Chereads / The Seven Wolves: Trapped Under Devils Possession / Chapter 53 - Are You a Dream? No...

Chapter 53 - Are You a Dream? No...

Sementara Bryan bertemu dengan pujaan hatinya menghabiskan akhir minggu berdua. Kejadian di akhir minggu yang mengejutkan juga datang untuk Arya. Ia kaget setengah mati saat melihat tampang seseorang yang sangat dirindukannya kini terduduk meminta tolong. Emily langsung mengenali Arya.

"Emily?" Arya setengah memekik kaget melihat Emily tiba-tiba berada di depannya.

"Arya, help me!" ujar Emily meringis sambil memegang kakinya. Gadis itu terduduk di aspal dengan kaki berdarah tertekuk ke arah dada. Emily memakai blouse pattern dan celana short dengan sepatu converse. Lalu kenapa dia bisa ada di Jakarta? Masih setengah bingung, Arya langsung berlutut memeriksa Emily.

"Are you okay, what happened?" (kamu baik-baik saja, apa yang terjadi) tanya Arya khawatir. Belum sempat Emily menjawab seorang pengendara motor ojek online bicara pada Arya

"Maaf Pak, apa Bapak kenal Nona ini?" Arya lalu bangun dan mengangguk.

"Iya dia teman saya, apa yang terjadi?"

"Ah gini Pak, Nona ini tadi menyeberang trus diserempet temen saya itu orangnya, mas ini ni temannya." Seorang pengendara lain yang sudah agak berumur lantas menghampiri Arya dan menjelaskan kronologis kejadian.

"Saya mau nolongin bawa ke rumah sakit, tapi saya gak ngerti dia ngomong apa." Arya baru mengerti sekarang. Ia mengangguk dan menetralisir suasana agar tenang.

"Maaf Pak, teman saya memang bukan orang Indonesia jadi dia gak bisa bahasa Indonesia, saya akan bawa teman saya ke rumah sakit kalo begitu." Bodyguard Arya kemudian ikut turun dan hendak menginterupsi, tapi Arya melarang. Ia tak ingin kejadian jadi terlalu heboh.

"Pak tolong jangan laporin saya ke Polisi, saya bener-bener gak sengaja nyerempet teman Bapak," ujar pengemudi itu lagi. Arya jadi merasa kasihan dengan pengendara motor itu. Dia mungkin hanya sedang mencari uang untuk keluarganya. Lagi pula ini cuma masalah kecil. Arya merasa bisa mengatasinya.

"Ah gini aja saya anggap masalah ini selesai, saya gak akan lapor Polisi. Kalau Bapak mau Bapak boleh ikut saya ke rumah sakit." si pengendara itu tersenyum dan mengangguk.

"She's with me!" (Dia bersamaku) ujar Arya pada bodyguardnya. Mereka pun mengangguk dan mengawal Arya untuk masuk mobil bersama Emily. Arya lalu berlutut lagi akan menggendong Emily.

"Let's get you to the hospital!" (Ayo kita ke rumah sakit) ujarnya sambil menggendong gadis cantik itu. Emily tidak bicara apa apa selain tersenyum dalam rasa sakit karena kakinya berdarah. Sepertinya kakinya memang harus dijahit, darahnya cukup banyak. Kaus kakinya sudah memerah demikian pula dengan sepatunya.

Pengawal Arya membukakan pintu samping kemudi, lalu Arya meletakkan Emily dengan hati-hati. Kemudian Arya masuk mobil memasang sabuk pada Emily dan dirinya lalu menyetel kursi penumpang agar lebih nyaman untuk Emily. Arya melakukannya dengan telaten dan Emily hanya diam saja. Ia sangat terkejut bisa bertemu dengan Arya lagi. Emily tidak menyangka jika ternyata Arya adalah orang Indonesia. Tentu saja karena mereka tidak pernah berkenalan seperti seharusnya, tidak ada informasi pribadi apapun yang diketahui satu sama lain. Apa yang diharapkan dari teman kencan semalam?

"Apa masih sakit?" tanya Arya melihat ke Emily sekilas.

"Sedikit," jawab Emily lembut lalu menunduk

"Tahan sedikit, kita akan sampai sebentar lagi." Emily mengangguk dan membalas senyuman yang diberikan Arya sekilas. Tidak sampai 10 menit Arya menemukan klinik kecil di pinggir jalan. Ia memutuskan untuk membawa ke klinik dulu jika perlu akan dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar.

Turun dari mobil Emily berencana turun sendiri tapi belum sempat, ia langsung digendong Arya masuk ke dalam klinik. Arya lantas mendudukannya di tempat tidur periksa sebelum Emily di dorong ke ruang rawat kecil. Seorang perawat lalu memeriksa dengan sekilas keadaan Emily. Tidak lama kemudian, dokter jaga datang dan tersenyum pada keduanya.

"Dia kecelakaan, kaki sebelah kanan terluka," ujar Arya menjelaskan singkat. Dokter lantas meluruskan kaki Emily dan memeriksa lukanya. Dokter itu mengangguk dan memerintahkan perawat untuk menyiapkan peralatan steril.

"Anda siapa?"

"Saya temannya," jawab Arya. Dokter itu mengangguk lagi.

"Namanya siapa?" tanya Dokter pada Emily.

"Tell him your name!" (sebut namamu) ujar Arya pada Emily.

"Emilia Carter," jawab Emily kemudian

"Oh, bukan orang Indonesia ternyata!" balas Dokter itu dan diiyakan oleh Arya sambil tersenyum.

"Your leg needs stitches, ok," (kaki mu butuh jahitan) jelas dokter itu pada Emily. Emily mengangguk. Dokter kemudian memulai prosedur pengobatan.

"Aku akan kembali," ujar Arya pada Emily kemudian meninggalkannya di ruang yang hanya diberi tirai pembatas itu. Arya kemudian menyelesaikan administrasi dan urusannya dengan pengemudi yang menungguinya di luar klinik. Setelah memastikan tidak ada masalah baik dengan pengemudi dan pihak klinik, Arya kemudian kembali ke ruang Emily. Emily telah selesai ditangani, sekarang sedang setengah berbaring usai luka jahitannya dibalut.

"Saya resepkan anti biotik jika terjadi infeksi segera kemari," ujar Dokter itu pada Arya sambil mencatat resep obatnya lalu memberikannya pada perawat untuk diambilkan obatnya.

"Terima kasih, Dokter," ujar Arya.

"Pastikan dia tidak berjalan dulu beberapa hari hingga luka jahitannya kering, dan tidak boleh basah".

"Baik Dokter, terima kasih sekali lagi," balas Arya sambil menyalami Dokter itu. Ia tersenyum dan keluar. Sekarang giliran Arya bertanya pada Emily. Dia memandang Emily agak lama menyusun apa yang harus dia katakan terlebih dahulu.

"so wanna tell me what are you doing here?" (jadi mau beri tahu aku apa yang kamu lakukan disini) tanya Arya sambil meletakkan kedua tangannya di tempat tidur periksa. Emily tersenyum dan bangun dari posisi tidurnya.

"Aku punya pekerjaan disini semacam magang," jawab Emily. Arya mengernyitkan keningnya.

"Dimana?"

"Kebun Binatang, Ragunan." Arya melebarkan matanya. Mengapa Emily bisa magang di kebun binatang. Apa sebenarnya pekerjaannya?

"Memangnya apa yang kamu lakukan di kebun binatang?" Emily tersenyum manis. Sejenak Arya mengagumi senyuman itu, senyuman yang membuatnya kangen.

"Aku seorang Veterinarian (Dokter Hewan), Arya." Arya makin tak percaya, jadi Emily ternyata adalah Dokter Hewan. Tak lama seorang perawat datang dan memberi Arya obat-obatan yang telah diresepkan. Arya kemudian menerimanya dan mengucapkan terima kasih. Lebih baik jika mereka bicara di mobil saja.

Akan banyak kejutan dan Arya sudah sangat penasaran tentang Emily. Rasa capek dan mengantuk yang tadi sempat menghampiri, hilang seketika. Kehadiran Emily lagi membuatnya lebih segar. Arya pun menggendong Emily masuk ke dalam mobil. Sambil mengendarai mobil ia mulai bicara lagi

"Aku tidak tau kamu seorang Dokter Hewan," ujar Arya sambil menyetir.

"Aku tidak tau kamu orang Indonesia," balas Emily sambil tersenyum. Arya pun ikut tersenyum dan terkekeh kecil.

"Ya, aku rasa kita memang tidak pernah berkenalan seperti seharusnya bukan?" balas Arya lagi masih tersenyum.

"Maaf aku membuatmu repot hari ini," ujar Emily lagi sambil menunduk.

"Tidak apa-apa. Lagipula... kita kan berteman." Ada getir disana saat Arya mengucapkan itu lagi. Arya menarik kata-katanya dulu yang memutuskan pertemanannya dengan Emily.

"Aku pikir kamu bilang jika kita..."

"Lupakan yang aku katakan, aku minta maaf tidak seharusnya aku mengatakan hal seperti itu padamu," jawab Arya sambil tersenyum tipis.

"Terima kasih itu sangat berarti bagiku," sahut Emiliy sambil membalas senyum Arya. Hari mulai gelap, Arya kemudian memilih mengajak Emily makan malam dulu sebelum mengantarnya pulang.

"Hhmm apa kamu mau makan malam sebelum aku antar pulang?" tawar Arya yang diiyakan oleh Emily. Arya memarkirkan mobilnya di sebuah rumah makan Indonesia diikuti oleh mobil bodyguardnya.

"Aku harap kamu suka masakan Indonesia," ujar Arya dan Emily hanya tersenyum. Arya masih tidak membiarkan Emily berjalan sesuai perintah Dokter. Ia bahkan sudah membeli satu tongkat siku untuk Emily dari klinik untuk membantunya berjalan.

"Kamu tidak perlu terus menggendongku," ujar Emily. Arya tersenyum dan terus menggendong Emily ke pintu masuk restoran.

"Aku suka melakukannya, kamu tidak berat. Menurutku, kamu harus lebih banyak makan," balas Arya membuat rona tersipu malu-malu di pipi Emily.