wanita itu berjalan mendekatik Toby dengan senyumnya. "Ternyata benar-benar kak Toby. Sudah lama yah kita tidak bertemu." Dia mendudukan dirinya di samping Toby.
Toby yang masih memperhatikan wanita itu hanya diam tanpa berbicara. " Bagaimana kabar kakak? kurasa Kakak terlihat sangat hancur ." ucapnya dengan sedih.
"Sepertinya aku harus bercerita jujur sekarang." sesalnya.
Gelas yang berisikan alkohol itu diletakannya dengan pelan. Dengan nafas berat Toby hanya menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.
" Pagi tadi aku menerima undangan dari Juno. Dan kufikir Juno pasti sudah mengirimkan itu juga padamu. Ternyata dia sudah sangat terlalu jauh dalam melangkah."
wanita itu pun memesan satu gelas wisky kepada bartender disana.
"Tidak ada yang bisa kulakukan Ros, semua sudah terlambat bahkan kesempatanku sudah hilang sebelum aku mencoba." Toby mulai menatap wanita itu dalam keputus asaan.
Seketika wanita itu merasa kasihan atas keadaan Toby.
"Apakah kakak siap mendengar cerita sebenarnya." setelah gelas wiskynya datang, Wanita itu mulai meneguknya. Tanpa menunggu jawaban dari laki-laki itu, dia mulai bercerita. " Sebenarnya kita tidak perna berpacaran selama ini. Dia meminta bantuan kepadaku hanya untuk membuat kak Toby percaya bahwa dia tidak ada rasa padamu. dia ingin membuatmu tidak mencitainya, dan berfikir bahwa kalian memang hanya bersahabat." tuturnya.
Mendengar hal itu, Toby nampak menatap tajam tak percaya akan ucapan wanita itu. " Apa harus sejauh itu dia melakukannya padaku."
"Kak, kalian saling kenal sudah 10 tahun. mana ada perasaan cinta yang tak tumbuh di selah kedekatan kalian yang amat lama. Juno menyadari bahwa kakak akan sangat memperjuangkan cintamu padanya, karna itu dia memulai rencana ini dan meminta tolong padaku untuk membantunya. Awalnya Kukira karna sikap kakak terlalu keras terhadapnya. Tapi saat aku mulai memahaminya, ternyata semuanya salah. Kakak jauh lebih mengutamakan Juno dari segalanya. Dan kurasa Juno tak benar-benar ingin menolakmu. tapi dia hanya ingin kalian tidak lebih hanya berstatus sahabat saja."
Mendengar hal itu fikiran Toby nampak mengingat-ingat kembali akan semua usaha pria itu menghindarinya.
*One -Sides Story*
sebulan sebelumnya.
Dengan membawa sekotak kardus berisikan dokumen. Juno berjalan menelusuri lorong sunyi itu dengan pasti.
melihat situasi kantor nampak sepi, Juno mulai beramsumsi bahwa mungkin hanya tinggal dia yang masih berada di perusahaan.
Malam mulai menjadi gelap, Juno yang sudah berada di meja kerjanya segera meletakan kotak itu dan mengemasih beberapa dokumen lain yang ada di mejanya. setumpuk dokumen telah memenuhi isi kotak itu dengan penuh. Sampai akhirnya panggilan dari ponselnya mengintruksi Juno.
pria itu segera meraih ponsel pintarnya dan menerima panggilan itu. " Halo pak, ada apa?" Juno nampak berhati-hati saat menjawab panggilan itu.
" Jun, kamu masih di perusahaan kah?" Mendengar pertanyaan seperti itu, Juno merasa apakah ini kebetulan.
" Ah, benar saya masih di meja saya. apakah ada dokumen yang tertinggal?" tanyanya.
" Segera masuk ke ruanganku, aku membutuhkanmu." perintah toby.
setelah mematikan panggilan itu, Juno nampak tak percaya bahwa dia masih harus bertemu denganya laki-laki itu untuk yang terakhir kali. dengan langkah berat, Toby menguatkan dirinya bahwa ini adalah yang terakhir kalinya dia melihat atasanya itu.
Suara ketukan pintu membuat Toby yang berada di dalam langsung merespon. " Masuk."
langkah Juno tampak berat, dia memasuki ruangan itu dengan menundukan wajah.
Toby yang berada di sofa mengamati langkah pria itu. "Duduklah."
tanpa mengangkat wajahnya, Toby berjalan mendekati sofa itu. dengan tak nyaman Juno mendudukan dirinya. "Apakah ada masalah pak?"
Toby hanya menatap Juno dengan tak terartikan. " Juno, kamu harus selalu menatap mata orang yang sedang mengajakmu berbicara." tuturnya. mendengar itu Juno langsung menatap kedua mata Toby.
" Apakah kamu serius, akan mengambil pekerjaan tugas Disingapur Jun. Kenapa tidak biarkan Andre yang mengambilnya."
Juno yang masih menatap iris indah Toby, hanya tersenyum singkat. " pekerjaan ini hanya memakan waktu satu bulan, tidak lebih. jadi tidak akan memakan waktu lama pak." jelasnya.
seketika wajah tak suka Toby nampak tergambar.
" Aku tak ingin kau berada jauh dariku. aku bisa menaikan jabatanmu tanpa kau mengambil pekerjaan itu Jun."
penuturan Toby membuat Juno terluka. pria itu hanya menggeleng tak menyetujui ucapan atasanya itu. " Saya tidak ingin meraih apapun dalam tugas ini, semua adalah kemauan saya untuk menjadi lebih berkembang."
Toby masih tak suka mendengar jawaban Juno. " Kalau kau ingin lebih berkembang, aku bisa memberimu tugas yang lebih besar dari pada ini. Aku hanya tidak ingin kau berada jauh dariku. jika tak ada kamu, bagaimana aku bisa menjalani sehari-hari."
Mendengar ucapan Toby, Juno merasa sesak seketika. bagaimana bisa dia harus mendengar kata-kata yang pasti akan membuatnya lemah.
"Saya tidak akan lama, semua juga demi perusahaan." ucapnya getir.
"Juno, bisakah kau memanggil namaku." pintahnya.
Juno menatap iris itu dengan penuh pertanyaan. " Kak Toby, biarkan aku mengerjakan tugas perusahaan dengan baik." turutnya.
Toby yang mendengar Juno berbicara seperti itu nampak tersenyum puas. " Baiklah akan ku biarkan kali ini, hanya satu bulan tidak lebih." tuturnya. dan Juno hanya mengangguk mengerti. tangan kiri Toby meraih pucuk kepala Juno dan membelainya lembut. " Kamu harus tetap jaga kesehatan disana. jangan membuatku khawatir, bagaimana pun kamu harus tetap berhati-hati di negara orang lain, paham." dan anggukan mengerti Juno membuat Toby tersenyum kembali.
Setelah malam itu, Toby tidak perna akan bisa lagi menyentuh Juno seperti sebelumnya. dan hal itu adalah penyesalan terbesar yang dirasakan olehnya.
Dia membiarkan terkasihnya menghilang darinya. berbahagian dengan yang lain. betapa terlukanya Toby dengan perasaanya.
*One -Sides Story*
" Kurasa kalian berdua memang dalam perasaan saling mencintai, tapi aku juga tak terlalu tahu mengapa Juno harus melakukan itu jika memang dia mencintaimu. kenapa dia tidak berusaha, dan memperjuangkanya. " Kesalnya. Emosinya mulai terasa di ubun-ubun saat memikirkan tindakan Juno selama ini.
" Rosa, kurasa Juno memang tidak perna memiliki perasaan itu selama ini. Dia tidak perna membalas apapun yang kulakukan padanya. dan itu sudah cukup menjelaskan semuanya."
" Tapi aku sangat yakin jika Juno juga memiliki perasaan kepada Kakak, karna aku perna melihat dia menangis di pernikahan kakak." Toby menatap wanita itu dengan tak terbaca. " Aku memang tidak punya bukti, tapi aku bisa bersumpah demi apapun. bahwa dia perna menangis kecewa hari itu."
Toby yang tak bisa menutupi rasa sesalnya, tampak hancur saat mendengar kehancuran Juno terhadapnya. hatinya merasa sesak seperti sebuah pisau menusuk ulur hatinya.
Bagaiman bisa dia tidak menyadari kesedihan Juno selama ini. Dia dengan gamblang melukai perasaan pria itu dengan ketidak tahuanya.