~Flaseback~
Setelah merayakan kelulusan, untuk menghindari hiruk pikuk mahasisa lain. kuputuskan untuk keluar dari aula. karna kebisingan ramai yang membuat ruangan itu menjadi berdengung.
Dengan menikmati aktivitas diluar, kuputuskan sekalian mencari udara luar agar diriku bisa santai. Sampai langkah panjangku membawa diriku kegedung C yang sudah pasti di penuhi mahasiswa tahun kedua disana. karna memang kebanyakan kelas mereka berada di gedung C.
melihat begitu banyak kesibukan yang berlalu lalang disana, tiba-tiba pandanganku tertuju kepada pria kurus yang menangis terseduh di kursi besi itu.
mendengar isakanya dari jauh, perasaanku menjadi ikut sesak seketika. dengan langkah cepat kuputuskan mendekatinya. sampai semakin dekat, aku mulai mengenalinya seketika.
Juno anggara, Salah satu Asdos mata kuliah Ekonomi yang cukup terkenal karna kecerdasanya. 'Mengapa dia menangis.' langkahku semakin medekat, sampai kulihat secarik kertas yang sudah basah oleh air mata menjadi tak berupa.
sampai pandangaku tertuju pada Teks tebal formulir pengunduran diri. aku mulai sadar bahwa dia menangis mungkin karna itu.
Entah mengapa, tanpa berfikir ku sodorkan buket bungaku dan menenangkanya dengan sok pahlawan kesiangan.
"Kamu harus bisa lulus sepertiku." Dukungku. melihat dia menyekah air matanya kasar, dan bergegas pergi tiba-tiba. membuatku mulai menghentikan langkahnya dengan menahannya. Kudorong buket bunga yang masih kugenggam pada lengannya yang lain. " Aku akan membantu kesusahanmu, jadi semangatlah."
melihat perubahan wajahnya yang kesal akan ucapanku, aku hanya tersenyum. " Aku bisa membantumu, jadi biarkan aku menjadi pahlawanmu."
Tanpa berbicara, dia hanya menatapku dengan tak terartikan.
~One-sided story~
setelah mengajaknya untuk mengisi perut, aku menjelaskan bahwa ucapanku benar-benar bisa membantunya.
" Kamu bisa Lulus tanpa memikirkan biaya, aku bisa membantumu. Aku tahu bahwa kamu salah satu siswa pintar di kalangan anak tahun kedua, jadi masa depanmu tidak seharusnya gagal seperti ini."
mendengan ucapanku, dia hanya diam tanpa berucap.
karna merasa mungkin dia tidak yakin akan diriku yang tiba-tiba muncul seperti seorang penipu yang sedang mengincar mangsa. untuk menyakinkanya sekali lagi, kuputusakn mengeluarkan kartu namaku dan ku sodorkan padanya.
"Sekarang aku sedang bekerja di perusahaan logistik, jadi kujamin janjiku tidak hanya menjadi sebuah penipuan."
setelah mendengar aku berbicara seperti itu, dia langsung menatap kartu nama yang ku sodorkan dan membaca setiap huruf yang ada di sana.
" Kau boleh berfikir tidak percaya akan ucapanku, tapi cukup percayalah janjiku."
mendengar ucapaku, dia nampak menatapku dan bertanya dengan logis. " Lalu apa yang harus kuberikan sebagai gantinya?" ucapnya datar.
aku hanya tersenyum, saat dia mulai mau berbicara.
"Dirimu." Dan seketika suasana di sekitar mulai ikut senyap, dia yang mendengar jawabanku nampak tak percaya dan menatapku aneh.
aku yang menyadari tatapan itu bergegas menolak pemikiranya. "Maksudku, kamu harus mau membantuku. aku menginginkan jasamu dalam bekerja." jelasku dengan cepat.
" Tapi aku belum lulus, dan membantu bekerja itu sangat tidak mungkin."
Senyumku mulai tergaris seketika. " Aku sudah mengetahui kepintaranmu, jadi kau bisa membantuku tanpa harus Lulus."
Dengan wajah ragu, dia nampak ingin menolak. " Sepertinya aku bukan orang yang cocok akan hal itu." dia mulai menyodorkan balik kartu namaku.
" Apa kau tidak ingin Lulus dan hanya berhenti begitu saja tanpa usaha?" mendengar ucapanku , expresinya nampak beruba kesal seketika.
" apakah anda tahu arti dari kata usaha." ucapnya dingin.
"Sepertinya aku salah berbicara, maaf seharunya aku tidak berbicara seperti itu. tapi jujur bukan seperti itu maksud ku." dengan susah payah, aku meyakinkannya.
" aku harus pergi karna ada kesibukan yang lain." dia mulai berniat pergi meninggalkanku. sampai akhirnya ucapaku membuat dia mengurungkan langkahnya.
"Bantu aku sebagai asisten, aku harus mulai bekerja di perusahaan orang tuaku. dan kurasa kamu cukup bisa membantu." jelasku begitu saja.
dia nampak menatapku dan berfikir sebentar. " Akan kuhubungi begitu aku sudah tenang." dia meraih kartu namaku dan membawanya pergi bersama dirinya yang berjalan menjauh keluar.
~One-sided story~
seminggu kemudian dia akhirnya menghubungiku dan mengatakan bersedia membantu. dan setelah itu aku mengajaknya untuk bertemu kembali untuk membicarakan hal itu lebih detail.
dan tanpa masalah seperti sebelumnya, dia benar-benar bersedia membantuku dalam mengurus beberapa pekerjaan yang kudapatkan dari perusahaan. beberapa kali dia juga mau tak mau harus ikut dengaku dalam pertemuan pekerjaan dan pengetahuanya benar-benar sangat membantu.
tentu saja sebagai imbalanya, aku mulai membiayai semester kuliahnya dan membiarkan dia berkuliah tanpa memikirkan biaya.
dari hari kehari, kedekatan kita mulai terbangun. Juno yang semakin terbuka benar-benar terlihat berbeda dari yang aku bayangkan sebelumnya. sikap kekana-kanakan dan manja yang tak perna dia tunjukan kepada siapapun, akan selalu lepas dengan gampangnya jika kita sedang bertemu. dan itu membuatku sadar bahwa aku mulai terpengaruh secara halus oleh pesonanya.
tetapi semua itu tak bertahan lama, Setelah kelulusannya. Juno nampak menjadi seseorang yang berbeda dan itu membuatku sadar bahwa ada sesuatu yang dia sembunyikan kepadaku.
setelah 4 tahun saling mengenal, aku mulai merasakan bahwa jarak diantara kita mulai terbangun dan kecanggungan yang dia buat telah menjadi dinding penghalang komunikasi kita.
tapi hal itu tak perna kufikir secara nyata, karna aku masih bersyukur bahwa dia masih berdiri disampingku dan itu adalah hal yang perlu ku syukuri.
~One-sided story~
setelah hari kelulusanya, Juno nampak senang dan ingin membanggakan dirinya dihadapan Toby pahlawanya. seseorang yang cukup berani berjanji kepadanya bahwa dia akan menjadi seorang pahlawan didalam problem hidupnya yang kacau.
Juno selalu berbicara jujur terhadap seniornya itu dan berusaha membantunya dengan jaminan hidupnya. dan hal itu membuat Juno merasa bahwa kedekatan mereka sudah terasa tak berjarak. semua rahasia dan keburukan yang terjadi akan selalu mereka tutupi satu sama lain.
tetapi, setelah itu tamparan keras dari kenyataan hidup menyadarkan Juno sekali lagi. bahwa dia tak akan perna bisa mendapatkan lebih dari apa yang dia inginkan sekali lagi.
memiliki Toby di dalam hatinya, adalah hal yang dia ingin miliki. tetapi realita hidup membuat Juno sadar bahwa hidupnya tidak akan perna ada pilihan lagi. dia hanya harus melakukan itu tanpa membuat hidupnya hancur kembali.
secara rahasia, Tuan Bram ayah Toby memangilnya dan mengajak berbicara empat mata dengannya.
Juno yang tak menyadari akan apa yang dia hadapi saat itu, nampak tak berfirasat bahwa hari itu juga dia harus menghancurkan perasaanya secara nyata.
" Aku menyadari bahwa kau memilik perasaan terhadap putraku." sudutnya. Juno nampak menunduk karna merasa bersalah, dia tak bisa menatap Tuan Bram seperti awal kedatanganya. kepercayaan dirinya telah hilang saat dirinya tersudut. " Aku bisa mengancurkan karir Toby yang sudah kalian bangun dengan muda, usaha kalian tidak akan perna berhasil jika aku sudah bertekat menghancurkanya."
Tuan Bram nampak menekankan kekuasaanya dengan gambalang.
Juno yang masih terdiam, hanya semakin menunduk karna tak berani menghancurkan apapun dengan pilihanya. karna kehancuran akan datang kepadanya dan orang yang dia sukai dan itu membuat Juno hancur.
" Tapi Aku bisa melepaskan niatku dengan muda jika kamu mau berkorban untuknya." melihat setitik cahaya mendatanginya, Juno mulai berharap. " Jangan perna kau tunjukan perasaanmu terhadap Toby sedikit pun, dan itu akan menyelamatkan karirnya."
setetes air mata yang terjatuh menandakan kehancuran hatinya, tidak akan ada lagi harap yang bisa dia inginkan.
~Flaseback~