Chereads / The Seven Wolves: Trapped Under Devils Possession / Chapter 49 - I Do (Not) Love You

Chapter 49 - I Do (Not) Love You

Tak lama kemudian Bryan langsung menandatangani seluruh laporan yang dikerjakan Nisa tanpa memeriksa lagi dengan Nisa masih di pangkuannya. Matanya melebar, mungkin Nisa berpikir kenapa kali ini Bryan bisa langsung tanda tangan tanpa memeriksa.

Bryan hanya memeriksa sekilas tapi tak mau menganalisa terlalu detail. Gadisnya pasti sudah lelah dan ia tidak ingin Nisa memperbaiki lagi kesilapannya. Raut wajah Nisa sudah membuat Bryan gemas setengah mati. Ia masih belum percaya Bryan langsung tanda tangan.

"Kenapa melihat Kakak seperti itu, Snowflakes?" tanya Bryan gemas.

"Kenapa Kakak langsung tanda tangan, kenapa gak diperiksa?"

"Kamu udah capek, minggu depan kita bisa lanjutkan lagi pekerjaan kita, sekarang kamu temani Kakak makan malam." Nisa tidak menjawab karena jawabannya pasti tidak. Sebelum dia bicara Bryan memeluk Nisa dan membenamkan wajahnya di lehernya yang terbuka. Bryan mencium ceruk leher dan tulang selangka Nisa. Wangi tubuhnya sangat disukai Bryan.

Bryan memberinya ciuman lagi, ia ingin sekali mengigit kulitnya agak semua orang tau jika Bryan adalah kekasih Nisa kini tapi Nisa menolak Bryan. Napasnya tersengal mendorong pundak Bryan agar menjauh sementara Bryan sibuk mendekatkan tubuhnya pada Nisa.

Bryan harus menahan dirinya, ia tidak ingin memaksa Nisa. Nisa harus menyerahkan dirinya sendiri tanpa paksaan. Bryan kemudian menempelkan keningnya pada kening Nisa sambil membelai pipinya.

"I love you, Snowflakes." Bryan berbisik di depan bibir Nisa. Bryan berusaha mati-matian menahan diri untuk tidak menciumnya. Ia sangat ingin mencium bibir itu, melumatnya semalaman. Bryan mulai mendekat dan hampir runtuh ketika Nisa berkata,

"I don't love you, I hate you." Bryan terdiam menatap Nisa. Dia membungkam Bryan sekali lagi. Nisa melepaskan dirinya dari pelukan Bryan dengan bangun dari pangkuannya lalu pergi dari ruangan dengan membawa dokumen yang sudah ditanda tangani. Bryan tidak melakukan apapun untuk menahannya pergi. Setelah Nisa keluar, air mata Bryan jatuh perlahan. Bryan menangis lagi setelah sekian lama tak pernah meneteskan airmatanya.

PENTHOUSE ARYA

Arya pulang pukul 10 malam setelah menyelesaikan seluruh pekerjaannya di kantor. Sampai di lobi, resepsionis mengatakan jika ada seseorang sudah menunggunya dua jam yang lalu. Tamu Arya sudah menunggu di dekat pintu masuk penthouse dan dia punya akses dari HG. Arya pikir mungkin itu salah satu staf di kantor, tapi ternyata Dira yang sudah berdiri dan menunggunya di depan pintu.

"Ngapain kamu kesini?" Dira tersenyum manis.

"Ayo masuk dan bicara," ujarnya sambil menarik tangan Arya. Arya tidak ingin menunjukkan password penthouse nya maka ia menggunakan palm print untuk membuka pintu. Mereka masuk dan Dira berjalan di depan Arya. Lampu otomatis langsung hidup begitu mendeteksi ada yang masuk. Dira langsung duduk di sofa dan Arya di depannya.

"Kamu mau bicara apa?" ujar Arya dingin sambil melipat kaki dan tangan.

"Aku mau minta maaf atas kejadian tadi siang dan semua hal yang terjadi diantara kita selama bertahun-tahun, aku tau kamu marah sama aku Arya." Arya masih diam ingin tau apa yang sebenarnya diinginkan Dira darinya.

"Kalau kamu menolak perjodohan kita aku tau itu karena aku, aku sudah menolak kamu dulu dan menyakiti kamu dengan kata-kataku, aku belum sempat minta maaf dan kamu sudah pergi," tambah Dira lagi.

"Tapi aku gak bohong ketika aku bilang aku suka sama kamu sekarang, dan aku berharap kamu mau kasih aku kesempatan, aku belum pernah diperlakukan dengan baik oleh pria seperti yang kamu lakukan malam Natal kemarin." Dira tersenyum.

"Kamu mau apa Dira?" tanya Arya dengan nada lembut.

"I really want you Arya, I really do, bukan karena aku ingin memenuhi hasratku ke kamu tapi karena aku ingin tau apa yang aku rasakan ke kamu saat ini cinta atau bukan." Arya mendengus sinis dan membuang mukanya

"Apa kamu juga gak mau mengetahui apakah kamu masih mencintai aku atau tidak?"

"Apa yang kamu takutkan Arya, kamu takut jatuh cinta sama aku?" tambah Dira lagi. Dira terlihat benar benar serius. Mungkin dia benar, Arya harus mencari tau perasaannya sendiri.

"Tsk... setelah kita melakukannya lalu apa yang akan terjadi?" tanya Arya.

"Kita bisa menikah kalau kamu mau."

"You don't want me Dira, kamu gak tau siapa aku!" Dira lalu beranjak dari tempat duduknya menghampiri Arya. Lalu ia mengambil tangan Arya dan menariknya berdiri.

"Show me who you are!" Arya ikut berdiri mengikuti Dira. Entah kenapa setelah Dira berkata seperti itu tiba-tiba gairahnya muncul. Ia bangun dari sofa dan menarik Arya ke dalam kamar.

Sampai di dalam kamar, Dira menarik dasi Arya lalu mendekatkan wajah kemudian merangkul dan menciumnya. Arya pun membalas ciumannya, ia merengkuh pinggangnya lalu menarik tubuh Dira untuk melumat bibirnya. Arya setengah menggendong Dira ke ranjang. Sementara Dira mendesah sambil terus mengulum. Arya lalu mendorongnya ke ranjang, ia masih terengah sambil berdiri.

"Kamu harusnya gak datang kemari, aku buka laki-laki baik, Sayang!" Dira menyengir senang.

"Show me how bad you are!" Arya pun menarik dress yang dikenakan Dira lalu melemparnya entah kemana. Dira memakai lingerie merah yang membuatnya jadi sangat cantik. Ia kemudian memundurkan tubuhnya hingga ke atas kepala ranjang.

Arya kemudian membuka jas dan dasi lalu melilitkannya di telapak tangan. Masih terus memandang tubuh Dira, Arya membuka kemeja dan akhirnya Dira bisa menyaksikan seksinya tubuh Arya. Matanya melebar dan ia tersenyum. Arya akhirnya menyerah, mungkin ini cara agar ia yakin apakah masih mencintai Dira atau tidak. Arya kini berada di atasnya.

"I said I'm not a good boy, I mean it!" Arya menarik kedua pergelangan tangan Dira lalu mengikatnya dengan dasi ke atas kepalanya. Dira terkejut dan tidak menyangka Arya ternyata bisa seperti seagresif itu. Arya mencium, melumat bibirnya, lalu turun ke leher dan dadanya. Dira terus mendesah karena ia meraba seluruh tubuh memanjakannya dengan sentuhan lembut. Dira terus meneriakkan nama Arya selama mereka bercinta.

'Shit Dira, you are so sexy!" erang Arya dalam desahannya.

Sudah pelindung kelima dan Dira sudah kelelahan. Dan setelah dorongan terakhir dan Arya melepaskan hasratnya, Dira langsung tertidur. Sambil terengah, Ia menempelkan kening di kepala Dira lalu membuka ikatan dasi di pergelangan tangannya sambil melepaskan kondomnya.

Arya mengambil tisu untuk membersihkan diri dan juga Dira. Dia sudah tidur karena kelelahan sedangkan Arya masih mengatur napas ketika memakai celananya kembali. Ia kemudian duduk di samping tempat tidur. Sambil menunduk, Arya memikirkan kembali apa yang sudah ia lakukan malam ini. Arya menoleh lagi pada Dira dan menarik selimut agar menutupi seluruh tubuhnya. Tapi Arya malah tidak bisa tidur, hatinya tidak tenang. Harusnya ia bahagia, tapi tidak ia tidak melakukannya dengan rasa bahagia. Jadi itu sepenuhnya adalah nafsu.

Sampai pagi Arya tidak bisa tidur dan hanya duduk di sofa dekat balkon dengan bertelanjang dada. Dira baru bangun dan memanggil namanya.

"Morning Prince." Arya menoleh pada Dira.

"Kamu bukan Prince, tapi kamu adalah Dewa... Dewa Arya. Thank you Arya. It was the best night ever, I love you!" ucap Dira dalam posisi kepalanya berbaring di lengannya. Arya masih memandangnya tanpa bicara. Ungkapan cinta Dira terdengar biasa bagi Arya. Kenapa ia malah tidak merasakan senang saat tau Dira akhirnya mencintainya. Arya merasa benar dari awal, ia sudah tidak mencintai Dira lagi.

"Maafin aku, Dira. I don't think I love you, I really don't" ujar Arya berdiri dan langsung pergi ke kamar mandi.