Chereads / one-sided Story / Chapter 4 - Chapter 4

Chapter 4 - Chapter 4

wanita itu menepuk bahu Toby pelan. " Kak, kalaupun memang sudah tidak ada peluang, tapi jika kakak mencobanya dengan harapan keajaiban mungkin saja muncul." ucapnya tulus. " Aku akan siap membantu apapun."

Toby nampah tersenyum samar saat mendengar penuturan wanita itu. " Mengapa kau sangat peduli Ros?" heranya.

" Karna aku ingin melihat Juno bahagia, dia berhak mendapatkan hal itu."

" Lalu bagaimana aku memulainya?"

" Aku akan membantu kakak, Tapi kak Toby harus datang kepernikahan Juno. kita harus berharap bahwa keajaiban ditangan kita." senyumnya.

Toby menatap wanita itu dengan banyak arti. akankah ke optimisannya benar-benar membuat Keajaiban untukku.

"Tentu aku akan datang."

*One -Sides Story*

Melihat pantulanku dicermin, betapa terlihat tampan diriku saat ini. Berbalut Jas putih, aku bisa melihat ketampananku muncul. dan betapa gugupnya perasaanku saat ini.

'Hari ini aku akan mengakhiri kesendirianku.' Ucapnya untuk menenagkan diri.

Suara ketukan dari arah pintu membuat Juno menengok. dengan langkah seribu, dia berjalan untuk membuka pintu.

" Anda dapat kiriman." pria itu memberiKan buket bunga itu dan segera pergi menghilang.

sebuah buket besar yang ia dapatkan membuat Juno nampak heran. 'Siapa yang mengirimkanku bunga sebesar ini.' anehnya.

sampai dia melihat bunga matahari juga ada didalam buket itu. "Bagaiman bisa ada bunga ini." seketika Juno teringat kejadian 10 tahun yang lalu.

10 Oktober 2010

Kedua orang tuaku tiba-tiba meninggal dunia karna kecelakaan yang menimpah mereka. Dan hal itu membuat, hidupku menjadi sebatang karah seketika.

Karna kenyataan hidup lebih kejam dari pada sebuah cerita. Mereka meninggalkan ku dengan banyak Hutang, semua yang dimilik mereka berdua tak perna kembali menjadi milik ku. Aku menjadi sebatang karah yang miskin.

Tapi, sebuah kenyataanlah yang membuatku bangkit. karna masa depanku masih panjang ke depan, aku memilih tidak bisa membuang semua itu karna kesedihan.

Aku mulai bangkit untuk bisa membiayai pendidikanku saat ini. dengan semua usaha, aku mencoba berbagai pekerjaan yang bisa menghasilkan uang untukku.

Sampai akhirnya, sebuah kenyataan pahit masih menghantamku kembali. Biaya Universitas yang semakin mahal, membuatku menyerah untuk mempertahankannya.

Dengan berat hati, Ku isi lembaran pernyataan untuk pengunduran diriku. Dengan air mata yang tak bisa terbendung, air mata ini mulai terjatuh.

Sesengguk yang tak bisa ku tahan, membuat tangisku benar-benar dalam. sampai membuat lembaran itu basah karna air mataku yang jatuh membasahinya.

Tanpa melihat keadaan, aku tak mempedulikan hal itu. aku masih menangis dan membasahi lembaran itu dengan air mataku. Sampai sebuah buket bunga muncul di depan wajahku begitu saja.

Dengan penuh air mata, ku ikuti langkah bunga itu dan aku bertemu dengan iris mata pria itu. Dia tersenyum padaku dengan hangat.

"Kamu harus bisa lulus sepertiku." dukungnya. Aku mulai menyekah air mataku, dan bergegas pergi dari pria itu. Sampai lengan kiriku ia tahan. Dan rangkaian bunga itu dia serahkan pada lengan Kananku. " Aku akan membantu kesusahanmu, jadi semangatlah."

Dan semenjak saat itu, keberuntungan seakan menyertai hidupku. dengan berani, Pria yang tak kukenal itu menjamin biaya kuliahku. dia bagai pahlawan yang muncul pada saat korban membutuhkan bantuan. dia dengan senang hati membiarkan aku menyelesaikan kuliahku tanpa memikirkan biaya.

Sampai sebuah fakta menyakitkan menyadarkanku kembali, bahwa selalu ada yang di imbal balikan dalam semua keadaan.

Dia menjanjikanku lulus dari Universitas sampai selesai, tapi hal terburuknya aku harus selalu disampingnya untuk siap membantunya. dan itu membuat hidupku secara tidak langsung mulai terikat oleh kehidupan pria itu.

"Kamu harus selalu menemaniku, dan mendukungku. kita akan bersama sampai 10 tahun kedepan." Dan ucapan itu membuatku sadar bahwa kehidupan memang masih kejam.

*One -Sides Story*

Lamunan Juno terhenti karna suara wanita yang mengintruksinya. " Kau terlihat sangat terkejut." Juno seketika melihat sang pembicara itu dan saat iris mereka saling bertemu betapah senangnya Juno seketika.

" Rosa, kufikir kau tak akan datang?" legahnya.

" Mana mungkin aku tak datang, kau pasti sedih bila teman satu-satunya ini tak datang kemoment penting. Bagaimana kabarmu?" Rosa memeluk Juno dengan rindu.

Tak dapat dipungkiri, keduanya saling rindu. "Aku sangat bahagia." ucapnya canggung. " Ayo masuk kedalam saja." Juno menggiring langkah wanita itu untuk masuk kedalam.

" Sekarang kau masih memiliki hutang penjelasan padaku Jun." Rosa mendudukan dirinya disofa hitam itu.

" Akan kuceritakan semuanya. tapi nanti setelah acara selesai. Kamu hari ini menginap dirumah kami saja, jangan di hotel." ajaknya.

Rosa menatap Juno dengan pandangan menggoda. "Nanti aku jadi penghalang moment indah malam mu donk."

Juno hanya tersenyum, dan menggeleng menidak benarkan ucapan Rosa.

" Semalam aku sudah melakukanya, untuk apa malam ini melakukanya lagi." jawabnya frontal.

lantas Rosa berteriak karna hal itu. " Wow Juno, kau sangat keren sekali." godanya. dan keduanya akhirnya saling tertawa lepas.

Tanpa disadari, acara hampir dimulai. suara ketukan dari pintu, membuat Rosa bergegas melangkah untuk membukanya.

Juno yang melihat kembali penampilanya dicermin, nampak mengamati bagian mana yang berantakan.

setelah membuka pintu, Rosa bisa melihat laki-laki tampan berdiri tegas di depan pintu. " Halo." sapanya.

Rosa langsung tersenyum kagum dan menyuruh laki-laki itu masuk. " Jun, Lee ada disini." intruksinya.

mendengar percakapan wanita itu dengan bahasa indonesia, Lee nampak tersenyum saat namanya disebut.

Juno langsung menengok, dan tersenyum melihat Lee datang keruanganya.

" Acara akan dimulai Babe, ayo segera keluar." jelasnya.

" Ok, oh iya dia Rosa yang selalu kuceritakan padamu." jelasnya. Rosa seketika mendekat dan menjurukan tanganya untuk berjabat tangan.

"Halo, aku Rosa. Teman dekan Juno."

Lee yang diperkenalkan kepada Rosa nampak senang. "Halo juga Rosa, aku senang sekali bisa bertemu denganmu akhirnya. Juno selalu bercerita bahwa kamu satu-satunya teman yang dia miliki."

Rosa yang mendengar itu nampak malu-malu.

" Babe kita harus keluar." intruksi Lee.

Juno hanya mengangguk mengerti dan bergegas berjalan kearah Lee. sampai ucapan Rosa membuat keduanya terkejut. " Bolehkan aku saja yang menemani Juno keluar. Lee, aku ingin acara pernikahan kalian seperti pernikahan-pernikahan lainya. Aku akan mengantar Juno padamu." jelasnya.

Juno yang mendengar rencana temanya itu nampak terkejut karna tak berfikir Rosa akan mau bertindak seperti itu.

" Baiklah, aku akan menunggu diluar." Lee menepuk bahu Juno lembut dan pergi menghilang dari balik pintu.

Setelahnya Juno langsung menatap Rosa bertanya-tanya.

"Rosa, apa kau yakin dengan ucapanmu."

wanita itu hanya mengangguk pasti. " Tapi sebelum itu, kamu harus minum dulu untuk menenangkan kegugupanmu. aku tahu kok bahwa kamu sedari tadi nampak gugub." jelasnya.

melihat kepeduluan Rosa padanya, Juno nampak bersyukur masih memiliki seseorang yang mau berada disampingnya.

Suara musik pengiring mulai terdengar, Aku dan Rosa saling bergandengan dan memasuki pintu besar itu. Seluruh penjuru mata mengamati kami dengan sangat riuh. beberapa tamu Lee yang kukenali juga menghadiri acara ini. Rasa gugupku menjadi semakin tak terkontrol. beberapa kali aku meremas tangan kiri Rosa yang menenangkanku.

Sampai pandanganku tertujuh pada salah satu orang yang sangat kukenal. 'Dia datang dengan pakaian terbaiknya.' gumam Juno.

Toby yang berdiri dibarisan depan, menatapku dengan senyuman hangatnya. dan hal itu membutku teralihkan entah mengapa.

Kuraih jemari Lee, yang menungguku. kugenggam dengan kuat, agar aku bisa kembali fokus kepada acara. Sampai suara ditelingaku menjadi berdengung, dan membuatku semakin tak fokus. kedua pandanganku seketika mengabur dan rasa pusing menghantamku bak terbentur.

sampai akhirnya kakiku mulai lemas, dan tubuhku terjatuh dengan sendirinya. aku mulai tak sadarkan diri dan terpejam.

*One -Sides Story*