Selama ini Lia tidak pernah menatap laki-laki lain sedekat ini, dan bahkan berteman sangat akrab dengannya. Ini semua tidak akan terjadi, jika Irwan tidak memperkenalkan Dika dan Lia secara sengaja demi untuk mewujudkan rencananya itu. Yang justru pada akhirnya membuat Irwan menyesali perbuatannya tersebut...
"Sama-sama Lia, lagi pula aku juga seneng ko ngelakuin ini semua. Aku senang melihat senyum diwajah anak-anak itu, dan aku juga senang melihat senyuman manis diwajah kamu yang cantik. hahaha.." Kata Dika yang kemudian tertawa kecil menggoda Lia.
"Ikh, Dika kamu apaan sih.." Sahut Lia, memukuli dada Dika dengan manja..
Mereka menghabiskan waktu bersama anak-anak panti asuhan itu, Dika memang selalu tau cara untuk membuat Lia bahagia. Namun walaupun begitu Lia masih belum bisa untuk mencintainya, dan masih menganggap Dika sebagai teman baiknya sama seperti Bella dan Rini...
Hari sudah menjelang malam, Dika menghantar Lia kembali ke kosan Bella. Namun saat Lia hendak masuk kedalam kosan, Lia mendengar seseorang memanggil namanya.
"Amel!!" Panggil mba Ika anak pemilik kos.
"Mba Ika, apa kabar?" Tanya Lia tersenyum.
Lia memeluk mba Ika, karena mereka sudah lama tidak bertemu. Mba Ika adalah seorang yang ramah, walaupun dia anak pemilik kos. Tapi dia mau bergaul dengan para penghuni kos disana..
"Alhamdulillah sehat, Amel sendiri apa kabar? Ya Allah sudah lama yah kita ngga ketemu, sekarang Amel jadi tambah cantik." Sahut mba Ika yang kemudian balik menanyakan keadaan Lia.
"Alhamdulillah Amel juga sehat mba." Jawab Lia tersenyum..
"Oia suami kamu mana Mel? Ko ngga keliatan ap Ngga ikut kesini?" Tanya mba Ika lagi.
Raut wajah Lia pun berubah, menjadi gelisah dan terlihat tidak nyaman dengan pertanyaan mba Ika itu, namun Lia tetap berusaha untuk bersikap tenang. Lia berjalan duduk di kursi yang berada didepan kosan Bella.
Selain mba Ika adalah seorang yang ramah, dia juga orang yang sangat peka. Melihat reaksi wajah Lia yang berubah seperti tidak nyaman dengan pertanyaannya, akhirnya dia pun bertanya, "Lho kamu kenapa Mel? Ko kamu jadi sedih gini sih? Mba Ika salah ngomong yah Mel? Mba Ika minta maaf yah, kalau kata-kata mba Ika bikin kamu sedih." Seru mba Ika yang merasa tidak enak hati.
"Ngga ko mba, mba Ika ngga salah ngomong. Hanya saja...." Kata-kata Lia terhenti karena ia tidak sanggup untuk meneruskannya lagi, dan merasa ragu untuk menceritakan semuanya kepada mba Ika.
Lalu kemudian mba Ika tersenyum dan berkata, "Walaupun kamu tidak menjawab pertanyaan mba Ika, tapi mba Ika paham ko. Pasti sekarang ini rumah tangga kamu sedang ada masalah kan? Itu sebabnya kamu tidak ingin menjawab."
"Kalau boleh mba Ika mau berbagi pengalaman mba Ika dengan Amel, mungkin setelah ini Amel bisa menentukan. Apa yang harus Amel lakukan selanjutnya." Lanjut mba Ika lagi.
"Amel tau ngga dulu, rumah tangga mba Ika sangat kacau, tidak harmonis, dan mas Agus selalu bertindak sesuka hatinya saja. Mas Agus sudah tiga kali selingkuh Mel, ditambah dia jarang pulang dan jarang memberikan nafkah. Dan sekalinya ngasih nafkah, buat makan seminggu pun juga ngga cukup. Sementara Ara juga jajannya kuat banget. Mama jadi marah-marah terus, sampe nyuruh mba Ika buat cerai sama mas Agus." Seru mba Ika memandang jauh ke masa lalunya.
"Terus mba Ika cerai sama mas Agus ngga?" Tanya Lia.
"Awalnya mba Ika terpikir untuk menuruti kata-kata mama, dan berniat untuk menceraikan mas Agus. Tapi sebelum mba Ika melakukannya, mas Agus meminta maaf lebih dulu dan berjanji untuk berubah. Setelah mendengar kata-kata mas Agus, ditambah mba Ika juga kasihan sama Ara, dan sebenarnya mba Ika juga memiliki prinsip yang selagi mas Agus tidak menjatuhkan talak kepada mba Ika. Selagi itu mba Ika tidak akan bercerai dengan mas Agus dan akan tetap menjadi istri mas Agus, memang tidak mudah untuk merubah orang yang suka main judi dan suka main perempuan seperti mas Agus. Tapi mba selalu percaya, pasti suatu hari nanti mas Agus akan mendapat hidayah. Sehingga dia bisa berubah menjadi suami dan ayah yang jauh lebih baik lagi untuk mba ika dan Ara, dan satu lagi yang mba Ika percaya. Semua ujian pasti ada hikmahnya, dan mba Ika selalu menunggu hikmah itu. Jatuh bangun mba Ika berusaha untuk merubah kebiasaan buruk mas Agus, dan butuh waktu yang cukup lama memang. Tapi mba Ika sangat mengerti dan paham, kalau kita mau merubah suami kita supaya bisa jauh lebih baik lagi. Maka kita sebagai seorang istri, setidaknya harus mengulurkan tangan kita untuk membantunya, selalu membimbing dan mengingatkannya, bukan dengan meninggalkan ataupun menceraikannya. Karena walau bagaimana pun, seorang suami juga hanya manusia biasa. Yang pasti memiliki kekurangan, ya kita sebagai manusia ini kan tidak ada yang sempurna. Kita semua juga pasti pernah khilaf dan melakukan kesalahan, tapi dari situ kita bisa belajar. Dari kekurangan kita bisa saling melengkapi, dari kelebihan yang ada kita bisa saling mengayomi. Dan Alhamdulillah, sekarang seperti yang orang lain tau. Mas Agus sudah berubah dan sudah menjadi suami dan ayah yang sangat baik untuk mba Ika dan Ara." Jawab mba Ika tersenyum, menceritakan pengalamannya kepada Lia.
"Masya Allah, mba Ika bener-bener wanita yang sangat sabar. Kalau Amel yang mengalami itu semua, mungkin Amel ngga akan kuat mba. Amel malu dengan mba Ika dan diri Amel sendiri." Ujar Lia yang tak terasa air matanya menetes ke pipinya.
"Amel juga sebenarnya wanita yang sangat sabar Mel, dan mba Ika yakin kalau Amel juga wanita yang kuat. Pasti Amel bisa ngelewatin ini semua, kalau memang Amel masih mencintai suami Amel. Tidak ada salahnya untuk memberinya kesempatan sekali lagi, karena kita hanya manusia biasa yang tidak punya kuasa untuk menghukum orang yang telah menyakiti kita. Kalau Allah saja mau memaafkan hamba-Nya yang bener-bener bertaubat kepada-Nya, masa kita sebagai manusia ngga mau sih Mel, ya kan? Ketika seorang suami melakukan kesalahan dan dia menyesali kesalahannya, tidak ada salahnya kalau kita memberinya kesempatan untuk dia memperbaikinya. Bukankah saat kita menikah dengannya kita tidak pernah mengenal arti kesempurnaan, dan kita juga sudah berjanji untuk selalu bersama dalam suka maupun duka. Dan ngga bedanya sama kita Mel, ketika kita melakukan kesalahan. Kita juga pasti menginginkan dan berharap untuk diberikan kesempatan lagi untuk kita bisa memperbaiki kesalahan kita itu bukan." Lanjut mba Ika dengan nada lembut dan bijaksana.
"Ika!!" Panggil mas Agus.
"Iya mas, tunggu sebentar.." Sahut mba Ika.
"Ya sudah Mel, kalau gitu mba Ika pamit dulu yah. Sudah malam, dan mas Agus juga sudah manggil tuh." Seru mba Ika.
"Iya mba, makasih sudah mau share tentang pengalaman mba Ika ke Amel." Ujar Lia senyum.
"Sama-sama Mel, semoga kamu bisa secepatnya menyelesaikan masalah kamu ini yah Mel. Dan semoga ada jalan yang terbaik untuk kamu dan suami kamu, dan jangan lupa Mel, dibarengi sama shalat istikharah. Insya Allah, Allah akan kasih jalannya. Amin..." Lanjut mba Ika.
"Amin Ya Allah, makasih mba Ika atas doanya." Sahut Lia dengan Mata yang berkaca-kaca..