Merasa tidak mendapat respon dari Lia, Irwan pun berpikir untuk kembali ke kamarnya. Ia melangkahkan kakinya, namun langkah kaki Irwan terhenti, ketika tiba-tiba ia mendengar suara Lia yang memanggilnya..
"Mas Irwan tunggu." Panggil Lia, ia menghentikan aktivitasnya yang tadi sedang ia lakukan.
Kemudian Irwan menoleh kearah Lia, menatap wajah cantik Lia yang terlihat sangat mempesona.
'Subhanallah, apa selama ini mata hatiku benar-benar tertutup. Selama lebih dari dua tahun aku tidak pernah lagi memperhatikan wajah Lia seperti ini, wajahnya terlihat berseri dan semakin bertambah cantik.' Seru Irwan dalam hatinya.
"Iya Lia." Sahut Irwan singkat.
"Kalau memang mas Irwan mau kasih surprise buat mama, mas Irwan boleh ko bantuin aku buat nyiapin sarapan. Nanti aku kasih tau, apa saja yang harus mas Irwan lakuin." Ujar Lia yang memberikan kesempatan kepada Irwan untuk membantunya..
"Kamu serius Lia, apa kamu sama sekali ngga ngerasa keberatan?" Tanya Irwan seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Iya mas, aku sama sekali tidak keberatan ko." Seru Lia sedikit memberikan senyuman, untuk membuat suasana menjadi lebih rileks sehingga bisa membuat mereka tidak canggung satu sama lain..
Akhirnya Irwan dan Lia menyiapkan sarapan bersama, Lia mengajari Irwan cara memasak nasi goreng telur mata sapi kesukaan Irwan tersebut.
Lia juga mengajari Irwan untuk membuat teh manis kesukaan mama Dina, sesekali Lia mentertawakan Irwan yang kadang-kadang masih bingung dan salah melakukan apa yang Lia arahkan kepadanya.
Tentunya Lia juga ikut membantu Irwan untuk melakukan arahannya dan memberikan pengertian kepada Irwan yang kadang masih salah dalam melakukan arahannya tersebut, karena Lia sangat memahami kalau Irwan tidak pernah masuk ke dapur untuk menyiapkan makanan sebelumnya.
Irwan yang merasa malu saat ia melakukan kesalahan pun sesekali tersenyum saat melihat Lia mentertawakannya.
Mama Dina langsung berniat untuk menuju ke arah dapur, saat ia mendengar suara canda tawa Lia dan Irwan. Selain itu yang menjadi alasannya ke dapur, juga karena ia mencium aroma masakan mereka yang cukup menggoda. Saat mama Dina sudah sampai di dapur, Mama Dina tersenyum melihat kebersamaan Lia dan Irwan di pagi itu, yang terlihat sangat harmonis.
"Morning." Sapa mama Dina senyum.
"Morning ma." Sahut Lia dan Irwan secara bersamaan, mereka pun saling bertatapan dan kemudian tertawa kecil..
"Kalian berdua ini memang selalu kompak yah, mama bersyukur dan bahagia melihat rumah tangga kalian yang semakin hari semakin harmonis seperti ini." Ujar mama Dina tersenyum bahagia, melihat rumah tangga anak dan menantunya semakin harmonis
Irwan dan Lia kembali menatap satu sama lain, kemudian Lia menunduk selama beberapa saat. Irwan mengerti apa yang Lia rasakan, akhirnya Irwan mengalihkan pembicaraan mereka. Karena Irwan tidak ingin melihat Lia larut dalam kesedihan yang saat ini sedang ia rasakan.
"Mama mau berangkat ke rumah sakit pukul berapa ma? Biar Irwan yang antar." Tanya Irwan sambil menolong Lia meletakkan makanan ke atas meja makan.
"Mungkin sekitar pukul 10.00, memangnya kamu lagi ngga sibuk Wan? Kalau kamu lagi banyak kerjaan di kantor, yah ngga usah dipaksain. Lagi pula kan ada Lia, menantu kesayangan mama yang bisa nemenin mama, ya kan Lia?" Jawab mama Dina, yang kemudian bertanya kepada Lia.
"Iya ma." Sahut Lia tersenyum..
"Ya aku ngga terlalu sibuk sih ma, soalnya hari ini ngga ada meeting sama client. Jadi aku bisa masuk siangan atau pulang lebih awal." Jelas Irwan.
"Ya sudah kalau gitu, kita pergi sama-sama aja. Kan biar papa happy juga kalau bisa lihat kalian berdua, jadi papa bisa cepet sembuh. Oh iya btw ini nasi gorengnya enak banget lho, Siapa yang masak?" Ujar mama Dina menggoda Lia dan Irwan..
"Mas Irwan ma yang masak." Sahut Lia tersenyum.
"Ngga sih sebenarnya, aku cuma ngikutin arahan dari Lia aja ma. Tadinya aku pikir, masak itu pekerjaan yang mudah. Tapi setelah aku coba, cukup melelahkan juga ternyata, hehehehe." Ujar Irwan tersenyum malu.
"Itulah kadang para suami selalu menganggap pekerjaan istri itu tidak ada apa-apanya dibandingkan pekerjaan mereka, tapi setelah mereka sudah melakukannya barulah mereka akan mengerti dan paham. Setidaknya sekarang kamu sudah tau bagaimana susah payahnya Lia menyiapkan makanan untuk kamu Irwan. Maka dari itu, kamu harus selalu menghargai istri kamu, apalagi Lia adalah istri yang baik dan shalehah. Jadi jangan pernah sakiti dia dan jaga dia baik-baik.." Seru mama Dina memberikan nasehat sebagai seorang ibu kepada anaknya..
Irwan menatap wajah Lia dan kemudian melihat ke arah mama Dina, "Iya ma." Sahut Irwan setelah terdiam beberapa saat dan mencoba untuk tersenyum...
"Ya yang jelas, nasi goreng ini rasanya enak banget. Karena kalian membuatnya dengan penuh cinta, mama akan selalu mendoakan kalian. Supaya selamanya kalian bisa seperti ini terus, selalu harmonis sampai masa tua kalian dan hanya kematian yang akan memisahkan kalian berdua. Amin.." Kata mama Dina tersenyum penuh harap.
Irwan dan Lia kembali menatap satu sama lainnya, lrwan tersenyum kepada Lia. Namun Lia sama sekali tidak membalas senyuman Irwan dan malah menundukkan kepalanya, Irwan pun menghela nafas melihat sikap dingin Lia kepadanya.
Tepat jam 10 pagi, mereka bertiga pergi ke rumah sakit. Untuk melihat perkembangan keadaan Pratama, pa Pratama tersenyum bahagia melihat kehadiran anak dan menantu kesayangannya itu.
Karena memang sudah cukup lama mereka tidak bertemu, karena kesibukan mereka masing-masing..
"Assalamualaikum pa.." Sapa Lia.
"Assalamualaikum pa." Irwan juga menyapa papanya tidak lama setelah Lia menyapa pa Pratama.
"Alhamdulillah papa masih bisa melihat kalian berdua, tadinya papa pikir. Papa tidak akan bisa melihat kalian berdua lagi.." Ujar pa Pratama, tersenyum bahagia.
"Papa ngga boleh ngomong kaya gitu akh, papa kan kuat. Pasti papa akan sembuh dan insya Allah secepatnya papa akan keluar dari rumah sakit ini." Sahut Lia yang merasa sedih mendengar kata-kata pa Pratama barusan.
Pa Pratama tersenyum, "Yang namanya umur kan kita ngga tau Lia, terkadang hari ini kita masih bisa bercanda riang, tertawa bahagia. Tapi besok siapa yang tau, kalau tiba-tiba Allah sudah memanggil kita. Ya kan? Tapi papa bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk melihat kalian berdua, pesan papa. Kalau nanti papa sudah ngga ada, papa harap kamu akan selalu menemani Irwan dalam suka maupun duka. Harus saling melengkapi satu sama lain dengan kekurangan yang ada dan kamu juga Irwan harus selalu menjaga Lia. Jaga hati dan perasaan Lia, jangan pernah menyakiti hatinya. Karena walau bagaimanapun, suksesnya seorang suami adalah ridho dari istri dan juga doa dari seorang Istri. Jadi walau bagaimanapun kamu harus selalu menjaga perasaan Lia dan Jaga dia baik-baik untuk mama dan papa.." Seru pa Pratama lirih.
"Papa.." Seru Lia, air matanya mengalir dipipinya saat mendengar kata-kata pa Pratama. Hatinya bergetar dan terasa sesak. Kemudian Lia memeluk pa Pratama yang masih terbaring diatas tempat tidur di kamar rawat inapnya.
Pa Pratama memang menyayangi Lia, seperti anak kandungnya sendiri. Mama Dina yang mendengar kata-kata suaminya, juga tak bisa menahan air matanya.