"Nal, mereka gimana?" tanya Yara tak tega melihat para anak kecil ini yang masih terlihat ketakutan ditambah kelelahan karena baru saja berhasil keluar dari markas, kini mereka berada di tengah-tengah hutan.
"Istirahat dulu." ujar Nala, ia memeriksa handphonenya untuk melihat jam.
"Jam 4," gumam Nala. Melihat belasan anak kecil yang terduduk kelelahan, Nala cukup tak tega.
"Kayak kita, yah," bisik Yara pada Nala dengan terus melihat anak kecil itu.
"Gimana?" kata Runi menghampiri Nala dan Yara bersama Nila.
"Istirahat dulu," ujar Yara.
"Iya, sama seperti kita," kata Nala menjawab ucapan Yara yang tadi
Yara mengusap punggung Nala menyabarkan, aktifitas itu juga dilakukan Runi dan Nila. Sebab Nalalah yang terkuat dari mereka, ia selalu bekerja keras dan melindungi mereka bertiga.
"Gue kangen Nenek," ujar Nala datar. Namun tak bisa dipisahkan dari kata 'sakit'.
"Gue juga," ujar Yara membenarkan
"Kita kangen Nenek! selain lo, Nal. Nenek yang selalu bikin gue masih mau hidup. Dan dia." Nila memandang kosong ke depan.
"Kalian adalah alasan gue untuk tetap stay di dunia ini." Runi memegang kedua tangan sahabatnya yang berada tepat di punggung Nala.
Nala menghembuskan nafas gusar, ia kembali melihat para anak kecil itu.
"Kalian masih bisa jalan gak?" tanya Nala lembut pada para anak kecil yang mereka selamatkan.
"Em, eng ... "
"Masih kak," kata seorang anak kecil menyela ucapan temannya. Ia menampilkan senyum terbaiknya pada Nala.
"Kasihan Kakaknya, dia sudah selamatkan kita," gumam anak kecil itu pada teman yang diselanya tadi.
"Maaf."
Nala tersenyum kecut. "Kakak minta maaf, tapi kita harus segera pulang," kata Nala mengusap kepala anak kecil yang telah menjawabnya tadi.
"Maafin kita yah," timpal Yara
"Gak papa, Kak. Kita makasih sudah diselamatkan. Kalau tidak, pasti kami semua sudah dijual," ujar seorang anak yang diusap kepalanya oleh Nala.
"Gue kayak liat kita dulu," bisik Runi pada Nila. Nila mengangguk. "Kita yang harus berjuang, untungnya kita ketemu seorang wanita paru baya yang udah bantu kita ngelawatin semuanya."
"Semangat!!!" ujar Yara mengangkat tangannya tinggi
"Semangat!!!" ujar para anak kecil itu kompak. Nala dan yang lain tersenyum gemas karena tingkah laku anak kecil yang sudah mereka selamatkan.
"Ayok," ajak Nala. Mereka kembali berjalan menyusuri hutan yang lebat. Nila menyalakan senter pada handphonenya untuk menerangi jalan mereka.
"Kita nyanyi aja, gimana?" ujar Yara mendapat ide agar perjalanan mereka tak terasa menyeramkan oleh anak kecil.
"Boleh, Kak."
"Kamu namanya siapa? sepertinya kamu sangat ceria," tanya Yara
"Aku Raja," kata anak kecil itu dengan nada gemas.
"Namamu bagus," kata Yara sambil menggenggam tangan mungil Raja dan terus berjalan ke depan.
"Adik-adik ayok kita bernyanyi," seru Yara semangat.
"Ayok!!!
"Naik naik ke puncak gunung tinggi tinggi sekali." Mereka mulai bernyanyi yang dipandu oleh Yara.
"Gemas banget," ujar Nila terus menyenter jelan mereka. Sambil melihat ke depan, Nila tak segan untuk menengok sebentar ke arah anak-anak.
"Iya, mereka memang pemberani dan imut," kata Runi.
Kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemarah aaa, kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemarah.
Lagu mereka selesai bersamaan dengan jalan raya yang telah menampakkan diri.
"Wah, jalan raya," heboh Raja membuat anak yang lain menjadi kembali bersemangat, sangat bersemangat.
"Iya," ucap Yara ikut senang
"Pukul 5, semoga ada mobil yang lewat," gumam Nala melihat kiri kanan menunggu mobil yang akan dimintai tolong.
"Nal, itu ada mobil!" seru Runi semangat saat melihat mobil yang biasa dipakai untuk mengangkut sayur tengah melaju ke arah mereka.
Nala dengan sigap memberikan tangannya seperti sedang memberhentikan mobil di jalanan.
Mobil itu berhenti, Nala dan yang lain bernafas lega. Setidaknya mereka bisa pulang dengan menaiki mobil.
"Ada apa, Neng?" tanya sang supir dari balik jendela mobil
"Gini, Bang. Kita boleh numpang?" izin Nala.
Supir itu lebih melihat keluar dan mendapati anak kecil yang sangat banyak. Supir itu kelihatannya nampak berfikir sebentar.
"Yaudah, Neng. Naik saja."
Nala mengangguk berterima kasih lalu menggendong para anak kecil satu persatu naik ke atas mobil dibantu oleh ketiga sahabatnya.
Mobil mereka melaju hingga ke perkotaan.
♧♧♧♧♧
"Makasih banyak, Bang." ujar Nala setelah selesai menurunkan para anak-anak. Mereka telah sampai dikediaman Nala dan yang lain dengan selamat. Untung saja supirnya orang baik sehingga bisa memudahkan mereka untuk pulang.
"Iya, Neng. Sama-sama," ucap supir itu lalu pergi dari kediaman Nala.
"Yey kita sudah sampai!!!" seru Raja sangat semangat.
"Yey!!!" seru yang lainnya.
"Akhirnya selesai." Nila bernafas lega. Meregangkan ototnya yang kaku.
"Udah lama kita gak nugas ginian, terakhir kan ngurusin khasus pembunuhan doang."
"Jangan keras-keras bego! ntar mereka denger!" Nila menyikut lengan Runi. Runi terkekeh. "maaf."
"Ayok kita masuk, tapi rumah Kakak kecil, sebentar lagi ibu kalian akan menjemput kalian semua," ucap Yara yang membuat mereka kembali berseru semangat.
"Asik! kita pulang!!!" seru seorang anak kecil.
"Pulang?"
"Asik!!! aku bakal ketemu Mama!!!"
Nala dan yang lain terharu melihat keaktifan para anak kecil ini. Mereka begitu menyayangi ibu mereka.
"Gue jadi rindu sama Mama." Nila tersenyum kecut.
"Sama."
"Yaudah, ayok masuk. Kakak baliin es krim." Nala menggiring mereka semua masuk ke dalam rumah. Memang tak besar, tapi masih cukup untuk mereka semua.
"Asik!!! makasih Kakak!" kata Raja manis
"Iya."
Semua anak masuk ke dalam rumah. Nala kembali keluar untuk menelphone client, memberi tau bahwa mereka telah menyelesaikan tugas dan menyuruh untuk mengambil semua anak kecil itu.
Setelah selesai menelphone dan memastikan transferan mereka telah masuk, Nala pergi ke kios untuk memenuhi janjinya. Yaitu membelikan es krim.
"Kakak Namanya siapa?" tanya Raja pada Yara yang sedang duduk di samping Runi.
"Yara, sayang." Raja yang dipanggil sayang oleh Yara justru merona malu.
"Eh, kamu kenapa?" heran Yara saat melihat kelakuan Raja seperti orang yang tengah malu-malu.
"Raja dipanggil sayang sama, Kakak."
Yara menahan tawa akibat penuturan Raja yang sangat polos.
"Kamu masih kecil." Yara menggelitiki perut Raja membuat Raja tertawa terbahak-bahak.
Runi yang melihat itu semua ikut gemas sendiri. Hingga ia meresakan seseorang yang tengah menarik-narik bajunya.
"Eh? kenapa sayang?" Runi mengangkat anak itu dan mendudukannya tepat di samping.
"Kakak cantik," ujar anak yang berada di sisi Runi dengan malu-malu
"Astaga, gue digoda anak kecil." Batin Runi terkekeh.
"Makasih."
"Jangan digodain Kakaknya, Namanya Runi. Nanti kalau Kakaknya terbang gimana?" Nila mencubit pipi anak itu gemas.
"Terbang? emang Kakak cantik bisa terbang?" Anak itu mengerjab lucu menatap Runi. Rasanya Runi ingin menyumpal mulut Nila.
"Kakak jelek itu cuma bercanda." Tunjuk Runi pada Nila dengan mengatainya jelek.
"Kakak jelek bercanda yah?" perjelas anak yang di samping Runi. Nila mengetatkan rahangnya menahan amarah, menatap tajam Runi.
"Es krim!!!" seru semua anak kecil saat melihat kantongan besar yang dipegang Nala.
Nila yang tadinya ingin marah ikut memandangi Nala.
"Kakak bagiin satu-satu yah! jangan berebut, biar kakak yang kasih ke kalian!" Mereka semua mengangguki ucapan Nala.
Nala mulai membagikan es krim ke semua anak dan berakhir di Raja.
Anak yang tadi di samping Runi kini telah bergabung dengan temannya. Namun lain halnya dengan Raja. Ia terus berada di sisi Yara dan yang lain.
"Raja gak mau gambung sama teman?" tanya Runi, bukan karena apa. Sepertinya Raja memang beda dari yang lain. Mulai dari caranya menyahuti Nala saat menanyakan apakah mereka lelah dan terus menyemangati temannya saat dihutan untuk terus berjalan.
"Gak, Kak," jawab Raja singkat
Tok tok tok
Pintu diketok. Nala beranjak membukakan pintu dan terlihatlah beberapa ibu-ibu yang sudah pasti ingin menjemput anaknya.
"Masuk saja." Para ibu itu mengangguk lalu masuk satu persatu.
Saat melihat ibu mereka datang, para anak kecil itu berteriak histeris, mulai dari menangis dan mengoceh.
Para ibu sangat berterimah kasih pada Nala dan yang lain karena telah menyelamatkan anak mereka. Mereka akhirnya pulang membawa anak mereka masing-masing. Namun lain halnya dengan Raja yang masih tetap stay.
"Raja, ibu kamu gak ada?" tanya Yara
"Gak, mungkin Abang bakal datang," jawab Raja berusaha tersenyum walau matanya mengambarkan kesedihan.
"Gak papa, kita bakal temenin Raja terus," ujar Yara menghibur.
"Tungguin aja, nanti bakal dateng," kata Nala yang diangguki Raja.
Raja kini bermain dengan Nala. Saat pertama kali bertemu dengan Nala, Raja telah suka dengannya, mulai dari senyuman dan ucapan Nala yang halus.
Tok tok tok
"Itu pasti ibu kamu." Raja melebarkan senyum saat mendengar ketukan pintu.
Ceklek
"Abang?" Nala tak sangka yang datang adalah Zafa, seseorang yang sangat dekat dengan mereka berempat.
"Abang!!!" teriak Raja berlari menghampiri Zafa.
Zafa sangat terkejud akan orang yang membukakan pintu untuknya.
"Abang lama banget!" rajuk Raja memeluk Zafa erat. Zafa menunduk memperhatikan sang adik lalu menggendongnya.
"Jadi ini rumah kalian?" tanya Zafa tersenyum.
Yara dan yang lain membeku saat mendengar suara yang sangat familiar di indra pendengaran mereka.
"Zafa." Batin Yara.
"Abang!!!" teriak mereka bertiga berlari menghampiri Nala dan Zafa.
Nila tak jadi memeluk saat melihat Raja yang berada dalam gendongan Zafa.
"Kakak kenal sama Abang Raja?"
Nala dan yang lain menatap Zafa meminta jawaban.
"Dia adik gue, dan maaf selama ini gak ngasih kabar ke kalian," ujar Zafa tersenyum
Mereka tak bisa berkata-kata. Zafa kini hadir di hadapan mereka berempat. Seorang yang ikut menjaga mereka bersama wanita paruh baya yang mereka sebut dengan panggilan Nenek. Selepas kepergian Zafa, mereka lebih menutup diri apalagi pada laki-laki. Namun kini mereka telah bisa merenggangkannya kembali, apalagi saat bertemu dengan Bagas dan yang lain.