Ayah Maruyung POV.
"mengapa kita tak boleh bersama. Ayo kita berjuang bersama kembali!" Ucapku sambil meminta dia dengan baik-baik sedangkan dia mengadahkan kepala lalu tersenyum
"mas bukankah kamu ingin kita bertiga berkumpul. Bersama anak kita ?" Tanya dia sambil menatapku dengan mata teduh sedangkan aku mengangguk kepala.
"mas tolong bantu anak kita yang sedang terancam oleh anak pemberontak yang waktu itu menculik anak kita." Ucap dia sambil menyeka air matanya
"Kenapa dengan pemberontak itu?" Tanya ku sambil mendekatinya
"Mereka menginginkan kalung yang mas beri kepadanya." Ucap sang istri dan seketika melotot kan mata tanda terkejut.
"astaga anak kita dalam bahaya." Ujarku sambil meremas rambut," Lantas harus bagaimana?" Tanya ku dengan menghela nafas.
"Mas bantu gadis itu. Dia akan membawa kita ke dunia yang sama. Tolong ajarkan dia sama seperti kau mendidik anak kita. Mas aku percaya kepadamu tolong jangan mengecewakan aku. Percayalah jika akan bertemu di hari yang sama akan tetapi bantulah mas demi keadaan kita." Ujar istri ku dengan tersedu-sedu.
"Apa yang Mas lakukan?" Tanya sang suami kepada istrinya
"Bantu gadis itu dengan caramu, pastikan dia mempelajari semua ilmu yang kau punya." Ucap sang istri.
"Lalu setelah itu apa yang akan terjadi?" Tanya sang suami lagi
"Lakukan saja mas, apa yang aku ucapkan tapi aku harap jangan terlalu kasar dalam mendidiknya karena dia wanita, jangan samakan dengan lelaki. Mas aku pamit dulu selamat jumpa di kemudian hari. Aku mencintaimu mas selamanya!" Ucap sang istri lalu menghilang di balik cahaya putih dan sambil tersenyum meski buram.
"Sayang kamu dimana..., sayang dengar aku tidak?" Teriak sang suami kepada sang istri.
"aku mencintaimu mas." Ucap sang istri akan tetapi tidak menampakkan wajahnya yang terdengar hanya suara yang halus nya.
"Sayang kamu dimana, sayang..., Jangan pernah pergi meninggalkan aku!" Ucap sang suami dan tak lama kemudian dia terbangun dari mimpi nya seketika dia melototkan bola mata teringat dengan gadis yang dia sempat lihat di dalam hutan.
" Astaga bagaimana ini aku bodoh sekali, apakah yang di maksud dia adalah gadis yang tadi di hutan. Sayang apa kamu mendengar aku?, Aku merindukanmu. Tetap di sana dan tetap menungguku ya sayang." Ucap sang suami lalu beranjak dari kursi
"huh seperti ini memang benar, ya sudah bagaimana lagi. Tepu kemarilah!" ucap batinku.
Dan tak lama muncul seekor harimau yang sangat gagah dan sangat jantan.
"Saatnya kita beraksi lagi, sudah lama tidak memakai mu kawan." Ucap sang majikan kepada harimau sedangkan harimau mengerang tanda menjawab sang majikan.
"Baiklah karena kita ada misi, jadi kau bersikap tenang karena ini menyangkut masa depan pemilikmu, dan jangan membuat takut. Mari kita berjalan!" Ucap ayahku .
Setelah berjalan sampai di tempat tadi aku mengendarakan pandangan ke segala penjuru tapi aku tidak menemukan barang setitik lalu aku bertanya kepada harimau.
" Apakah kau melihat manusia?" Tanyaku kepada Harimau sedangkan harimau juga sedang mencari dan tak lama dia menemukan seorang gadis yang mencari sesuatu. Aku menunggu dia datang menghampiri ku dan dia bertanya kepadaku daripada banyak penjelasan lebih baik ku ajak dia saja ke gubuk dan memulai aktivitas yang padat.
Ayah Maruyung end POV.
Gisel POV.
Sudah berapa ilmu yang ku dapat dari latihan ini, meskipun aku bisa menguasai ilmunya tapi kadang badan ini remuk. Aku entah berapa lama harus di sini sebab setiap malam paman pasti keluar entah lah aku juga tak mengerti untuk apa dia keluar cuman yang aku herannya aku tak pernah paman memakan makan yang ku makan. Di sini banyak binatang buas yang siap memakan dagingku. Pernah suatu malam aku keluar karena pengin buang air kecil di semak-semak dan kalian tahu di sana ada segerombolan srigala yang menatap ku dengan lapar, aku menjerit dan tak lama kemudian paman datang dan mereka, segerombolan srigala langsung pergi. Aku heran juga mengapa aku bisa tersesat di sini, aku juga bingung apakah ini cuman mimpi atau ini nyata jiwaku di sini tapi raga sedang tertidur. Entah lah setiap ku tanya kapan pulang jawabannya tetap waktu yang tepat. Dan satu lagi yang membuat aku heran adalah waktu. Waktu di sini dan waktu di dunia sungguh berbeda kadang aku berfikir tinggal di sini lebih nyaman tapi aku harus menyelesaikan urusan tentang gunung Maruyung. Entah itu benar atau tidak tapi aku berusaha mencari jalan keluar dari setiap sisi hutan tapi seperti lingkaran yang tidak ada ujungnya bahkan ketika aku mencari jalan pulang aku tidak melihat jejak yang ada semak-semak yang lebat.
Gisel End POV.
"Maaf paman habis ini Gisel ada tambahan latihan kah?" Tanyaku yang bersandar di bawah pohon yang menjulang dengan tinggi.
"Ada banyak latihan untukmu, hanya saja kamu terlihat lemah dalam mengatur pernafasan ketika berlatih!" Ucap paman sambil terkekeh geli.
"Ya mau bagaimana lagi. Karena Gisel jarang berolahraga terutama dalam pernafasan. Karena itu cape, melelahkan dan malas." Ujar Gisel.
"Mau lanjut berlatih ke selanjutnya atau berhenti di tengah jalan?" Tanya sang paman sambil menengok ke arah Gisel.
"Paman kasih waktu sedikit lagi, Gisel terasa cape mana ini jantung juga berdetak dengan cepat banget!" Ucap Gisel sambil menyeka keringat yang ada di dahi nya.
"Mungkin sebentar lagi, akan tiba waktunya." Ucap paman sambil beranjak dari duduknya.
"Ayo jangan pernah menyerah, bangun kau masih muda jangan pernah terkecoh dengan halusinasi dunia yang kau nikmati saat ini." Ucap paman sambil mengulurkan tangan kepada Gisel dan tak lama melihat lalu terdiam dan menerima uluran tangan sang Paman.
"Paman setelah Gisel berfikir jika terlalu malas dalam menghadapi setiap permasalahan kita tidak akan bisa keluar dari masalah tersebut. Benar tidak?" Tanya Gisel ketika bersampingan dengan paman.
"Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam setiap darah yang mengalir. Jangan terobsesi dengan sesuatu yang mustahil untuk di gapai. Karena manusia mempunyai akal yang lebih sehat daripada binatang." Ujar Paman.
"ckckckc..., Paman Gisel juga tahu dalam hal itu cuman kan jawaban dengan pertanyaan Gisel engga nyambung." Decak Gisel
"Dimana letak salah nya?" Tanya Paman
" Tidak ada yang salah, hanya saja pertanyaan Gisel buat paman tidak sesuai dengan pertanyaan Gisel!" Ujar Gisel dengan memutarkan bola mata dengan malas.
"Itu kunci jawaban dari setiap permasalahannya." Ujar Paman lalu meninggalkan Gisel yang terbengong melihat Paman dengan nada bicara yang sangat.
"Eh paman ternyata bisa berbicara dengan cepat?" Tanya Gisel sambil berjalan dengan cepat mengekor Paman
"Sudah cepat jangan seperti siput yang membawa rumahnya kemanapun dia pergi." Ujar paman dan seketika aku menahan tawaku.