Chereads / Misteri Gunung Maruyung / Chapter 17 - Berlatih

Chapter 17 - Berlatih

"Langkah pertama lakukan pemanasan yang cukup. Jangan malas melakukan pemanasan sebelum berlari. Pemanasan sangat penting untuk mempersiapkan tubuh kamu sebelum melakukan aktivitas fisik yang cukup menguras tenaga. Jadi, lakukanlah pemanasan minimal selama 20 menit dengan berjalan atau jogging dengan kecepatan yang standar. Bila kamu sudah mulai berkeringat, itu tandanya tubuh kamu sudah memanas dan kamu bisa mulai berlari dengan mempercepat larinya. Coba kamu pemanasan terlebih dahulu setelah itu Paman kasih tahu selanjutnya." Ucap Paman sambil memperhatikan Gisel selagi pemanasan di tahap awal.

"Paman bagaimana menerapkan teknik pernafasan yang tepat?" Tanya Gisel

"Astaga bocah ini engga tahu kamu tidak mengetahui nya?" Tanya Paman dan di balas dengan anggukan kecil dari Gisel.

"Ya sudah sini cepat perhatikan cara menerapkan teknik pernafasan. Jadi, sebelum berlari, cobalah untuk menenangkan diri dan tarik napas yang panjang dan dalam pada diam. Dan dengan melakukan pernapasan perut. Caranya, ambil napas yang dalam secara perlahan melalui hidung, lalu hembuskan napas melalui mulut secara perlahan dengan memaksa udara keluar dari paru-paru. Rasakan perutmu yang bergerak naik turun saat melakukan teknik pernapasan tersebut. Paham?" Tanya Paman dan di balas dengan anggukan kepala dari Gisel.

Dan tak dua puluh menit kemudian Gisel pun sudah pemanasan sekarang dia sudah bisa mengatur pernafasan. " Jika sudah bisa mengatur nya maka kamu cobalah berlari dengan pelan sekitaran sini ingat di selingi dengan berjalan karena kamu sedang mencobanya terlebih dahulu ya minimal lima menit cukup agar nafasmu menjadi teratur dan berjalan dengan langkah panjang selama satu menit." ujar Paman dan Gisel langsung berlari kecil dan tak lama berhenti di depan Paman kenapa harus dengan langkah seperti itu?" Tanya Gisel kepada Paman.

"Cara ini bisa kamu mungkin tidak menyadari kalau irama napasmu jadi mengikuti gerakan langkahmu ketika berjalan. Saat kamu melangkah, secara tidak sadar kamu juga pasti bernapas. Kamumu enggak akan kehabisan napas. Gunakanlah dengan nafas melalui mulut walaupun teknik bernapas melalui hidung disarankan untuk mengontrol aliran udara yang masuk, namun nyatanya, saat berlari tubuh menuntut asupan oksigen yang lebih besar dari volume udara yang bisa dihirup oleh hidung, sehingga bernapas melalui mulut adalah solusi yang terbaik. Jadi jangan tergesa-gesa Gisel. Sudah paham maka lakukan!" ucap Paman sambil menatap Gisel dengan Sebal sedari tadi bertanya saja.

Gisel yang terbiasa dengan latihan karate tapi ketika bakar ini dia terasa ngos-ngosan ya m

Karena jarang bergerak. "Paman seperti nya sudah selesai!" ujar Gisel sambil mendudukkan bokongnya di samping Paman.

"Baiklah sekarang kamu bersiap-siap untuk lolos dari harimau." dengan entengnya Paman berbicara seperti itu kepadaku.

"Eh gimana Paman?" tanya Gisel kepada Paman

"Dia akan mengejar mu jadi bersiaplah dengan apa yang tadi Paman ajarkan kepadamu." ujar Paman dengan memanggil harimau nya dan tak lama muncullah harimau nya seketika Gisel menelan ludahnya sendiri melihat betapa jantan harimau tersebut.

"Paman benaran dia engga akan gigit Gisel nanti?" tanya Gisel sambil memasastikan kepada Paman sedangkan Paman menganggukkan kepala nya.

"Ya sudah cepat sana, di mulai dari sekarang. Lari!" teriak Paman seketika Gisel berlari terbirit-birit menghindari serangan dari harimau tersebut.

Butuh waktu sekitar 2 jam Gisel berlari menghindari harimau padahal dulu sewaktu dia sedang marathon berlari dengan jarak dua kilometer saja sudah kalah sedangkan ini berlari berkilo-kilo meter dia bahkan tidak cape ya meskipun cape tapi beban di sini terasa ringan seperti tidak ada gravitasi bumi.

"Paman gimana Gisel berhasil tidak?" tanya Gisel sambil berselonjor di tanah,

"Tapi mengapa dia sangat cepat sekali mengejar Gisel Paman?" tukas Gisel sambil mendelik ke arah Harimau sedangkan Harimau nya mendusel-dusel ke arah Paman.

"Dia memang galak ketika sedang bertugas tapi ketika selesai tugasnya dia akan bermanja ria." kata Paman sambil mengusap pelan bulu Harimau.

"Badan aja gede hati hello Kitty. Ckckckckc." ucap Gisel sambil menertawakan Harimau nya.

"kau ini bisa saja meledeknya. Nanti malam Paman akan pergi ke puncak gunung kamu di rumah sendirian." ucap Paman

"Hah mau ngapain ke sana Paman?" tanya Gisel dengan nada takut.

"Ada urusan sebentar, jadi kau di rumah jaga diri baik-baik. Ilmu yang sudah ku ajar kepadamu tolong ingat dan perhatikan lagi." katanya dengan nada tegas.

"Memang mau berapa hari Paman, jika sebentar Gisel nanti engga takut kalau di sini sendiri." ujar Gisel sambil mendudukkan kepalanya.

"Kau tak perlu si monyet akan bersamamu. Berlatih lagi dengan monyet!" ujar Paman di sertai dengan kekehan kecil.

"Aikh Paman ini bagaimana Gisel engga mau berlatih dengan monyet. Waktu tidur aja di timpuk kepala Gisel sama dia!" delik Gisel Paman.

"Kau ini ada-ada saja. Tapi setidaknya dia baik memberi pisang!" ujar Paman

"Paman ke sana jalan kaki sendiri?" tanya Gisel dengan nada khawatir

"Ya paman akan ke sana sendiri, jika Paman tak pulang selama seminggu kamu mengikuti jalan setapak itu ya." ucap Paman sambil menunjuk ke arah jalan setapak yang berbelok ke arah kiri sedangkan jalan yang selalu di lewati oleh Gisel adalah jalur kanan.

"Memang nya kemana jalan tersebut?" tanya Gisel sambil melirik ke arah jalan tersebut.

"Nanti kamu mengetahuinya yang jelas jika Paman tak pulang selama satu minggu kamu mengikuti jalan tersebut. Dan jika ada seseorang yang menyerupai Paman percayalah itu bukan Paman. Karena paman tidak pulang sebelum burung merpati datang menghampirimu!" ujar Paman sambil menerawang ke arah langit lebih tepatnya merindukan sang istri.

" Kenapa mesti begitu Paman?" tanya Gisel dengan nada kekepoan.

"Sudah kalau di jelaskan kamu tidak akan mengerti. Lebih baik kau cari stok makanan di rumah karena kamu mana mungkin berani keluar di tengah hutan seperti ini." ucap Paman sambil beranjak dari duduknya.

"Mau kemana Paman?" tanya Gisel

"Berdiri dan kumpulkan makanan untuk keperluan besok. Ingat berhati-hatilah karena suatu saat kamu akan menghadapi Pohon hidup. Jangan mudah terpengaruh dengan buahnya. "ujar Paman sambil menyerahkan boboko (Tempat untuk Nasi/bikin kecambah/taouge/mencuci beras. Biasanya ini di gunakan untuk orang desa pada zamannya. Meskipun sudah jarang terlihat tapi hingga kini masih ada).

"Memang nya ada pohon seperti itu Paman?" tanya Gisel lagi dan di balas dengan anggukan dari Paman.

"Sudah cepat sana, sebelum matahari mulai tenggelam." ujar Paman Sam jl mendorong Gisel untuk mencari buah-buahan.

"Ya sudah Paman Gisel pamit dulu. Tunggu di sini!" teriak Gisel sedangkan Paman menutup telinga meskipun begitu dia tetap tersenyum tipis sebab sewaktu istri hamil dia berfikir calon buah hati nya adalah putri ternyata adalah anak lelaki.

Dengan suasana hati yang cerah dan bahagia Gisel bersanding ria dan dia melihat seekor kaki dan memakai baju berwarna hitam seketika Gisel menelan ludah dan sedikit demi sedikit mengangkat kepala nya dan dia terkejut apa yang dia lihat adalah seorang nenek berbaju hitam dan berambut panjang dan sedang tersenyum miring melihat ke arah Gisel

"Siapa kamu, mengapa kamu menghadang saya?" tanya Gisel dengan menutupi kegugupannya meskipun dia sebenarnya sudah mau berlari tapi dia ingat ini dunia astral percuma saja berlari juga.

"Hehehehehehehehe jadi ini keturunan yang akan memutuskan keturunanku hehehehehe." ucapnya dengan nada melengking dan menatap tajam Gisel.

"Siapa Anda, dan apa urusanmu dengan saya?" tantang Gisel akan tetapi dalam hati mengumpat keras kepada wanita yang di depannya.

"Aku adalah musuhmu anak muda. Bersiaplah ini!" ucap Nenek tersebut dan langsung menyerang Gisel sedangkan Gisel langsung terjatuh ke tanah.