Aku tak tau,ini cinta
atau suka,tapi mereka tetap
sama,tujuan dan tuannya.
~Lovely Beauty A.S~
Selang satu minggu kemudian....
Hari hari Vely berjalan seperti biasa. Yang berubah mungkin hanya rasa yang awalnya biasa saja semakin menjadi tak biasa saat tanpa sengaja bertatap muka dengan dosen baru yang ganteng itu. Belakangan ini,Vely lebih sering memperhatikan dosennya itu.
Dan tentang mimpi itu,belum ada yang tau. Vely sengaja tak mengatakannya pada mama maupun kepada kedua orang tuanya. Sudah seminggu ini dia sudah seperti penguntit. Sungguh,ingin ia sampaikan maaf pada sang dosen karena telah menguntit nya beberapa hari belakangan ini.
Vely sangat sadar,jika debar nyata yang sering ia rasakan saat tanpa sengaja mereka berpapasan itu semakin nyata belakangan ini.
Mimpi itu,mimpi yang Vely sendiri sebut Mimpi pembawa rasa. Entah lah,Vely bingung bagaimana ia harus mengekspresikan perasaan-nya saat ini. Haruskah ia senang karena perasaannya di saat perjodohan itu masih menjadi belenggu tersendiri bagi dirinya. Masalah perjodohan itu memang tak lagi pernah masuk ke dalam pembahasan saat ia dan kedua orang tuanya berbincang. Bahkan bisa di katakan jika Vely menghindari topik yang bisa membuat mood nya buruk seketika.
Ia bahkan masih belum tau seperti apa rupa orang yang di jodohkan dengan dirinya. Sekalipun begitu,tak pernah terlintas di pikirannya jika sang ayah akan menjodohlan diri nya dengan om om hidung belang. Ia tahu,ayah nya tidak sejahat itu. Yang pasti saat ini adalah,jika kedua orang tuanya pasti mencari jodoh yang terbaik dari yang paling baik. Tak peduli tampan atau bahkan buruk rupa,jika memang dia yang di peruntukkan untuknya,Vely akan berusaha menerimanya dengan ikhlas.
Terlalu lama melamun sepertinya membuat gadis itu linglung seketika. Ia bahkan tak sadar kapan jordan masuk ke dalam kelas. Bahkan tugas yang di berikan jordan-pun ia tak tahu. Melirik ke arah si kembar yang secara kebetulan juga melihat ke arahnya. Vely mengangkat sebelah alis nya sembari menunjuk ke arah buku yang ada di hadapannya,seakan memberi isyarat 'hal berapa dan ada tugas apa?'
Mereka dengan kompak mengangkat buku mereka,Vely sampai berusaha agar tawanya teredam dan tak terdengar ke seluruh penjuru kelas dengan sebelah tangan yang membekap mulutnya.
Seakan tersadar,si kembar malah langsung mendelik melihat Vely yang cekikikan. Kadang Vely suka kesal melihat keduanya yang sering sekali berdebat,terlebih dengan sifat keduanya yang berbeda. Mereka malah seperti bocah jika tengah adu mulut seperti itu. Berada di tengah keduanya,membuat ia merasa jadi hakim. Iya,dia memang sangat sering menjadi penengah bagi keduanya. Entah itu masalah kecil atau bahkan masalah besar sekalipun,mereka sangat suka sekali berdebat sepertinya.
Vely rasa,mereka tidak cocok berada di kelas sastra bahasa inggris. Mereka lebih cocok masuk di fakultas hukum agar menjadi pengacara sekalian. Memikirkannya saja membuat gadis itu semakin cekikikan.
Saking asyiknya tertawa,ia bahkan tak sadar telah menjadi pusat perhatian di dalam sana. Sekarang,giliran si kembar yang tertawa cekikikan. Mereka berdua memang sangat suka melihat Vely dalam masalah.
Mereka berdua malah tampak sangat bahagia saat Jordan meminta Vely menerangkan apa yang sudah ia pelajari dari materi hari ini. Vely mendengus sambil mendelik ke arah si kembar,menatap ke arah buku yang ada di depannya. Membaca-nya dengan cepat,kemudian menjelaskan apa yang sudah ia pahami dari materi baru yang Jordan berikan siang itu.
"Materi ini menjelaskan tentang bla bla bla.....".
Entahlah. Tak ada yang tahu apa yang di lakukan Vely tadi,apa penyebab gadis rupawan itu tertawa seperti tadi,tapi malah sangat memahami materi yang bahkan hanya do baca sekilas oleh nya tadi. Itu adalah the power of Vely.
Si kembar bahkan sampai melongo dengan mukut yabg sedikit terbuka. Raut wajah mereka terlihat sangat kocak membuat Vely kembali tertawa. Sedangkan si pemberi pertanyaan, Jordan tampak puas terlihat dari senyum di bibir tipis itu,entah tak ada yang tahu,Jordan puas akan jawaban Vely atau karena hal lain. Itu masih menjadi rahasia.
"Ya sudah,Kita akhiri kelas hari ini. Semoga bermanfaat, wassalamualaikum" salam dari Jordan menjadi pengakhir kelas hari ini. Setelahnya,lelaki itu melangkah dengan tegas keluar kelas.
Semua mahasiswa baik lelaki ataupun perempuan berlomba lomba untuk keluar kelas. Maklum,jam sudah menunjukkan pukul setengah satu siang,itu artinya mereka ingin segera mengisi perut mereka yang sedari tadi sudah bergemuruh kelaparan.
Lain halnya dengan Vely dan si kembar. Mereka memang selalu memilih keluar kelas paling akhir. Selain karena malas berdesak desakan,mereka juga lebih santai dalam mengemas barang mereka.
"Kantin ngga?"pertanyaan itu terlontar dari lena.
"Ngga deh. Gua langsung pulang aja kek nya. Lagian udah ini kita kagak ada kelas lagi"sahut Vely.
Ia memang berniat langsung pulang setelah kelas berakhir. Karena selain tak ada acara lagi,ia juga sedang malas untuk hangout atau shoping dengan si kembar.
"Yahhh kok lu gitu sih. Ahh si Vely mah kagak asik."gerutu Alena saat mendengar penjelasan Vely.
"Lain kali aja ya? Gua juga udah bilang ama nyokap kalo udah kelas bakal langsung pulang."
"Yodah.kalo gitu kita luan yak,byebye Vel" pamit si kembar,kemudian mereka berjalan ke luar beriringan di selingi percakapan unfaedah ala mereka berdua. Vely yang melihatnya,hanya mampu menggeleng dan menghela nafas.
***
Setibanya ia di mansionnya,setelah memasukkan mobilnya ke dalam garasi samping mansionnya. Ia segera melangkah masuk. Mengucap salam yang seketika di jawab oleh para maid yang sedang berseliweran di Ruang Tamu.
Sepertinya Angel,sang Mama sedang keluar atau bahkan tengah pergi ke kantor Papa nya untuk makan siang bersama,atau sedang arisan dengan ibu ibu komplek,atau malah sedang berjuang menghabiskan uang papa nya. Dan itu artinya ia akan makan siang sendiri hari ini.
Menghela nafas sebelum kemudian melangkah ke lantai tiga,tempat kamarnya berada. Dengan bantuan lift yang memang merupakan fasilitas yang di sediakan oleh sang papa di mansion-nya,gadis itu akhirnya sampai di kamarnya. Setelah meletakkan tas di meja belajarnya,gadis itu segera merebahkan diri di atas ranjang queen sizenya.
Tubuhnya benar benar letih hari ini. Setelah agak lama berbaring,ia merasa kelopak matanya semakin berat dan akhirnya tertutup rapat.
☆☆☆
Johann Divaniel Alexander. Seorang CEO perusahaan JD CORP,perusahaan yang belakangan ini namanya semakin di kenal oleh masyarakat. Perusahaan yang ia bangun dengan saudara kembarnya itu tengah naik daun saat ini.
Perusahaan yang berjalan dalam bidang properti itu semakin sering di sebut namanya oleh orang banyak.
Di karenakan saudara kembar sekaligus kakak jarak lima menitnya itu tengah berada di negri orang,jadi ia yang akan memegang kendali sementara. Kakaknya,Jokin tengah menjalankan amanah sang Bibi.
"Gara-gara si Abangke ke luar Negri gua jadi ngga bisa santai santai lagi. Dendam gua kan jadinya. Awas kalo balik kagak bawa kakak ipar,gua lempar ke Amazon nanti.haha..". Tawa jahatitu seketika mengalun dari bibir merah pria rupawan itu.
Johann memang sekurang ajar itu pada kakak jarak lima menitnya. Entah apa yang membuatnya dendam pada sang kakak,padahal apapun yang ia mau sudah pasti akan Jokin usahakan selalu terpenuhi. Peduli amat dengan dirinya,karena sejak kecil ia di ajarkan untuk menjadi kakak laki-laki yang selalu melindungi adik nya. Jadi sebisa mungkin ia akan berusaha menjadi kakak terbaik untuk adik adiknya.
Tok tok tok
Baru saja ia akan mengeluarkan do'a ajaibnya pada sang kakak,pintu ruangannya sudah di ketuk dari luar. Merapikan jas-nya sejenak,kemudian ia segera menyuruh si pengetuk pintu masuk. Begitu pintu terbuka,raut serius di wajah Jovann berganti dengan raut kesal yang begitu kentara,di ambang pintu tampak seorang lelaki yang saat ini menjadi Sekretarisnya. Ia segera mengelus dada guna menetralkan emosinya.
"Selamat siang pak bos"sapa lelaki itu.
"Apaan sih lo! Gue kira sapa". Gerutu Jovann pada lelaki itu.
"Ehh iya,Kapan abang lo balik?"
"Masih lama lah. Kenapa tiba tiba nanyain abang gue?"
"Ngga. Cuma lo kagak cocok jadi bos menurut gue,lo terlalu pelit untuk jadi CEO di perusahaan ini. Masa karyawan lembur ngga di kasih bonus."
"Serah gue lah. Kan gue bos nya"
Jovann memandang sinis pada lelaki di hadapannya. Lelaki yang hobinya memang membuat Jovann kesal,dan dengan membanding bandingkan Jovann dan Jokin,bisa membiat Jovann kesal. Mereka kembar,namun dengan sifat yang sedikit berbeda. Sama-sama ramah,tapi Jovann cenderung tempramen,tak seperti Jokin yang penyabar.
"Gue yakin kalo lo ada urusan lain. Cepet lo mau apaan?" Tanya Jovann tak sabar.
"Ya elah mentang mentang udah jadi CEO,sahabat sendiri lo usir juga" gerutu Lelaki itu.
"Iya dong shan. Kan gue cuma harus tanda tangan gitu. Selebihnya ya cuma duduk santai."
Eshan. Nama yang orang tuanya sematkan pada lelaki yang tengah bersedekap dada di ambang pintu itu. Ingat,namanya Eshan bukan Ehsan. Kadang Eshan kesal sendiri jika ada yang memanggilnya Ehsan,tokoh kartun dalam film upin ipin yang memiliki hobi makan. Padahal Eshan hanya kurang sadar diri,Eshan sebenarnya juga suka makan. Makan apapun,asalkan mulutnya tidak menganggur alias terus mengunyah,dia mah iya iya saja. Mungkin hanya akan menolak makan jika di suguhi batu dan kayu saja.
Bahkan bukan hanya sekali dua kali eshan numpang makan di kediaman Alexander,sampai-sampai semua maid dan satpam hafal dengan wajah dan kelakuannya. Apalagi jika sedang pergi kondangan,Jovann harus menebalkan mukanya,berusaha tampak biasa saja padahal batinnya sudah kesal luar biasa. Ingin rasanya melempar sahabatnya ke Amazon biar di makan Anaconda sekalian. Ikhlas Jovann mah.
Tapi sebobrok apapun tingkah Eshan,Jovan masih tetap mempertahankan cowok selengekan tersebut. Selain karena Eshan pintar,Jovann juga merasa dia butuh hiburan. Dan bicara dengan Eshan,adalah hiburan menurutnya.
"Cihh sombong amat." Eshan berdecih saking kesalnya ia pada Jovann.
"Udah si jan bacot terus lo. Ada apa kemari? Kalo kagak penting gue lempar lo ke matahari."
"Ishh lempar aja nih. Lempar,ikhlas gue mah lo nista in." Eshan menyahut,tak lupa dengan wajah paling menyedihkan yang dia punya.
"Liat muka lo gue jadi istighfar terus bawaannya."
"Karena gue ganteng nih pasti. Gue tau kok,liat gue tuh bawannya emang bikin khilaf." Eshan masih terus menyahut dengan percaya dirinya seraya menyugar rambutnya ke balakang. Berlagak sok cool tapi jatuhnya malah bikin Jovann ngeri.
"Khilaf pengen nampol mah iya"
Mendengar ucapan Jovann,Eshan jadi melengos sambil memajukan bibir bawahnya. Merajuk ala Eshan,memang seperti itu.
"Ahh elah. Lo mo ngomong apaan tadi,napa jadi panjang begini elah"
"Ehhh iya. Sampe lupa gue,tadi gue denger nyokap lo bicara tentang jodoh jodohan gitu. Tapi gue kagak tau sama sapa,soalnya dia bicara telpon gitu."ujar Eshan sambil menjelaskan maksud kedatangannya.
"Ehh emang iya? Mami ke sini emang?" Jovann tampak tak percaya dengan ucapan Eshan. Bukan karena apa,si Eshan ini sering ngibul soalnya. Jadi Jovann was was sendiri buat percaya.
Dan Eshan hanya memgangguk polos menjawab pertanyaan Jovann.
"Mami ke sini? Pasti ada apa apa nih. Mana si abang masih di negri orang. Eh anjir bahasa gue." Jovann membatin yang malah jadi seperti orang gila karea senyum-senyum.
Eshan yang melihat sahabat sekaligus bos nya itu malah ngeri sendiri. Jadi dari pada gila nya ntar nular,lebih baik ia pergi dari sini. Dan setelahnya Eshan keluar dari ruangan Jovann sambil mengusap lengannya yang merinding. Eshan tak menyangka,Jovann yang senyum-senyum dan damage-nya malah kena ke dia.
☆☆☆
Thanks buat yg nunggu cerita absurd ini😄😚.
Jan lupa tekan vote dan coment.
See you next part guys😄😉