajah anak-anak itu. Kemudian Dika mengajak Lia untuk bermain bersama mereka, mereka bermain sepak bola bersama anak-anak panti asuhan itu.
Sungguh hari yang sangat menyenangkan bagi mereka, wajah Lia terlihat sangat bahagia.
Saat jam makan siang tiba, Ibu Desi pemilik panti asuhan itu memanggil mereka untuk makan siang, ternyata Dika sudah memesan Pizza HUT dan French fries untuk menu makan siang mereka.
Anak-anak panti asuhan tersebut merasa sangat senang..
"Terima kasih banyak yah Dika, kamu sudah bikin aku merasa lebih baik. Dengan melihat kebahagiaan diwajah anak-anak panti asuhan ini." Ujar Lia dengan mata yang berkaca-kaca, Lia sangat terharu melihat kebaikan yang Dika lakukan.
Dika bukan laki-laki yang berasal dari keluarga kaya raya, tapi kebaikan hatinya seperti emas yang berkilau dengan sendirinya. Aura ketampanan itu memancar dan menjadikannya terlihat sangat karismatik, ini adalah kali pertamanya Lia mengakui ketampanan laki-laki lain selain Irwan.
Tahun baru ini, Dika merencanakan untuk memberikan kejutan tahun baru untuk Lia. Karena Ia sudah bertekad untuk bisa memenangkan hati Lia, wanita yang sekarang ini sangat ia cintai..