Chapter 86 - New Chapter?

PENTHOUSE ARYA

Hari ini Bryan Alexander akan menikah dengan Deanisa Melody. Gadis cantik yang sudah menjadi asisten pribadinya selama hampir satu tahun sejak Bryan pulang kembali ke Indonesia. Sebagai pendamping pria, Arya harus tiba lebih dulu di kediaman Alexander sebelum Bryan pulang. Ya... Bryan masih berada di Singapura untuk sebuah pertemuan pengusaha. Meskipun begitu, ia sudah memastikan akan datang ke pernikahannya tepat waktu.

Emily sedang berada di ruang walk in closet untuk memakai dress-nya. Ia akan berangkat bersama Arya dari penthouse ke rumah keluarga Alexander. Emily keluar tak lama kemudian ketika Arya tengah memakai tuxedo. Arya melihat Emily yang terlihat sangat cantik dari cermin di depannya membuatnya spontan berbalik. Arya tersenyum lalu menghampiri dan kemudian mencium keningnya.

"Aku tidak ingin merusak gaunmu, jadi lebih baik jika kita langsung pergi saja dari sini!" Emily tertawa kecil dan mengangguk. Emily benar-benar terlihat sangat cantik. Hal itu membuat Arya terus mencium pipinya beberapa kali.

Pesta pernikahan Bryan terkesan hangat, private namun meriah. Seluruh tamu undangan menikmati pesta dengan senang. Pesta yang telah dirancang oleh Alisha berjalan sebagaimana yang direncanakan. Konflik yang sedang mendera Bryan dan Nisa seakan pudar sudah tak berbekas. Setidaknya itulah yang dilihat oleh Bryan. sedangkan Arya, ia begitu bahagia melihat Emily yang bersenang-senang bersama Nisa dan Alisha.

Usai berdansa dengan Nisa, Bryan membiarkan istrinya berdansa dengan Alisha dan Emily. Sedangkan Bryan duduk bersama Arya di bangku tamu yang sudah disediakan.

"Selamat Bry, selamat ulang tahun brother," ujar Arya tersenyum lalu menonton kekasihnya lagi yang kini berputar bersama Nisa dan tergelak bersama. Bryan menoleh pada Arya dan tersenyum lebar lalu mengangguk.

Bryan sudah lupa perdebatannya dengan Nisa seminggu lalu. Dan Arya juga sudah lupa jika ia dan Emily memiliki masalah yang belum selesai. Bryan tidak lagi mengingat rasa sakit hatinya tidak dipercayai Nisa. Sedangkan Arya merasa jika pulang nanti, Emily akan menghangat seperti dulu.

Melihat senyuman dan candaan Nisa pada Alisha, Bryan yakin jika Nisa bahagia dengan pernikahan ini. Apa lagi Nisa memberinya kado pertama sebagai istri. Kado yang Bryan inginkan di ulang tahunnya adalah status Nisa menjadi istrinya, memiliki nama belakangnya dan menjadi miliknya seutuhnya.

"Nisa kasih kado apa ke lo?" tanya Arya membuyarkan lamunan Bryan. Bryan tersenyum dan memperlihatkan yang diberikan Nisa padanya.

"Oh dia kasih gelang ini. Bagus ya, dia pesan sendiri" ujar Bryan memamerkan gelang peraknya. Arya kemudian meraba gelang nya dan mengangguk.

"Selera Nisa emang keren. Oh ya, ini simbol apa?" tanya Arya lagi sambil meraba simbol dewa Krisna di gelang itu.

"Kata Nisa nama depan gue, Darsh adalah panggilan lain dewa Krisna artinya pemimpin." Arya mengatupkan bibirnya dan mengangguk mengerti.

"Oho... romantis banget. Uwu deh!" Arya bertingkah sok imut lalu tertawa. Bryan hanya bisa menyengir lalu terus memandangi Nisa yang masih berdansa. Tak berapa lama, kedua orang tua Arya datang menghampiri Bryan.

"Oh Bryan ku, selamat ya Nak kamu udah menikah sekarang, selamat ulang tahun Sayangku," ujar Sinta sambil memeluk dan mencium pipi Bryan. Bryan menerima pelukan Tante-nya Sinta dengan senyuman lebar dan begitu bahagia. Dari Sinta, kini Surya suaminya ikut memberikan selamat.

"Selamat ya Nak," ujar Surya menambahkan pernyataan istrinya.

"Makasih Om Surya, Tante Sinta."

"Wah Arya ketinggalan kereta ni sama kamu Bry," sahut Surya menyindir sambil melirik anaknya. Bryan hanya bisa menyengir. Arya yang disindir hanya bisa pasrah sambil memajukan bibirnya.

"Om tenang aja, bentar lagi juga dia nikah kok, cuma belum berani ngelamar aja." Bryan langsung dihadiahi sikutan oleh Arya.

"Om gak yakin, Arya gak seberani kamu Bry."

"Pa..." potong Arya kesal menegur Ayahnya yang sudah senyam-senyum saja.Sinta sampai tertawa. Demikian pula dengan Bryan. Mereka hanya mengobrol sebentar, sampai akhirnya Surya menangkap bayangan Emily berjalan ke sebuah meja buffet yang agak jauh dari mereka berdiri. Surya meminta ijin permisi hendak mengambil makanan. Namun sebenarnya, ia ingin menghampiri Emily.

"Senang bisa bertemu lagi Emily," sapa Surya tersenyum. Emily agak sedikit kaget karena ternyata ia disapa oleh Ayahnya Arya sambil tersenyum. Ia pun membalas senyuman pria berusia 53 tahun itu.

"Senang juga bisa bertemu lagi denganmu, Pak." Surya mengangguk.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik." Surya tersenyum dan makin mendekat sambil mengambil beberapa makanan, ia ingin berbincang dengan Emily.

"Bagaimana Putraku padamu sekarang? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" Emily sedikit tertegun dengan pertanyaan itu. Ia tidak tau harus menjawab seperti apa.

"Ya, dia baik." Emily menjawab dengan suara yang kecil. Surya memandang

"Katakan padaku sejujurnya benarkah kalian berdua bertemu di klub dan kalian dulu adalah pasangan kencan semalam?" tanya Surya sambil memandang Emily. Rasanya ludah langsung tercekat saat Emily mendengarnya. Dia tidak menjawab artinya Surya benar.

"Jadi anakku berbohong saat ia bilang kalian bertemu ditempat seorang teman?"

"Itukah yang dikatakannya tentang kami?" Emily balik bertanya karena mengira Arya jujur tentang mereka. Surya mengangguk. Emily kembali menundukkan kepalanya.

"Dengarkan nasehatku sayang, aku tidak ingin kamu terluka karena sikap putraku. Aku tau apa yang dia lakukan padamu." Emily hanya bisa melihat saja Surya tanpa bisa bicara.

"Aku punya dua orang putri yang cantik dan aku akan sangat marah jika seorang pria hanya memanfaatkannya saja, mengajak mereka berhubungan tanpa status dan cinta itu salah," tambah Surya lagi. Emily memandang Surya dengan mata mulai berkaca-kaca.

"Anakku adalah seorang playboy, aku tau betul itu. Itu sebabnya aku mendesaknya untuk segera menikah agar perilakunya terkendali!" Emily masih diam lalu mengangguk.

"Apakah kalian saling mencintai?" tanya Surya dengan nada lembut.

"Pertanyaan itu tidak seharusnya ditujukan padaku," jawab Emily dengan nada lirih. Surya mengangguk mengerti.

"Dengarkan aku Emily jangan habiskan waktumu untuk seorang seperti dia. Jika dia tidak mencintai kamu tinggalkan dia. Kamu berhak untuk seseorang yang ribuan kali lebih baik dari dia) Emily mengangguk

"Kamu adalah gadis yang sangat cantik dan baik. Sungguh, aku tidak keberatan sama sekali menjadikanmu sebagai menantuku." Emily tersenyum. Surya pun ikut tersenyum. Dalam hatinya ia menyukai Emily sebagai pilihan Arya kali ini. Tapi ia kecewa karena dari Emily ia bisa menangkap jika Arya ternyata tidak cukup serius.

"Aku tidak ingin dia menyakitimu, pilihlah yang terbaik, Nak. Aku sangat tidak mendukung putraku terlebih jika dia menyakitimu," ujar Surya lagi sambil tersenyum dan meninggalkan Emily di dekat meja buffet. Surya berjalan untuk kembali ke tempat istrinya, Sinta. Sepeninggal Surya, Emily mulai berpikir tentang yang Surya katakan padanya. Ia kemudian pergi meninggalkan tempat pesta memesan taksi dan kembali ke penthouse Arya.