"Suku Batak, suku Bugis, suku Dayak, dan beberapa suku lain nya dulu terpecah sekarang menyatu dengan Indonesia akan tetapi budaya dan istiadat masih tetap berlaku hingga kini. Semisalnya suku Jawa dan suku Sunda tidak boleh menikah tapi tetap aja ada orang yang menikah suku Jawa dan suku Sunda. Entah sampai kapan pernyataan itu berlaku." Ucap Gisel mengedikan bahu nya.
"Lantas bagaimana jika menyatu?" Tanya Raden.
"Ya sama seperti masa kerajaan cuman sistem nya demokrasi dan mata uang ya juga sama akan tetapi sekarang ada uang kertas dan ada uang koin. Yang dimana uang kertas akan sangat besar daripada uang koin." Ujar Gisel sedangkan Raden hanya memangut-mangut dagu nya tanda mengerti.
"Bagaimana kehidupan mu di masa seperti itu?" Tanya Raden sambil melirik ke arah Gisel.
"Yang dimana uang lebih segala, orang lemah akan di bodohi dan di tindas sedangkan orang yang memiliki kekuasaan akan semena-mena pada orang yang lemah. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia itu sila yang ke lima tapi itu hanya berlaku untuk orang yang berpendidikan. Mereka memakan uang rakyat dan ketika sedang kesusahan para menteri meminta uang dari bidang apapun yang pasti itu dari pemerintah pusatnya. Makanya sering terjadi kericuhan karena pemerintah kurang teliti dalam melakukan apa pun. Jika dulu kerajaan akan di saling menyerang kerajaan lain maka saat ini pemerintah akan menyerang rakyat." Tutur Gisel mengingatkan kepada waktu dulu ia ikut demonstrasi karena ada omnibus law.
"Sungguh kejam sekali zaman pemerintahan kerja pada saat ini!" Gumam Raden.
"Semua nya hanya membutuhkan uang tanpa melihat keadaan sekitar. Semua hanya menuju keegoisan dan ambisi setiap individu makanya jangan terlalu percaya pada sistem pemerintahan." Ujar Gisel
"Di sini aman tanpa ada kekerasan, tidak ada kasus penindasan atau pun cara sistem pemerintah." Ujar Raden.
"Di sini memang indah tapi sayangnya ini bukan duniaku, jadi seberusaha aku tetap di sini pasti takdir bukan di sini." Ujar ku dengan tersenyum ke arah Raden.
"Jika kau sedang merindukan ku cukup kau pandangi bintang yang paling dekatmu dan saat kau merasa nyaman saat menatap nya." Ujar Raden dan tak lama Gisel hanya mengacak-acak rambut Raden yang begitu lebat untuk ukuran anak lelaki.
"Kau ini ada- ada saja." Kata Gisel
"Ya sudah ayo pulang sudah mau sore tidak baik untuk anak gadis pulang sebelum matahari terbenam." Ujar Raden tak lama Gisel menganggukkan kepalanya.
Hari mulai malam, para warga mulai memasuki rumah masing-masing, samar-samar ku mendengar suara burung hantu yang saling bersahutan begitu merdu.
"Kau tak takut hidup dalam raga orang yang sudah mati?" Tanya Aki Sepuh ketika menyalakan lilin di sekitar gubuk tanpa melihat ke arah Gisel.
"Ya mau bagaimana lagi takdir datang menghampiriku atau aku yang terbawa oleh takdir." Decak Gisel sambil menghela nafas dengan kasar.
"Bersikap seperti biasa ketika mereka hidup." Tiba-tiba Aki Sepuh berucap seperti itu dan Gisel mengkeryitkan dahi, "Maksud Ak sepuh seperti apa?" Tanya Gisel dan di balas dengan senyuman dari Aki sepuh.
Terjadi keheningan antara Gisel dengan aki sepuh bedanya Gisel memikirkan bagaimana ke depan nya sedangkan Aki sepuh memikirkan bagaimana menceritakan tentang siapa warga di sini. " Jika ku beritahu sesuatu apakah engkau mau mendengar?" Tanya aki sepuh dan Gisel semakin tidak mengerti maksud ke sini dan bertujuan untuk apa datang ke suami astral seperti ini. " Kalau pun aku tak percaya pasti selalu ada jalan untuk kebenaran." Kekeh Gisel sambil mengerucutkan bibirnya dan di balas dengan gelakkan tawa dari Aki Sepuh.
" Ini buku yang akan kau pelajari selama menunggu dia." Sambil menyerahkan buku setebal Al-Qur'an Gisel mengerutkan dahinya.
"Ini buat di pelajari Aki?" Tanya Gisel sambil menggelengkan kepalanya.
"Ya ini semua kau pelajari dan kau akan di bantu oleh Raden." Sambil mengangguk kepala Aki hanya menatap Gisel dengan pandangan yang sulit di artikan.
"Berapa lama aku akan belajar, kapan aku bisa bertemu dengan keluargaku kembali?" Tanya Gisel dengan menundukkan kepalanya ke bawah tanah.
"Jika kamu cepat menguasai ilmu kau akan segera ke dunia mu tapi setelah selalu misteri yang belum terpecahkan." Dengan memelankan dinakhir kata Aki hanya menatap Gisel dengan sendu dan tentu saja tanpa di ketahui oleh Gisel.
"Seberapa banyak masalahku hingga takdir membawaku dalam sejauh ini." Tanya Gisel menggadahkan wajah ke arah aku Sepuh.
"Sudah jangan mengeluh tentang semua ini Tuhan pasti punya rencana dan kau lakukan apa yang menurutmu terbaik. Jangan pernah sungkan untuk berbuat baik bukan?" Tutur Aki Sepuh, "Sudah ayo sudah malam besok bukankah kau akan berlatih dengan Raden?" Tanya Aki sambil menunjukkan letak kamarnya.
Dengan kamar yang kecil hanya ada ranjang yang terbuat dari bambu, kamar yang berukuran tiga meter itu hanya di sini oleh ranjang dan tempat untuk shalat. Gisel memperhatikan sekelilingnya dan hampir sama dengan kamar yang ada di rumah Paman.
"Ini kamarmu cuman ada satu dan jika ingin buang air ke pemandian umum. Jarak nya ada lumayan dekat dari sini." Sambil membuka gorden Aki sepuh dan menunjukkan kamarnya.
"Terima kasih Aki sudah menampung saya dengan baik di sini. Dan selamat malam juga." Ujar Gisel sambil mengangguk kepalanya.
Gisel berbaring di atas kasur yang lumayan enak mungkin baru seperti nya. Ya tuhan ia sangat rindu dengan sebelum kejadian seperti ini yang menghantarkan dirinya ke dalam dunia astral dan mengetahui lebih dalam tentang zaman dulu.
Apakah aku sanggup hingga akhir menuntaskan semua ini Tuhan? Jika tidak bisa tolong bantu dalam menghadapi setiap permasalahan ku tuhan. Batin Gisel berucap dengan lirih dan tersenyum dengan getir.
Gisel sedang melamun dan ia di kagetkan dengan suara yang sangat ramai, ia mengintip dari jendela yang tidak tertutup rapat tapi ia tidak melihat apa pun di luar sana akan tetapi mengapa sangat ramai?, haruskah aku keluar dari rumah ini?.
Aku memejamkan mata meski berusaha untuk menghiraukan apa yang sedang terjadi.
Samar-samar ku mendengar suara yang terdengar sangat enak di dengar bahkan mengalahkan lagu BTS atau pun penyanyi pada masa kini. Ku buka mata perlahan dan suasana sangat ramai tapi mengapa suara nya begitu nya, bahkan matahari pun belum beranjak dari sisi barat, suara itu seperti aku pernah mendengarnya tapi dimana ya.
Gisel membuka gorden yang menghubungkan ruang tamu dengan kamarnya hanya ada dua penerangan yang bernama Sentir (Semacam lilin tapi itu menggunakan minyak tanah, biasanya dipakai untuk penerangan di dalam rumah. Tapi sekarang sudah ada listrik jadi jarang diketahui dan jarang di gunakan. Alat nya cukup kita kasih minyak tanah lalu di kasih api dan akan menyala semalaman).
"Loh aki sudah bangun?" tanya Gisel ketika melihat aki sudah rapi menggunakan baju.
"Aki yang bertanya kepadamu, kamu sudah bangun?" tanya balik aki kepada Gisel dan hanya mengangguk kepala.
"Aki itu suara apa, sepertinya Gisel pernah dengar dan kenapa sudah rami sekali bukankah ini masih pagi untuk memulai aktifitas?" sambil bertanya Gisel melihat ke arah luar meskipun tertutup oleh gubuk.