Chereads / My Roselle / Chapter 2 - Him

Chapter 2 - Him

Pagi ini restoran tempat Rose bekerja lagi-lagi mendapat banyak pesanan dan Rose mendapat bagian untuk mengantarkan pesanan ke tempat tujuan.

"Kau harus antar ini ke Conrad Hotel."

"Apa tidak ada tempat lain selain hotel?"

"Kau tanya saja sendiri pada pemesannya!" ketus Ivy.

Seperti biasa, Rose malas untuk berdebat dengan wanita menyebalkan ini, lebih baik segera pergi mengantar pesanan, lumayan sembari mencari udara segar.

*

Rose sudah sampai di tempat tujuan, Conrad Hotel kamar nomor 1111, dengan segera Ia menekan bel. Biasanya orang-orang kaya yang memesan makanan di tempatnya akan marah jika pesanan mereka datang terlambat meski hanya beberapa menit saja, karena jalanan cukup padat, Rose menyadari jika dirinya datang terlambat dan menurutnya mengapa orang-orang ini tidak memesan makanan di hotel saja?

Ceklek!

Seorang wanita dengan gaun di atas lutut membukakan pintu untuknya.

"Pesanan atas nama-"

"Bawa masuk!" ujar wanita itu tampak tak ingin mendengar ucapan Rose.

"Camilan kita datang?" teriak seorang pria.

"Nona.. Kami sudah sangat lapar, kau tahu?"

Rose hanya membungkuk seraya tersenyum dan meletakan pesanan mereka.

"Bisa kau letakan semua makanan ini di piring?" tanya wanita yang tadi membukakkan pintu untuknya.

"Ya?"

"Tolong susun ini di piring ya," tambahnya.

Rose ingin menolak karena itu bukan bagian dari pekerjaannya, tapi rasanya itu tidak sopan. Biarlah Ia berikan bonus dengan menata semua makanan dan camilan ini di beberapa piring besar.

Rose memperhatikan ruangan disana, dapat Ia lihat beberapa pria mengenakan jas dan para wanita terlihat begitu anggun dengan gaun-gaun mereka. Di sebelahnya terdapat meja besar dengan banyak makanan beserta beberapa botol minuman yang tampak mewah, mungkin mereka membutuhkan makanan tambahan sehingga memesannya di restoran tempatnya bekerja.

Begitu asiknya memperhatikan suasana di ruangan itu, Rose merunduk untuk meraih lagi makanannya dalam box, namun tak sengaja Ia malah menabrak bahu seseorang yang tengah melewatinya hingga menumpahkan minuman yang di pegangnya pada pakaian yang Rose kenakan.

Beberapa orang memperhatikan Rose dan seolah tak peduli, mereka melanjutkan lagi obrolan mereka, sedangkan beberapa lainnya mengomentari kelalaiannya.

"Hei! Apa kau tidak bisa lebih hati-hati?"

Ia merasa malu, wajahnya memerah, seharusnya Ia lebih berhati-hati.

"Pakaianmu basah?" tanya wanita yang tadi memintanya menata makanan.

"Hanya sedikit, ini tidak masalah Nona. Maafkan atas kelalaianku."

"Tidak masalah, kekasihku tidak akan marah hanya karena kau mengotori permadaninya, sebaiknya bersihkan pakaianmu di toilet."

"Ini akan kering dengan sendirinya."

Wanita itu melangkah menuju ruangan lain dan kembali dengan membawa sebuah baju berwarna hijau berlengan panjang.

"Tapi Nona, ini tidak per--"

"Toiletnya ada di sebelah sana, kau bisa memakai pakaianku karena itu sudah tidak cukup untukku." wanita itu sedikit tertawa.

"Baiklah, terimakasih." Rose bergegas menuju toilet, rasa malunya sudah tidak dapat Ia tahan lagi.

Rose sangat menghargai niat baik wanita itu, tapi dengan memberinya sebuah pakaian, membuatnya merasa semakin tidak enak saja. Hanya baju atasnya yang sedikit basah, mengapa wanita itu malah memberikannya sebuah pakaian bekas miliknya.

Rose membuka pintu kamar mandi yang begitu luas, sungguh mewah karena segalanya terbuat dari marmer, dan mungkin harga satu kran airnya saja tidak cukup Ia beli dengan sebulan gajinya.

Ia masuk ke sebuah ruangan kecil untuk berganti baju di sana, lumayan baju itu cocok untuknya, jika dilihat wanita yang memberinya pakaian tadi memang memiliki perawakan yang sama dengannya, bahkan keduanya sama-sama berambut pirang.

Selesai berganti pakaian, Rose membersihkan pakaiannya yang kotor dengan tisu dan air. Ia kembali merutuki dirinya yang tidak berhati-hati hingga mempermalukan dirinya sendiri, dan sekarang karena kelalaiannya Ia harus memakai pakaian orang lain.

Rose membuang tisu yang Ia gunakan, tapi tiba-tiba dapat Ia rasakan sebuah pelukan dari belakang. Rosé terkejut, sedetik kemudian dapat Ia rasakan benda basah menyapu lehernya.

"Aromamu berbeda, tapi menyegarkan," suara pria itu menyadarkan Rose yang mematung dan sontak Ia memutar badan, membuat pria itu melepas pelukannya. Satu tangannya reflek menampar pipi pria yang tadi mencium lehernya.

Plak!

Melihat pria dihadapannya, Rose menutup mulutnya dengan kedua tangan, Ia benar-benar tidak berniat melakukannya.

Pria itu menolah ke arah Rose, terkejut menyadari wanita yang dipeluknya tadi ternyata adalah orang lain.

"A-apa yang kau lakukan??" tanya Rose.

"Kau bukan Melisa?"

"Melisa?"

"Ku pikir kau adalah kekasihku, kau bahkan memakai pakaiannya."

"I-ini.." Rose melihat dirinya, bukan salah pria itu telah berani memeluknya.

"Tunggu, kau wanita yang tadi malam bukan?"

Rose menyadari jika pria yang Ia tampar tadi adalah pria yang semalam datang ke restoran.

"T-Tuan, aku sungguh minta maaf sudah menamparmu, aku benar-benar terkejut."

Pria di hadapannya tertawa, "Aku yang seharusnya meminta maaf karena memelukmu tiba-tiba, lagipula rambut kalian begitu mirip, aku hampir tak bisa membedakanmu. Tapi mengapa kau mamakai pakaiannya?"

"Pakaianku basah dan dia memberikan pakaiannya."

"Hmm.." pria itu tampak mengangguk, pandangannya begitu intens memperhatikan wajah Rose dan turun ke bawah.

Merasa di perhatikan, Rose terlihat canggung, segera Ia mencari topik bahasan lain.

"Untuk uang kembalianmu Tuan, sayangnya aku tak membawa uang kembalian karena makanan ini sudah dibayar oleh pemesannya."

"Ya tentu tidak masalah, lagipula aku yang memesan semua makanan ini."

"Bagaimana jika nanti aku kembali untuk mengantar uang kembalianmu?"

"Kau bisa mengantarnya?"

"Tentu aku bisa mengantarnya, jumlahnya cukup banyak, kau harus mendapatkan kembali uang lebihanmu membayar tadi malam."

"Baiklah, kau bisa mengantarnya ke alamat ini." pria itu mengeluarkan sebuah kartu nama di dompetnya.

"Tidak disini?"

"Tidak, aku hanya memakainya untuk sebuah acara saja."

"Baiklah Tuan." Rose menerima kartu nama itu dan melihatnya sekejap. Tertulis di sana nama pria itu, Tuan Julian Smith. Ia mengusap lehernya yang tidak gatal hanya untuk membantunya terlihat santai, tapi itu justru memperlihatkan jelas jika Ia sedang begitu canggung di hadapan pria itu.

"Bukankah sudah tidak basah?" goda pria bernama Julian itu, membuat Rose menjadi semakin tak berkutik.

"Y-ya?" meski mendengarnya, Rose berpura-pura tidak mendengar karena pria ini malah bertanya hal yang sejak tadi membuatnya begitu malu dan canggung.

"Julian? Kau di sini?" Melisa, gadis yang pria itu maksudkan masuk seraya menengadahkan tangan dan mengerutkan dahi.

"Melisa, aku mencarimu."

Rosé merasa tak enak hati karena berada di kamar mandi bersama dengan kekasih wanita yang sudah berbaik hati memberikan pakaiannya.

Melisa berjalan ke arah Julian yang menyender pada westafle, Ia merangkul bahu Julian dengan satu tangannya dan dengan sigap satu tangan pria itu memeluk pinggangnya.

"Jadi apa yang kau lakukan bersamanya? Kau mengenalnya?"

"Ya, semalam aku membeli makanan di restoran tempatnya bekerja, aku tidak memiliki uang kecil sehingga aku meninggalkan uang kembalianku padanya."

"Oh, so.."

"Tidak masalah untukku. Aku hanya terkejut melihat dia memakai pakaianmu."

"Ya, dia sudah menjelaskan?"

"Aku sudah menjelaskan padanya Nona," jawab Rose segera.

"Bukankah itu cocok untuknya, aku merasa sesak ketika memakainya," gurau Melisa.

"Ahh.. Kau benar, aku tak suka melihatmu mengenakan pakaian yang mampu mengurangi keseksianmu," timpal Julian yang langsung di sambut dengan wajah manja gadis itu.

Rose merasa risih dengan sikap keduanya, kemudian Ia berpamitan untuk keluar dari tempat itu.