rosi menatap juna lamat-lamat. penyesalan tiba-tiba menghampiri relungan hatinya.
"ka.....kak juna marah?"
juna sengaja tak merespon rosi.
yaa habisnya juna sungguh-sungguh kesal dengan kejadian tadi.
juna sudah tak minat menceritakan hal itu kembali.
jadi rosi saja yang akan menceritakan nya ulang.
Kembali ke satu jam yang lalu
"ka!...kak juna!, ini gimana masukin lagi adonanan nya? hihhhhh"
hindar rosi dari percikan minyak,
yaa sejak juna sudah menyelesaikan masalah yang rosi buat saat awal membuat pancake itu. juna mengajari rosi lebih sabar lagi, agar tak terjadi hal tak diinginkan seperti sebelumnya.
juna menutup telinga nya dengan kedua tangan nya.
"jangan teriak-teriak ci, ini gue ada di dekat lo. yaa masukin lagi sesuai yang tadi 1 pan 1 adonan jangan kebanyakan atau ditumpuk-tumpuk "
sungguh kepala juna rasanya ingin meledak. bahkan ia sedari tadi merasakan seolah di atas kepalanya terdapat sumbu yang sedang dibakar.
ayolah juna sedang sakit, juna malah tambah sakit karena rosi yang terus saja bertingkah dengan dapur kesayangannya.
bye-bye romi....
romi?
yaa, romi itu nama dapur kesayangan juna. rosi saja sedari tadi tertawa saat juna memanggil-magil dapur nya romi.
ayolahhh baru pertama kali rosi bertemu cowok yang begitu cinta dengan dapurnya, pake dikasih nama segala lagi.
Chef juna aja gak sampe ssgitunya.
dan kejutannya lagi, juna dengan enteng bilang.
"btw semua tempat di apart gue, gue kasih nama. dapur itu romi, ruang tamu itu doni, kamar mandi itu loli, kamar gue itu namanya foli, balkon itu koni, sama tempat makan itu moni "
sontak kan rosi tertawa semakin keras.
"HAHAHAH.....apaaaan foli !??"
juna menatap sebal rosi, segitu panjang penjelasannya masih belum paham kah rosi?, setelmi itu rosi?
"foli.itu.nama.kamar.gue"
tekan juan tambah kesal saat rosi tetap tak meredupkan tawanya.
rosi berusaha meredakan tawanya, tapi sungguh penjelasan mengejutkan dari juna membuatnya tertawa lepas. ohh jangan lupa-kan raut ngakak juna terus saja membuat rem rosi blong.
entah lahh?, rosi biasanya malas akan hal-hal seperti ini tapi juna seenaknya membuat rosi keluar dari jalur biasanya.
"hidih foli,moni,koni kayak apa aja lu hufttt"
cibir rosi.
juna menatap lelah rosi....yaampun sebego itu rosiii?
"rosi, foli, moni, koni, doni, moni, loli itu tuh tempat di apart gue!, udah bukan kayak nya lagiiii!" rengek juna. Tiba-tiba juna merasakan pening yang lebih lagi menyerang kepalanya.
"Ishhhhhhh"
Ringis juna
oke-oke rosi kali ini benar-benar meredakan tawanya walau ia merasa geli menyerang perutnya. rosi mulai fokus pada pancake nya lagi.
"rosi, lo pernah deket sama migo yaa? "
celetuk juna memecahkan keheningan malam.
"ha?...lo nanya ada apa di hari minggu?
apa aan sihh lo mah gak jelas ngomongnya"
acuh rosi, yaa memang rosi benar-benar tak dengar begitu jelas dia terlalu fokus pada pan dengan suara percikan-percikan minyak, dan berusaha menghindari percikan itu. sakit bosss
"lo, kenal sama migo gak sih?"
tanya juna sekali lagi
pryanggggg.....
"e--ehhh gelas kesayang gue!"
pekik juna dengan cepat menghampiri tkp . juna hanya menatap nanar pecahan gelas itu yang berserakan di lantai. Dan reflek rosi mematikan kompor yang tadinya menyala itu.
yaaaaa
sebuah gelas jatuh, karena terkena sikut rosi yang tersentak tadi karena ucapan juna barusan.
Rosi menatap bersalah juna, rosi sangat tahu itu gelas kesayangan nya kak juna.
Tapi yaa kak juna tuh ngagetin gue pake nanya-nanya tentang migo tiba-tiba gituu.
Juna pasrah, sembari perlahan-lahan merangkak untuk mebersihkan pecahan yang bersebaran dimana-mana itu dengan hati-hati.
Rosi sungguh merasa bersalah pada juna, sunguhh-sungguh.
"Ka...ka...a--ku ba--ntu yaaa"
Rosi melangkah mendekati pecahan itu.
Juna yang madih fokus pada pecahan gelas kesayangannya, menatap sekilas rosi yang mulai membantu nya membersihkan pecahan .
"Udah lo diem aja "
Rosi tak menghiraukan juna , dia tetap keras kepala mengambil beberapa beling dan memasukannya kedalam tong sampah dekatnya.
Juna tanpa melirik rosi mengatakan ulang
"Diem aja lo !"
Sontak juna kesal.
"Enggak bisa kak. ini kan salah gue"
Juna menatap kesal, tapi juna masih lebih memedulikan pening di kepalanya namun tetap berusaha membersihkan pecahan itu.
"Ishhhhh...lo yaa dibila---
"Akhhhhhh!"
Pekik rosi,
Juna dengan cepat menatap ke arah jari rosi yang mulai mengeluarkan darah lebih banyak.
Darah menetes dari kedua jari tangan kanan rosi mengotori lantai apartemen.
Juna dengan cepat masuk ke kamar nya dengan langkah berat, yaa juna masih berusaha kuat untuk melangkah walau badannya serasa tak berpijak, dunia berputar, dan berasa menginjaki tumpukan jarum sekiranya itu lah hiperbola nya juna.
Rosi menatap juna kecewa, rosi padahal berharap juna menghampirinya dan menarik tangannya setelahnya juna akan menghisap jari nya yang berdarah itu. Seperti reflek cowok-cowok dari buku-buku yang sudah sering ia baca.
Tak lama rosi mendengar derap langkah terburu-buru dari arah belakang punggung nya. Tapi rosi hanya menatap nanar jarinya. Tak mungkin kan kak juna masih berbaik hati padanya?
Juna mengambil tempat tepat di depan rosi dan menundukan kepalanya menatap tangan rosi. Dan mulai menggeledah kotak p3k yang ia bawa dari kamarnya tadi.
"Sini mana tangan lo "
Ketus juna, rosi tentu tersentak dan tubuhnya mendadak membatu melihat mata juna.
Juna langsung menarik tangan rosi tanpa kelembutan.
Juna mulai melihat kedua jari rosi yang sepertinya robek.
"Isssh dibilangin juga apa !"
Rosi menundukan kepalanya dikala merasakan kedua matanya yang mulai berlinang air mata.
"Kalo gini tuh jangan nangis dan diem aja kaya tadi. Lo harusnya gerak buat cari obat. Dan kalo gue dah bilang jangan, yaa lo jangan! Kan gini jadinya!"
Sentak juna tanpa merendahkan intonasi suaranya. Juna menunjukan wajahnya seolah-olah ia tak khawatir pada rosi.
Halahhhh juna mah gak cocok kalo jadi tsundere kayak di novel-novel.
Masa aja pura-pura gak khawatir tapi dahinya mengerut dan menatap rosi biasa saja. Tapi mata tak bisa berbohong, itu buktinya mata juna sedikit bergetar melihat rosi yang mulai menangis.
"Hikssss....hikssss....k---kak "
Lirik rosi tak lupa diselingi isakan.
Ngilu rasanya rosi seperti ada sesuatu yang dikeluarkan dari jari nya.
Juna perlahan mencabut beling panjang yang menancap di jari telunjuk rosi.
Juna ini sebenarnya rabun jauh, karena saking kecilnya namun juna sangat tahu kalau beling itu panjang, terlihat guratan panjang yang menonjol dari dalam pada kulit jari telunjuk rosi. Jadi juna mendekatkan lagi tangan rosi.
"Beling nya dah gue cabut. Berenti nangis dong "