Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

one-sided Story

🇮🇩DariRida
--
chs / week
--
NOT RATINGS
9.8k
Views
Synopsis
Apakah kalian percaya bahwa sebuah rasa tidak lebih penting dari sebuah realita hidup. tidak ada cinta yang harus di menangkan jika ingin bertahan di tengan keralistisan hidup. hanya sebuah janji yang akan menjadi tali pengikat kebersamaan, tanpa ingin memilikinya untuk bersama. semua tampak terbalik dan menjadi pisau pada akhirnya. menikam dan membunuh dengan ketajaman ujungnya. . . "Bagaiman bisa kau menikah dengan tiba-tiba, Apa aku tidak layak untuk mengetahui hal ini?" . . " Bukan layak atau tidak layak, tetapi aku hanya ingin kau tahu bahwa semua telah berakhir. Dan aku sudah memenuhi Janjiku." . . Apa arti persahabatan kita selama ini, dia menyakitiku dengan sebuah Undangan yang bahkan tak perna ku bayangkan. Dan apakah semua ini adalah perasaan cintaku untuknya.
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1.

Kupandang Amplop putih yang berada di tanganku ini dengan gelisah, Kucoba sekali lagi untuk memantapkan hatiku untuk memasukannya.

Melalui kotak Surat di tempatku berdiri sekarang. Aku berharap agar dia bisa menerimanaya Dan tak marah atas keputusanku.

kulihat nama itu sekali lagi, agar hatiku kuat dan bisa bertahan kedepanya. dengan menutup mata, kumasukan harapanku agar aku bisa bebas dari belenggunya.

*One-Sided Story*

Langkah kakinya, mulai terdengar dan membuat kegaduhan di dapur. para pelayan sudah menyiapkan sarapan untuk majikan mereka dan tak lupa merapikan semuanya agar terlihat rapi.

pandangan pria itu, mengintropeksi setiap penjuru ruang makan dan melihat hidangan yang telah disiapkan pekerjanya.

"Hari ini menunya apa bik?" pria itu berjalan kearah meja makan dan mendudukan dirinya di salah satu kursi.

"Bubur Ayam jamur hitam, tuan. dan sudah saya siapkan kopi kesukaan tuan." jelasnya sopan.

" Lalu stevi kemana, kok belum kelihatan?"

seketika wanita paruh bayah itu nampak gugup saat pertanyaan yang diajuhkan tuanya itu, bisa membuatnya di marahi lagi.

" Nyonya Linda barusan datang dan menjemput Nona Stevi untuk mengajak jalan-jalan tuan. saya sudah mencoba

untuk melarangnya, tapi Nyonya Linda bilang tuan sudah memberi ijin lewat pesan. jadi saya tidak bisa melarang lagi."

pria itu nampak marah dan menggebrak meja seketika.

" Lain kali tidak ada alasan apapun, jika Linda datang dan membawa Stevi keluar lagi, tugas kalian harus menghalanginya. itu perintah untuk semuanya, jadi jangan sampai terulang lagi."

Tuanya itu seketika berdiri dan pergi tanpa menyentuh sarapanya. semua pekerja nampak takut dan tidak berani mengangkat wajah mereka setelah melihat sikap marah tuannya.

pria itu berjalan keruang kerjanya dan tak beberapa lama terdengan suara bentakan yang dapat terdengar dari luar, dapat dipastikan Pria itu marah besar dan mengutuk lawan bicaranya dengan umpatan.

~10.20~

hari mulai siang, Dia bergegas pergi keluar untuk datang ke perusahaan sebentar sebelum melanjutkan jadwalnya untuk bertemu relasi bisnis.

sebelum melangkah keluar, dia seketika teringat Juno yang hampir tiga Minggu ini tak menghubunginya. pria itu meraih ponselnya dan mendial sahabatnya itu. tapi tak ada sambungan yang dia terima, hanya suara operator yang berbicara mengalihkan.

" Jun, kenapa ponselmu mati. aku ingin menanyakan kabar, kau tak memberiku kabar selama disana, apakah terjadi sesuatu? segera hubungi aku setelah kau mendengar pesan ini." entah mengapa rasa khawatir itu, tiba-tiba datang.

sebelum memasuki Mobil, suara Satpam memanggilnya.

"Tuan Toby, tunggu sebentar." Satpam itu lari kearah tuanya. "hari ini ada banyak Surat yang saya terima. takut ada yang penting, jadi saya berikan kepada tuan langsung saja."

Pria itu hanya menerima tumpukan surat itu dan tersenyum berterima kasih. "Terima kasih pak."

" Oh iya, Saya kok belum betemu dengan Nak Juno akhir-akhir ini tuan. hampir satu bulan, apakah beliau sehat? "

" Tenang saja pak, Juno sedang Dinas ke Singapur. Kalau tidak ada halangan Lusa besok dia baru balik."

"Oh untung lah kalau begitu, saya kira Nak Juno kenapa-kenapa. saya khawatir." Tuannya hanya tersenyum dan segera masuk kedalam mobilnya.

Mobil BMW itu akhirnya keluar dari rumah, menyusuri jalan raya yang tidak terlalu padat untuk menuju perusahaan.

mendengan Ponselnya berbunyi, dia segera mengerima pangilan itu. " Aku sedang mengemudi, sebentar lagi sampai."

" Tob, kamun langusung pergi ke Capital saja. Pak Irwan tiba-tiba ada keperluan. aku juga sedang menuju kesana jadi kita bertemu disana."

"Tapi dokumenya?"

" Tenang sudah kuambil. jadi kita betemu disana."

*One -Sides Story*

setelah menyelesaikan pertemuan dengan Client, mereka berdua segera kembali ke perusahaan bersama untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang menunggu.

ditenga-tenga perjalanan Roky nampak menatap atasanya itu dengan ragu. " Tob, apakah Juno sudah menghubungimu. kulihat kau tak khawatir?"

" Dia, Belum menghubungiku. aku tak mau gegabah dan membuatnya kesal." jelasnya santai.

" Tapi, ada gosip aneh yang kudengar baru-baru ini. ada yang bilang Juno akan Resign dari perusahaan saat kembali dari Singapur. tapi sepertinya itu sangat tidak mungkin, untuk apa dia Resign dari jabatan yang sudah sangat tinggi. jadi kufikir kau bisa memberiku jawaban atas hal itu kawan."

laki-laki itu hanya tersenyum meremehkan gosip yang tak berdasar. " Kalupun hal itu terjadi, aku pasti adalah orang harus memutuskan dia bisa Resign atau tidak dari perusahaan. jadi tidak ada jawaban untuk itu kau faham."

" Ok, ok aku percaya dengan apa yang kau ucapkan.tapi Juno berhak Resign dari perusahaan dengan keinginanya Tob , kau juga harus ingat akan fakta itu."

mendengar penuturan Roky, seketika Toby berfikir bahwa sangat mungkin Juno Resign dengan keinginanya.

Akhirnya dalam hening, keduanya tak berbicara lagi. Toby yang nampak tak Mood untuk berbicara hanya diam. sedangkan Roky mulai sibuk dengan ponselnya, tanpa mempedulikan atasanya itu.

12.30

Saat jam makan siang, Toby masih di tempat duduknya. beberapa kali dia mengamati ponselnya menunggu seseorang, tapi dia tak mendapatkan apapun selain kegelisaan.

Ruang pintu kerjanya yang tiba-tiba terbuka, membuat Toby menatapnya. Dan tubuh kecil Stevi keluar dari balik pintu, dia lari masuk ke arahnya dengan ceria.

"Papa." gadis kecil itu berlari dengan riang.

Toby yang melihat putrinya datang kekantor, seketika merasa senang. "Selamat datang tuan putri." dia mendekati Stevi dan menggendongnya.

" Stevi Bundamu kemana?" tanyanya.

"Apa kau sangat tidak percaya padaku, aku juga ibunya jadi jangan halangi aku untuk bertemu dengan putriku." wanita cantik itu masuk sambil melipat kedua tanganya.

Toby yang mendengar ucapan Linda hanya mendengus malas. "Kau sudah tak pantas untuk di percaya, apa kau lupa gara-gara siapa Stevi hilang. Aku malas jika berdebat tentang ini denganmu."tolaknya.

Linda yang melihat ke egoisan mantan suaminya itu, nampak kesal. " Kau masih tetap sama saja, pria Egois yang tak perna peduli dengan siapapun."

melihat kedua orangtuanya bertengkar lagi, gadia kecil itu nampak sedih.

Toby yang menyadari kesedihan putrinya, seketika berusaha menghiburnya. " Stevi, Dirumah Papa punya kejutan untukmu sayang."

Mendengar hal itu, putrinya tampak senang. sedangkan Linda hanya membuang wajahnya malas.

*One -Sides Story*

Setelah makan malam, Toby segera masuk keruang kerjanya dan membiarkan Stevi menonton Tv dengan pengasuh. Karna ada beberapa pekerjaan yang belum selesai, Toby harus lembur di rumahnya.

Teringat dengan surat-surat yang diberikan pak Hamza padanya tadi. Toby nampak mendesah karna surat-surat itu masih di dalam mobil, dengan begitu mau tak mau dia segera keluar dari ruang kerjanya.

Disepanjang lorong, Toby bisa mendengar suara tawa anaknya yang senang. ujung bibirnya seketika terangkat.

Setelah mengambil surat-surat itu, Toby bergegas kembali keruang kerjanya lagi. Setelah masuk dan menutup pintu, Toby seketika teringat Dengan Sahabatnya yang masih tak kunjung membalas pesannya sampai sekarang.

" Apakah dia baik-baik saja. Kenapa tidak ada kabar sama sekali." khawatirnya.setelah mendudukan dirinya, Toby segera merain Ponselnya yang tergeletak di atas meja.

Sekali lagi, dia mencoba untuk menghubungi Juno tetapi panggilanya tak bisa terhubung dengan nomor yang ia tujuh. hanya suara oprasional yang memberi instruksi mulai terdengar.

merasa sangat curiga, Toby segera menghubungi Roky untuk membantunya mencari informasi Juno di sana.

karna tak bisa berhenti khawatir Toby berusaha mengalihkan fikiranya agar tak menjadi beban. dan seketika ujung matanya tertuju pada Amplop putih besar yang tertumpuk bersama surat yang baru dia ambil.

Diraihnya amplop itu dan dia balik untuk mencari alamat pengirimnya, tetapi disana sama sekali tidak ada nama pengirim. hanya namanya penerima saja yang terterah. "Apa ini surat ancaman?" tuduhnya.

Dengan ragu Toby segera membuka amplop putih itu secara perlahan. saat dia lihat dalamnya. ada secarik kertas dan sebuah gambar di dalam sana.

masih dengan rasa curiga, Toby mengambil isi amplop dengan was-was.

melihat yang dia ambil sebuah Undangan, Toby mulai merasa aneh. 'Siapa yang mengirimiku Undangan seperti ini.' melihat undangan yang dia pegang, Toby nampak merasa aneh.

Dan saat dia mulai membukanya, Toby dengan jelas melihat foto Juno dengan seorang lelaki yang tak dikenal olehnya. mereka sedang tersenyum dengan mesrah.

"Apa- apaan ini."