Setiap hari Gisel selalu mendapatkan ilmu baru, entah itu cuman latihan sedari awal lalu di praktikkan lagi lalu mengulang kembali materi nya. Tiada hari yang kosong bahkan saat ini dia sedang belajar dengan ular raksasa dengan kepala 2 dengan bantuan tombak miliknya.
"Apakah dia tidak berat membawa kepala 2 dengan badan satu?" Teriak Gisel kepada Paman sedangkan Paman tertidur di balik pohon yang besar.
"hiyaaaaa..., Kejarlah aku kau itu tak akan mampu mengejar aku yang kurus ini." Teriak Gisel dan tak lama ia di lilit oleh ular berkepala 2, " Paman Gisel tertangkap tolong Gisel Paman ini terasa pengap dada Gisel. Huhuhuhu Paman bangun dari tidur." Teriak Gisel dan tak lama ular pun pergi melepaskan Gisel dan muncullah Paman sambil menguap.
"Kau itu bagaimana, melatih diri saja sangat berisik. Lain kalau jika kau sedang bertarung jangan terlalu berisik karena itu mengundang musuhmu dan jangan terbelah pikiranmu itu mengganggu konstrasimu." Ujar Pan sambil melihat ke arah lain.
"Eh Paman bagaimana tahu tentang otak Gisel pikirkan?" Tanya Gisel sambil cengar-cengir melihat ke arah Paman dan tak lupa dengan andalan yaitu senyum bodohnya.
"Coba perhatikan di balik pohon terdapat seekor srigala berkepala 2 yang mengintai mu sedari tadi, apakah kau merasakannya?" Tanya Paman sambil menunjuk ke arah pohon besar dan Gisel terbengong melihat seekor bulu yang lebat meskipun dia tidak melihat wajahnya tapi melihat bulu yang begitu lebat, tiba-tiba pikiran melayang ke arah auman pada malam itu.
" Tenang lah itu hanya siluman yang sedang berwujud srigala." Ucap Paman tanpa melirik ke arah Gisel
"Ap..., apa tadi Paman bilang apa?, coba ulangi sekali lagi." Ujar Gisel sambil membulatkan matanya nya dan pandangan tertuju kepada balik pohon dan tak kemudian srigala tersebut menatap Gisel dengan Pandangan yang sulit di artikan.
"Siluman kenapa memangnya, toh sudah biasa aku mendengarnya!" Jawab Paman,
"Sudah ayo pergi, besok kita akan bertemu dengan pelajaran yang sama akan tetapi sedikit akan membuatmu menguras tenaga." Ucap Paman dan menarik tangan Gisel lalu meninggalkan tempat tersebut.
Malam sudah berganti Gisel sedang duduk di depan api unggun yang memancarkan kehangatan untuk Gisel seorang diri.
"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Paman sambil menepuk pelan bahu Gisel
"Eum Gisel tidak sedang memikirkan apa pun ko Paman!" Ujar Gisel sambil menggosok-gosok tangan mencari ke hangatkan di tengah hutan yang lebat.
"Sudahlah kamu tidak pakai berbohong, kamu merindukan Ayahmu, Chandra dan teman-teman yang bukan?, Mengkhawatirkan tentang teman-teman mu kan?" Tebak Paman sedangkan Gisel langsung terdiam sebab dia menebak semuanya dengan benar.
"Huft..., iya Gisel merindukan semua. Ini semua salah Gisel jika saja Gisel tidak keras kepala mungkin sekarang ini engga akan terjadi. Gisel ingin pulang, pengin ketemu orang terdekat." Ucap Gisel sambil menyeka air mata yang mulai menetes di pipinya.
"Jangan terlalu menyalahkan takdir, jika kamu mengeluh semua perjuangan kamu akan terasa sia-sia. Lakukan apa yang menurutmu terbaik. Itu pilihanmu jadi engkau tidak perlu ragu sebab itu diri sendiri. Sudah malam apakah kamu tidak mendengar grasak-grusuk suara di belakang mu?" Tanya Paman sambil tersenyum ke arah Gisel seketika Gisel melotot mata sebab di belakang sana terdapat segerombolan srigala ya g sama seperti malam itu.
"Kenapa Paman tidak memberitahu kepada ku bahwa di belakang ada srigala yang sama seperti malam itu?" Tanya Gisel dan di balas dengan kekehan dari Paman.
"Besok Paman ajarkan cara melompat dengan baik dan benar sebab kamu kurang dalam mengatur pernafasan saat bertarung dengan musuh." Ujar Paman sambil beranjak dari samping Gisel.
"Paman apakah Paman tidak merindukan istri dan anak Paman?" Teriak Gisel sedangkan Paman sudah menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badan.
"Kunci itu semaunya adalah dirimu. Jangan pernah kecewakan Paman." Ujar Paman lalu melanjutkannya langkahnya.
"Maksud apa kuncinya, Gisel menjadi kunci dari akar permasalahannya ini?" Tanya Gisel sambil menunjuk ke arah nya.
"Lupakan. Ayo masuk sebelum kau menjadi santapan buas srigala tersebut." Ujar Paman lalu benar-benar masuk ke dalam rumahnya dan meninggalkan Gisel dengan memegang buku kuduknya yang mulai merinding.
"seram banget si mendingan nyanyi biar hilang si setannya. ' setan oh setan mengapa engkau muncul, macam mana nak muncul Dajjal ajak aku terus. Dajjal oh Dajjal mengapa engaku seret setan. Macam mana aku tak seret setan mudah goda'. Astaghfirullah berarti setan sama Dajjal satu yayasan dong?" Ucap Gisel sambil berpikir tentang lirik lagunya.
"Gisel ayo masuk sebelum mereka benar-benar memakan mu hidup-hidup." Teriak Paman dari dalam rumahnya.
"Ah iya Paman Gisel juga sedang berjalan." Teriak Gisel sengaja padahal sudah dekat dengan pintu rumah.
Hari pagi sudah berganti dan Gisel sudah rapi dengan pakaian ya meskipun dia memakai baju bekas dari istri tapi masih muat.
"Sudah siapkah hari ini kau belajar dengan cara mengatur pernafasan?" Tanya Paman sambil menghadap ke arah Gisel dan di balas dengan anggukkan dari Gisel.
"Harimau keluarlah!" Ujar Paman dan tak lama muncullah seekor harimau besar dengan jantan.
"Hah itu sungguhan Paman?" Tanya Gisel sambil melihat ke arah harimau dengan pandangan kagum.
"Dia yang akan menyapihmu dalam mengatur dalam pernafasan. Kau sudah tahu pasti langkah-langkah dalam melatih pernafasan mu bukan?" Tanya Paman dan di balas dengan gelengan kepala dari Gisel.
"Jadi kau tidak mengetahuinya bukankah di zaman mu pendidikan sudah terjamin?" Tanya Paman sedangkan Gisel menganggukkan kepala.
"Paman meskipun di zaman Gisel pendidikan sudah terjamin pasti selalu ada orang bodoh di sekitarnya ya mungkin itu Gisel salah satu nya." Ujar Gisel dengan tertawa bodoh dan di balas dengan gelengan dari Paman. "astaga kau ini ya sudah Paman kasih tahu terlebih perlu di ingat." Ujar Paman.
Langkah pertama Lakukan Pemanasan yang cukup. Jangan malas melakukan pemanasan sebelum berlari. Pemanasan sangat penting untuk mempersiapkan tubuh kamu sebelum melakukan aktivitas fisik yang cukup menguras tenaga. Jadi, lakukanlah pemanasan minimal selama 20 menit dengan berjalan atau jogging dengan kecepatan yang standar. Bila kamu sudah mulai berkeringat, itu tandanya tubuh kamu sudah memanas dan kamu bisa mulai berlari dengan mempercepat larinya. Coba kamu pemanasan terlebih dahulu setelah itu Paman kasih tahu selanjutnya." Ucap Paman sambil memperhatikan Gisel selagi pemanasan di tahap awal.
"Paman bagaimana menerapkan teknik pernafasan yang tepat?" Tanya Gisel
" Astaga bocah ini engga tahu kamu tidak mengetahui nya?" Tanya Paman dan di balas dengan anggukan kecil dari Gisel.
" Ya sudah sini cepat perhatikan cara menerapkan teknik pernafasan. Jadi, sebelum berlari, cobalah untuk menenangkan diri dan tarik napas yang panjang dan dalam pada diam. Dan dengan melakukan pernapasan perut. Caranya, ambil napas yang dalam secara perlahan melalui hidung, lalu hembuskan napas melalui mulut secara perlahan dengan memaksa udara keluar dari paru-paru. Rasakan perutmu yang bergerak naik turun saat melakukan teknik pernapasan tersebut. Paham?" Tanya Paman dan di balas dengan anggukan kepala dari Gisel.