Chereads / My Roselle / Chapter 3 - Julian Smith

Chapter 3 - Julian Smith

Rose sudah selesai dengan pekerjaannya di restoran, Ia berniat mengantarkan uang kembalian pada Tuan bernama Julian, jika dilihat dari alamatnya itu adalah sebuah apartemen, apartemen mewah yang letaknya ada di tengah kota Los Angeles.

Dengan menggunakan bus umum, Ia sampai di alamat yang tertera dalam kartu nama dan segera memasuki gedung itu dan mencari nomor unit apartemen milik Tuan Julian, rupanya tidak sesulit itu, Ia bahkan segera menemukannya. Rose menekan bel beberapa kali dan tak perlu menunggu lama seorang pria yang adalah Julian sendiri membukakan pintu untuknya. Pria itu mengenakan kemeja putih, seperti baru kembali dari bekerja.

"Tuan Julian Smith?"

"Hei, masuklah." baru saja Rose hendak mengambil uang di tasnya, pria itu sudah berjalan masuk. Ia sedikit bingung dan hanya mengikuti di belakangnya. Seharusnya, Tuan Julian tak perlu mempersilahkannya masuk, karena memberikan uang kembalian di depan pintu saja sudah cukup.

Dapat Rose lihat, Tuan Julian mendudukkan dirinya di sofa yang tampak begitu lembut dan nyaman, lalu Ia meraih gelas di atas meja di hadapannya dan meneguk pelan isi di dalam gelas itu. Rose masih tak paham mengapa Tuan Julian tidak mengatakan apapun.

"Tuan.." panggil Rose.

"Kemari, duduklah.."

"Ya? Eh tidak perlu Tuan, aku datang hanya untuk mengantar uang kembalianmu saja."

Julian Smith menyeringai, lalu Ia bangkit dan berjalan ke arah kaca besar, lalu bersender di sana.

"Tampaknya hujan turun saat kau datang."

"Hujan?"

"Apa kau datang dengan menggunakan mobil?"

"Sebenarnya itu tidak menjadi masalah bagiku, aku datang dengan menggunakan bus umum."

"Kau tidak mungkin pulang dan membiarkan pakaianmu lagi-lagi basah bukan?"

"Apakah hujannya begitu deras?"

"Lihat saja." Julian Smith kembali duduk dan memperhatikan Rose yang berjalan mendekat ke arah kaca.

Pria itu tidak berbohong karena hujan semakin deras dan meski Rose pulang dengan menggunakan bus, Ia harus berjalan ke halte dengan hujan-hujanan, payahnya Ia lupa membawa payung.

"Tuan, aku akan menunggu di bawah," ujar Rose.

"Tunggu saja di sini, ini sudah malam, tidak aman untuk seorang wanita menunggu sendiri di depan apartemen."

"Tapi Tuan.."

"Tidak masalah, kau tidak mengganggu."

Daripada menunggu di ruangan ini bersama pria yang baru Ia kenal, Rose lebih memilih menunggu di depan apartemen saja, tapi sepertinya pria itu bersikeras memintanya untuk tetap menunggu di apartemennya.

"Kau akan tetap berdiri di sana hingga hujan berhenti?"

Rose menoleh dan pria itu menepuk sofanya, mengisyaratkan dirinya untuk duduk.

Dengan berjalan ke sofa, Rose hendak kembali mengambil uang kembaliannya, seraya merogoh tasnya Ia duduk di sofa dengan mengambil jarak yang lumayan jauh dari Julian. Tapi seolah tak peduli dengan uang kembaliannya, Tuan Julian justru menawarkan minuman untuknya.

"Kau mau minum?" tawarnya.

"Tidak perlu Tuan," tolak Rose yang mulai menghitung uangnya.

"Nanti saja dengan itu, aku sedang menawarkan minuman padamu."

"Ya?" Rose meletakkan kembali uang-uangnya ke dalam tas dan memperhatikan Tuan Julian.

"Minuman?" tanyanya lagi dengan mengangkat gelasnya, Julian menawarkan minuman beralkohol pada gadis itu.

"Aku tidak minum," jawab Rose lagi.

"Sayang sekali, cuaca begitu dingin di luar, dengan meminum ini kau akan merasa hangat,"

"Apakah rasanya enak?" tampaknya Rose tertarik dan mulai bertanya tentang minuman yang Julian minum, karena apa yang ada di pikiran Rose adalah, minuman orang kaya seperti Tuan Julian ini tentu terasa nikmat dan sayang untuk di lewatkan, Ia tahu Tuan Julian tidak meminum minuman yang biasa di minum orang-orang pada umumnya.

"Kau tidak akan menyesal mencobanya, jangan khawatir karena kandungan alkoholnya rendah." tanpa bertanya lagi, Julian berjalan ke arah meja mini bar miliknya dan mengambil sebuah gelas, lalu mengisinya dengan minuman yang sama dengannya.

"Cobalah sedikit, aku tak meletakan apapun di dalamnya." Julian menjulurkan tangannya untuk memberikan segelas minuman itu pada Rose.

"B-baiklah.. Terimakasih Tuan." Rose menerima segelas minuman itu dengan sedikit canggung karena mendengar pernyataan Julian, padahal Rose sendiri melihat ketika pria itu menungkan minumannya. Ia meneguk sedikit minuman berwarna merah itu, menyegarkan dan juga menghangatkan tubuhnya.

"Boleh ku tahu namamu, Nona pengantar uang kembalian?" gurau Julian.

"Ros..Roselle," jawabnya sedikit berpikir, awalnya Rose hendak menyebutkan nama panjangnya, namun bukankah itu tak perlu.

"Roselle?"

"Orang-orang biasa memanggilku Rose."

"Rose.."

Rose mengangguk dan meneguk lagi minumannya.

"Bukankah sudah ku katakan jika rasanya nikmat?"

"Ya.."

"Lagi pula anggap saja itu adalah minuman yang ku sajikan untuk tamuku."

Rose tersenyum simpul, bahkan Tuan Julian tak tahu jika dirinya memang penasaran hendak mencicipi rasa minuman yang sejak tadi pria itu nikmati. Lagi-lagi Rose teringat akan tujuannya datang ke apartemen Tuan Julian.

"Tuan Julian, aku takut melupakan alasan aku datang kemari." Rose hendak mengambil lagi uang kembalian milik Tuan Julian di tasnya.

"Roselle, kau pikir aku sungguh-sungguh ketika meminta uangku kembali?"

"Ya? Apa maksudmu Tuan?"

"Simpan saja untukmu, aku tak membutuhkannya," tolak Julian

"Tapi aku tidak berhak, uang ini milik Anda."

"Sudah ku berikan untukmu Nona Roselle, aku tak mau menerimanya," kekehnya.

"Lalu untuk apa Anda memintaku mengantarnya kemari?"

Julian Smith meletakan gelasnya, Ia sedikit menyender dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada kemudian pandangannya mulai lain, pria itu memperhatikan Rose dengan sangat intens seperti ketika Ia memandangnya di kamar mandi.

Kemudian pria itu sedikit menyeringai, "Agar kau mau datang," jawabnya.

Rose masih tidak mengerti apa yang pria ini inginkan, mengapa harus meminta dirinya untuk datang jika Tuan Smith tak mau menerima uangnya, tentu dengan senang hati Rose akan menyimpan uang itu untuknya. Sebaliknya Ia harus susah payah untuk datang ke tempat ini dan dengan semaunya pria bernama Julian Smith ini menolak uang yang sudah Ia antar.

"Kau mengganti pakaianmu untuk datang kemari?" tanya Julian.

Rose memang mengganti pakaiannya dengan seragam restorannya yang sudah Ia keringkan.

"Apakah Tuan ingin pakaian kekasih Anda kembali?"

"Melisa?" Julian tertawa dan melanjutkan ucapannya, "Aku rasa kau lebih pantas memakainya Rose, terlihat lebih seksi darinya, bahkan ketika aku hanya melihat lehermu saja. Kau pasti tahu alasan mengapa aku tiba-tiba memelukmu," tampaknya Julian tengah mencoba menggoda gadis itu.

Rose mengalihkan pandangannya, matanya membulat tak percaya dengan apa yang baru saja Ia dengar, sungguh tatapan pria itu membuatnya tak dapat berkutik atau hanya sekedar menghardik ucapannya yang cukup fulgar, bahkan cara bicaranya yang terkesan angkuh menjadi daya tarik tersendiri untuknya, belum lagi wajahnya yang tampan dan bentuk tubuhnya yang sangat ideal, meski tertutup kemeja berwarna putih tetapi otot di lengannya tercetak sempurna.

Rose berharap kali ini Ia tidak akan terperangkap dalam godaan Tuan bernama Julian Smith.