"Berdua di atas motor denganmu, lebih terasa romantis, ya … besok aku akan mengendarai sepeda motor lagi saat ke kampus," ujar Hans.
"Bilang saja kamu ingin dipeluk olehku!" gerutu Rea sembar menggelitik pinggang Hans.
"Rea …!" panggil Hans.
"Hm? Iya, Hans?!"
"Aku sayang kamu!"
"Aku juga sa—"
Tiiiiin …!!!
Braaaaaaak!!!
***
Flash back
Rea membuka matanya, sakit terasa di seluruh tubuhnya.
"Rea! Kamu sadar? Bangun sayang …," ucap Hans sangat cemas dengan keadaan Rea.
Tes!
Cairan berwarna merah menetes di pipi Rea.
Rea melihat dengan samar, wajah Hans yang berlumuran darah.
"H—hans? K—kamu … ba—"
Rea kembali memejamkan matanya. Ia pingsan, lagi.
***
"Re?"
Rea membuka mata ketika mendengar seseorang memanggil namanya.
"Fer? Aku … dimana?" tanya Rea sedikit panik.
"Kamu kecelakaan, tapi tidak terlalu parah. Sepertinya kamu syok, sehingga pingsan seperti ini," jawab Ferdinan yang terlihat menemaninya di kamar, kamar pribadi Rea,
"Aku pikir, aku dirawat di rumah sakit," gumam Rea, bersyukur.
"Tidak. Hanya saja, kaki kamu harus di gyps beberapa waktu, hingga sembuh. Tidak terlalu parah, hanya bergeser saja tulangnya."
"Bergeser kamu bilang tidak parah?!"
"Terkilir, Rea … dokter saja yang berlebihan meminta kakimu untuk di gyps."
"Lalu … Hans, dimana?" tanya Rea, ingat pada kekasihnya.
Rea melihat jari manis di tangan kirinya, belum melingkar cincin di sana.
"Aku ingin bertemu dengan Hans," rintihnya.
"Sebaiknya, jangan dulu, Kamu juga perlu istirahat, Rea …," balas Ferdinan.
"Aku mencemaskannya, Fer … tolong bantu aku untuk bertemu dengannya."
"Huft … aku bicara dengan orang tua kamu dulu. Kalau diizinkan, kita pergi ke rumah sakit, ya."
Rea mengangguk, menunggu Ferdinan yang baru saja berlalu keluar dari kamar Rea untuk menemui Mama Rea, meminta izin.
Tidak perlu menunggu terlalu lama, Ferdinan kembali ke kamar Rea bersama sang Mama.
"Ma …," sapa Rea melihat sang Mama menghampirinya bersama Ferdinan,
"Ingin menjenguk Hans?" tanya Mama Rea.
Rea mengangguk, berharap sang Mama mengizinkannya.
"Rea … Mama dan Ferdinan akan menemani kamu ke rumah sakit, untuk menjenguk Hans, ya," ujar Mama Rea.
Rea mengangguk, sangat bersemangat.
"Iya Ma!" jawabnya dengan nada dan raut yang begitu sumringah.
***
"Hans tidak bisa dijenguk dan kamu seenaknya masuk ke dalam kamar inapnya?!"
"Kalau Hans tidak bisa dijenguk, mengapa ada teman-teman satu kelasnya?" Rea mengajukan balik pertanyaan tanpa menjawab pertanyaan dari Mama Hans.
"Saya tidak mengizinkan kamu! Kamu penyebab anak saya kecelakaan!"
"S—saya? Saya juga korban dalam kecelakaan itu, Tante …," Rea berusaha membela dirinya.
"Maaf, Bu … Anak kita sama-sama mendapat kemalangan. Dan jika ada yang perlu disalahkna dalam kecelakaan ini, seharusnya itu adalah Hans, bukan Rea. Karena Hans yang mengemudikan sepeda motor, bukan Rea," tutur Mama Rea membela anaknya.
"Kalau anak saya tidak pergi dengan Rea, dia tidak akan kecelakaan seperti ini."
"Hans! Kamu baik-baik saja?" tanya Rea, langsung menghampiri Hans yang sedang duduk di atas brankar rumah sakit, tidak mempedulikan ocehan dari Mama Hans lagi.
Rea berjalan dengan tongkat, dibantu oleh Ferdinan. Kakinya masih terbungkus oleh gyps, tidak bisa berjalan normal sementara waktu.
"S—siapa?"
"Siapa, apa maksud kamu?" tanya Rea tidak paham.
"Aku tidak mengenalmu," ucap Hans ketus, begitu dingin pada Rea.
"Hans …."
"Kita bisa berkenalan, jika kamu ingin menjadi temanku," ujar Hans mengulurkan tangannya.
"Tidak perlu kamu berteman dengan wanita ini!" sanggah Mama Hans menepis uluran tangan sang anak.
"Hans, kamu … hilang ingatan?" tanya Rea.
"Hans tidak hilang ingatan, Rea …," jawab Mama Hans. "Dia memang tidak mengenal siapa kamu. Sudah sepantasnya dia tidak mengingatmu. Wanita yang sudah membuatya harus terluka seperti ini!"
"T—tapi … Tante … Hans … aku Rea, baru saja kemarin kamu membelikan aku cincin. Kamu akan melamarku!" sela Rea, tidak terima dengan apa yang terjadi saat ini.
"Fer … tolong bawa pergi dia. Aku ingin istirahat. Aku tidak enak dengan teman-teman yang lain, yang kini sedang menjengukku. Dia terlalu ribut," pinta Hans, jelas mengingat Ferdinan, tapi tidak mengenal siapa Rea.
"Tidak logis! Bagaimana bisa kamu lupa padaku sedangkan dengan teman-teman yang lain tidak!" seru Rea semakin tidak bisa mengendalikan emosinya.
"Pergi atau saya panggilkan security untuk menyeret kamu dan Mama kamu keluar dari kamar inap ini?!" ancam Mama Hans.
Rea mengepal kuat tangannya dan menyerah, akhirnya menurut dan mau pergi dari kamar inap Hans, yang kini sudah buka siapa-siapanya lagi. Rea berlalu bersama Mama nya dan Ferdinan. Begitu kecewa … sangat terluka.
Kejadian tidak logis itu tidak bisa dimengerti oleh Rea, bukan hanya saat itu. Tapi hingga saat ini, setelah berlalu selama beberapa bulan kemudian.
***
Flash back off
Aldy menghabiskan minuman kaleng yang diberikan oleh Ferdinan.
"Aku tidak tahu kalau serumit itu masalahnya. Benar Rea bilang, itu sangat tidak logis. Tapi kenyataannya, apa memang benar, Hans tidak mengingat Rea sama sekali?"
"Memang tidak ingat, Al …," balas Ferdinan.
"Kamu dekat dengan Hans, bukan? Dia tidak pernah kelepasan atau menyeletukkan tentang Rea?" tanya Aldy lagi, penasaran.
"Tidak, Al … Hans benar-benar terlihat seolah ia hilang ingatan. Hanya saja, akhir-akhir ini aku melihat Hans memberikan perhatian untuk Rea. Aku berharap … Rea bisa menemukan pengganti Hans sesegera mungkin, agar tidak terlalu lama terhanyut oleh perhatian yang didapatkannya dari Hans," jawab Ferdinan memaparkannya.
Ferdinan adalah sahabat Rea sejak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Yang sangat kebetulan menjadi teman dekat Hans, karena mereka berada di jurusan dan kelas yang sama.
Sedikit banyak, Ferdinan tahu apa yang terjadi dalam hubungan Rea dan Hans. Bahkan sejak Rea dan Hans masih bersahabat, hingga Hans yang menyukai dan mengejar cinta Rea, Ferdinan mengetahui semuanya secara detail.
Bukan hanya itu, pertengkaran kecil mereka juga Ferdinan dapat mengetahuinya.
Tapi untuk berakhirnya hubungan Rea dan Hans, Ferdinan hanya dapat mengetahuinya dari sisi Rea, karena Hans dikatakan mengalami hilang ingatan, meski ingatannya hilang hanya untuk Rea seorang.
Sebuah kenyataan yang sangat tidak logis, namun memang benar, seperti itu keadaannya.
"Lalu, bagaimana dengan band yang kalian maksud?" tanya Aldy.
"Sejak mereka berpisah, Hans memutuskan untuk membentuk band baru dan pisah dengan kami. Dia mendapat personel yang lebih hebat dari personel yang ada pada band kami. Bahkan ia juga menemukanmu, seorang seniman multitalenta yang sudah lebih dulu direkrut untuk masuk ke dalam band nya, sebelum kamu masuk ke dalam divisi musik," jawab Ferdinan, lagi-lagi memberikan pemaparan kepada Aldy.
"Kalau seperti itu keadaannya … aku bisa saja menolak untuk bergabung dengan band nya. Aku akan bergabung dengan band kamu dan juga Rea."