Saat itu adalah hari ulang tahun Irwan, Lia telah menyiapkan pesta ulang tahun untuk Irwan tanpa sepengetahuannya. Lia memilih warna dekorasi di ruangan pesta sesuai warna kesukaannya dan Irwan, paduan warna biru dan merah.
Terlihat indah dan cerah, dilengkapi dengan kue ulang tahun tiga susun yang bertuliskan 'Happy Birthday My Best Husband', air mata Irwan pun mengalir dengan deras dipipinya..
'My best husband' kata-kata yang tidak akan pernah dilupakan olehnya, namun sekarang semuanya sudah berubah.
Tidak ada lagi kata 'My best Husband' yang ada hanyalah 'The stupid Husband' pikir Irwan, dan kemudian mentertawakan dirinya sendiri.
"Ya, itu adalah julukan yang pantas untukku. The stupid Husband, hahahaha..." Irwan tertawa mencaci maki dirinya sendiri, sambil mengucapkan 'The stupid Husband' berkali-kali, bahkan Irwan juga memukuli kepalanya sendiri berkali-kali.
Penyesalan yang Irwan rasakan, sangat mendalam. Sampai ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, "Kebodohan apa yang sudah aku lakukan, aku memang pantas untuk dibenci." Seru Irwan Lirih.
***
Sementara itu Lia bergegas memasukan pakaiannya kedalam koper, karena malam ini mama Dina akan menginap di rumah Irwan.
"Mel, lu serius mau balik lagi ke rumah Irwan?" Tanya Bella yang merasa ragu dan menjadi khawatir dengan keputusan Lia.
"Iya serius bel, kalau ngga serius ngapain sekarang gue masuk-masukin baju gue ke dalam koper." Lia menatap Bella sambil tersenyum tipis.
"Iya sih, tapi sebenarnya gue kurang setuju kalau lu harus balik lagi ke rumah Irwan Mel. Nanti kalau Irwan atau Maya, macem-macem sama lu gimana Mel?" Suara Bella terdengar mengkhawatirkan Lia.
"Insya Allah, gue akan baik-baik aja bel. Doain aja, supaya ngga terjadi apa-apa sama gue di sana. Lagi pula gue balik ke rumah mas Irwan ini hanya sementara selagi mama Dina tinggal di sana, ini semua gue lakuin buat mama sama papa, yang sudah baik banget sama gue selama ini, anggap aja ini adalah balas Budi gue untuk mereka. Jadi lu ngga usah khawatir sama gue, lagi pula kita kan masih bisa ketemu, atau telpon-telponan. Ya kan?" Ujar Lia sambil tersenyum dan raut wajahnya yang terlihat sangat tenang..
"Hmmmmmm, ya sudah deh kalau begitu Mel. Gue cuma bisa doain lu saja, semoga lu selalu baik-baik saja disana. Emang sih kalau kita lihat om Pratama sama Tante Dina itu emang orangnya baik banget, tapi sayang anaknya kenapa bisa sebajingan itu ya? Padahal sih Irwan itu keliatannya pendiam, sopan, ramah, berpendidikan, dan ganteng banget juga sih. Tapi kenapa sifatnya bisa sebajingan itu, hmmmmmm.." Seru Bella lagi.
Lia tidak menjawab, ia tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, mendengar kata-kata Bella itu. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Bella pun berjalan menuju arah pintu, dan ketika Bella membuka pintunya. Ia melihat seseorang yang sudah tidak asing lagi baginya...
Dika sedang berdiri didepan pintu kosan Bella sambil membawa makanan untuk Lia dan Bella.
"Sore bel, Lianya ada ngga bel?" Tanya Dika tersenyum.
"Dika, A..Amelnya ada di kamar dik, silahkan masuk." Jawab Bella yang merasa ragu mempersilahkan Dika untuk masuk..
Sebenarnya Bella takut Dika akan kecewa nantinya, jika ia tahu kalau Lia berniat untuk kembali tinggal di rumah Irwan.
"Ko tumben tadi pagi lu ngga dateng kesini dik?" Tanya Bella lagi..
Dika bisa melihat gerak-gerik Bella yang seperti tidak biasanya, Bella terlihat sedikit canggung dan seperti ada kekhawatiran yang terpancar dari raut wajahnya.
"Apakah terjadi sesuatu?" Pikir Dika, namun tidak mengucapkannya kepada Bella.
"Iya bel, gue minta maaf yah tadi ngga sempet ngabarin ke kalian. Alhamdulillah tadi pagi gue dapet panggilan kerja dari perusahaan Magic Shall, dan langsung mulai kerja hari ini juga." Dika pun tersenyum..
"Wah serius lu Dika, perusahaan itu kan lagi maju-majunya, selamat yah kalau gitu." Sahut Bella membalas senyuman Dika.
"Lia baik-baik saja kan bel?" Tanya Dika.
"Iya, Amel baik-baik saja ko." Jawab Bella yang menjadi salah tingkah, mendengar pertanyaan Dika.
Kemudian Lia keluar dari kamar dengan menarik sebuah koper, Dika merasa sedikit terkejut melihat koper yang ada ditangan Lia.
Walaupun Dika sudah bisa menduga, pasti telah terjadi sesuatu sehingga Bella terlihat canggung saat berbicara dengannya tadi. Namun tetap saja ia masih merasa terkejut, walaupun begitu Dika berusaha untuk bersikap tenang dan kemudian bertanya kepada Lia, "Lia, kamu mau kemana?"
Lia hanya diam, karena dia tidak tau bagaimana harus menjelaskan semuanya kepada Dika. Bella yang melihat Lia hanya diam dan tak ada tanda-tanda untuk menjawab pertanyaan Dika, akhirnya bella pun menjelaskan semuanya kepada Dika.
Dika menghela nafas, menatap wajah Lia. Kemudian Dika tersenyum dan berkata, "Kalau kamu ngga keberatan, biar aku yang anter kamu ke rumah Irwan. Gimana?"
Lia tidak ingin mengecewakan Dika lebih jauh dari ini, akhirnya Lia pun mengiyakan kata-kata Dika..
"Boleh, aku sama sekali ngga keberatan ko dik." Jawab Lia memasang senyum manisnya untuk Dika.
"Maafin aku yah Dika, kamu pasti kecewa dengan keputusan aku ini." Ujar Lia lagi menundukkan kepalanya..
"Ngga apa-apa ko Lia, aku paham. Lagi pula pa Irwan itu kan masih suami kamu yang sah.." Sahut Dika tersenyum menutupi kekecewaannya..
"Pa Irwan adalah laki-laki yang beruntung, karena memiliki Istri seperti kamu Lia." Lanjut Dika yang kemudian berlalu pergi dengan mengambil alih koper dari tangan Lia.
Sesampainya di rumah Irwan, Dika tidak berniat untuk masuk kedalam rumah Irwan. Dika menghentikan langkahnya tepat didepan pintu..
"Lia, kamu jaga diri baik-baik yah. Kalau ada apa-apa langsung hubungin aku aja, karena aku akan selalu ada untuk kamu.." Ujar Dika.
"Iya dika, terima kasih banyak yah." Sahut Lia.
Suasana menjadi hening sejenak, Dika dan Lia masih saling menatap satu sama lain.
"Lia.." Panggil Dika.
"Iya Dika." Sahut Lia.
"Kalau nanti kamu merasa kecewa lagi, ingatlah kalau masih ada aku dibelakang kamu. Yang senantiasa menunggu kamu.." Dika mencium kening Lia setelah mengucapkan kata-kata itu..
Lia terpaku sejenak setelah Dika memberinya sebuah kecupan hangat dikeningnya, Lia merasakan hatinya yang bergetar.
Ini adalah pertama kalinya Lia membiarkan laki-laki lain menciumnya, walaupun hanya dikeningnya. Tapi itu benar-benar membuatnya terpana dalam suasana hatinya, "Ya Allah, apakah aku berdosa sekarang. Karena aku telah membiarkan laki-laki lain mencium keningku.." Ujar Lia dalam hatinya..
Tanpa Lia sadari, ia sudah mulai membuka hatinya untuk Dika..
Melihat reaksi Lia yang terpana menerima kecupannya, Dika pun segera berpamitan kepada Lia, "Aku pamit dulu, kamu jaga diri baik-baik. Dan jangan lupa hubungi aku kalau ada apa-apa.." Dika mengulang kata-kata pertama yang ia ucapkan saat baru sampai rumah Irwan tadi dan kemudian Dika pun bergegas pergi..
Setelah beberapa saat, Dika menghilang dari pandangan Lia, setelah itu barulah Lia masuk kedalam rumah Irwan dan bergegas merapikan pakaiannya, karena takut kalau-kalau mama Dina datang sebelum ia selesai. Dibantu oleh bi Siti, dan Lia juga berpesan kepada bi Siti untuk tidak menceritakan semua yang terjadi kepada mama Dina.