Pesta ulang tahun ke 19 putra kedua Herman Van Alexander dilaksanakan begitu meriah. Hingar bingar pesta konglomerat dengan konsep aristokrat pesta topeng akan menjadi tema pesta anak muda itu. Tidak hanya pengusaha-pengusaha besar daratan Eropa dan Amerika yang datang, tapi juga para pangeran, putri dan beberapa raja.
Herman Van Alexander merupakan taipan pemilik perusahaan pembuat kapal kapal pesiar mewah maupun yatch yatch yang dipesan khusus oleh keluarga kerajaan. Belakangan Herman melebarkan sayap bisnisnya di konstruksi sehingga perusahaannya VanAlex corporation menjadi amat terkenal di daratan Eropa. Putra pertama Herman bahkan sudah menyelesaikan pendidikan di bangku kuliahnya. Dia kini memimpin salah satu cabang perusahaan VanAlex di New York. Herman memang memiliki rencana memindahkan pusat kerajaan bisnisnya ke New York namun dia melakukannya perlahan. Menempatkan putra pertamanya di sana adalah langkah awal agar nanti anak pertamanya lah yang menjadi pewaris.
Hans Valiente Alexander bukanlah seorang yang suka pesta atau mabuk seperti layaknya orang orang kaya lainnya. Dia lebih suka membaca dan menghabiskan waktunya menyelesaikan pekerjaan. Hans memang tidak terlihat seperti pengusaha yang angkuh dan bangsawan. Meski sebenarnya keluarga mereka masih satu garis keturunan dengan raja raja Belanda namun Herman lebih memilih menjadi pengusaha dan meninggalkan gelar kebangsawanannya.
Itu sebabnya mengapa Hans pun tidak tertarik pada segala yang berhubungan dengan gelar dan status keluarga nya di masyarakat. Ia bahkan bercita cita hendak membangun perusahaannya sendiri. Ia tertarik pada Indonesia, suatu saat ia ingin membangun usaha sendiri disana. Namun untuk saat ini dia memilih untuk mengikuti kemauan sang ayah yang menempatkan sebagai CEO sementara VanAlex.
Putra kedua bernama Darren Van Alexander, tiga tahun lebih muda dari kakaknya. Jika Hans pendiam dan tak suka pesta, maka Darren sebaliknya. Darren adalah representasi dari pangeran tampan yang dikelilingi banyak putri cantik. Sebenarnya mereka berdua tampan tapi Darren mewarisi wajah tampan khas Eropa timur milik sang nenek. Jika Hans lebih memilih rambut pendek maka Darren lebih memilih rambut agak panjang yang menjadikannya lebih mirip model majalah. Tak hanya tampan, Darren juga sangat pintar. IQ nya mencapai 150 dan dia tak perlu belajar lama untuk mengerti sesuatu.
Hanya satu kekurangannya, dia seorang playboy. Dia sudah mematahkan hati banyak gadis, dan membuat Ayahnya khawatir. Itulah sebabnya pada ulang tahunnya yang ke 19 Ayahnya hendak menjodohkan nya dengan putri dari keluarga pengusaha otomotif asal London, James Harlington. James memiliki satu satunya anak perempuan bernama Celia Harlington. Herman bahkan mengumumkan rencana perjodohan itu di acara puncak ulang tahun Darren. Herman hendak mentameng perilaku putra keduanya dengan mengatur sebuah pernikahan dengan Celia, dan sepertinya tidak berjalan dengan baik.
Kesal setelah Ayahnya memberi pengumuman yang membuatnya malu, Darren terlihat berjalan keluar dari ruangan pesta dalam keadaan marah. Dia memakai tuxedo hitam yang membuatnya makin tampan. Seluruh gadis yang berada di pesta tidak melepaskan pandangannya pada Darren yang berjalan tanpa perduli ketika kakak dan ibu nya memanggil nya agar kembali ke dalam.
"Laat me mama" (biarkan aku saja mama) ujar Hans menahan ibunya untuk tidak mengejar Darren. Hans mengejar Darren yang berhenti di gazebo taman samping mansion sebelah utara.
"Hey, apa ini? Kenapa kamu keluar!" tanya Hans pada adiknya.
"Kamu dengar Ayah kan! Dia sedang mengatur pernikahanku!" sahut Darren emosi dengan suara tinggi. Ia berdiri di dekat gazebo yang terdapat air mancur. Bunyi gemerisiknya bahkan tak bisa menahan tingginya suara Darren.
"Dengarkan dia dulu, dia mungkin punya alasan." Hans mencoba menenangkan Adiknya.
"Kamu mendukung ayah atau aku?" tanya Darren masih emosi.
"Darren, aku selalu mendukung mu kamu tau itu!" Darren lalu mendengus dengan napas memburu mencoba tenang. Ia kemudian mengangguk beberapa kali dengan kedua tangan berkacak pinggang.
"Jadi dia membuat pesta ini untuk menjodohkan ku dengan putri keluarga Harlington," sahut Darren dengan nada begitu kesal meski tak tinggi seperti sebelumnya. Hans hanya bisa mengangguk karena dia tau Ayahnya sudah sangat bosan melihat tingkah adiknya yang gonta ganti pacar dan seperti tidak berminat untuk mengurus perusahaan keluarga.
Hans tahu bahwa Darren ingin sekali memiliki usaha sendiri. Ia ingin membangun jaringan hotel, restoran dan resort bintang tujuh di Asia. Tapi Ayah mereka tidak begitu tertarik pada bisnis perhotelan. Dia lebih ingin putra-putranya menjadi penerus kerajaan bisnis kapal dan konstruksi.
"Kamu harus tenang, kemarahanmu tidak menyelesaikan apa apa!"
"Ayah harus berhenti mengusik masa depan ku, aku akan menikah dengan gadis yang ku inginkan."
"Itu dia masalahnya, kamu tidak punya pacar tapi jadi malah pacaran kesana kemari dan mematahkan hati banyak gadis. Itu adalah masalah!"
"Bukan salahku gadis-gadis itu menyukaiku!" sahut Darren membenarkan dirinya.
"Memang bukan tapi itu sudah membuat Ayah khawatir. Kamu akan membuat masalah nanti jika terus begini. Bagaimana jika satu saat orang-orang menuduhmu bertindak buruk pada putri mereka karena kelakuan playboy-mu itu, pikirkan hal itu, Darren!" Hans menjelaskan dan Darren hanya diam saja mendengar nasehat Kakaknya.
"Jika tidak ingin dia mengusikmu, tunjukkan padanya hubungan yang serius. Bukan kencan yang tidak jelas seperti yang selama ini kamu lakukan!" tambah Hans lagi. Darren terdiam sejenak dan sedikit menunduk. Ia menyimpan rahasia dalam hatinya. Sikap tubuhnya mulai salah tingkah.
"Sebenarnya aku punya seseorang yang aku sukai sejak lama," ujar Darren mulai bicara. Nadanya jauh lebih rendah dan gugup.
"Jadi apa masalahnya, bawa saja gadis itu kemari. Kenalkan pada Ayah!" Darren mendengus dan spontan menggelengkan kepalanya.
"Tidak bisa!"
"Kenapa?" tanya Hans cepat. Darren ragu menjawab. Ia tidak mungkin mengakui pada kakaknya siapa yang sebenarnya dia sukai. Darren menyukai Anna Alexander, Adik perempuan mereka. Dia pasti dianggap gila dan kurang ajar. Anna adalah anak angkat Herman Van Alexander sekaligus menjadi anak ketiga dari tiga bersaudara itu.
"Dia... dia tidak tau kalau aku menyukainya." Hans mengernyitkan keningnya. Kenapa jadi aneh baginya orang seperti Darren tak bisa mengatakan suka pada seorang gadis padahal ia terkenal memiliki banyak kekasih.
"Apa masalahnya? Beritahu saja dia!" sahut Hans lagi.
"Tidak bisa, Hans!" Hans pun terdiam dia tidak tau bagaimana caranya memberi solusi selain ini pada Darren. Hans pun mengikuti Darren ikut bersandar di pembatas gazebo itu.
"Aku seperti ini karena berharap dapat menghapus perasaanku padanya tapi aku tidak bisa." Hans ikut melepaskan napas berat. Ia makin tak mengerti.
"Aku tidak mengerti Darren. Jika kamu tidak bicara bagaimana aku bisa membantumu," ujar Hans lagi. Darren kemudian menunduk dan mengambil beberapa tarikan napas sebelum bicara lagi.
"Aku tidak bisa mengatakannya karena aku tau Ayah takkan setuju. Gadis itu... dia baru berumur 14 tahun." Hans memandang ke wajah adiknya tak percaya. Dia mengerti sekarang. Darren takut mengatakan pada orang tua mereka karena ia jatuh cinta pada remaja yang baru tumbuh.