Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

padmarini

Tata_Mifa
--
chs / week
--
NOT RATINGS
56.3k
Views
Synopsis
4 pria tampan yang berambisi untuk mengalahkan semua musuh dari gank mereka, semua gank yang berasal dari sekolah terkenal. Hingga tiba saatnya, niat untuk menyerang gank di suatu sekolah luntur seketika hanya karna fakta yang mengatakan bahwa anggota dari gank itu adalah 4 orang gadis. Suatu hari, salah satu dari pria itu mendapat informasi bahwa gank yang beranggotakan 4 gadis itu ternyata pembunuh, mereka tak pernah merasakan indahnya dunia, apalagi kisah remaja. Timbul niat untuk menolong dan rasa iba yang bergejolak, membuat mereka memutuskan untuk mendekati para gadis itu dan membuat mereka merasakan indahnya kisah remaja. Akankah niat semula yang hanya ingin membantu menjadi mencintai? Bisakah mereka membuat para gadis yang terkenal kejam itu luluh?
VIEW MORE

Chapter 1 - Gank (BARA)

"Abang, kita kapan nyerang lagi?!" rajuk Buntara si adik yang kedua termuda pada Bagaskara si kakak tertua.

"Sabar napa elah! lo juga biasa babak belur kalau lagi nyerang! nyusahin tau gak," kata Bagas dengan nada mengejek Tara.

"Abang mah gitu! gue kan terpojok" Tara mengerucutkan bibir berusaha membela diri.

"berisik! gak ingat umur!" sindir Bumantara si bontot.

"Apasih kalian, jangan ngadi ngadi ye!" kata bagas mulai tidak suka dengan keadaan Tara yang sedang ngambek layaknya cewek yang baperan dan Buma yang omongannya gak bisa di rem dan sangat pedas.

"Ipisih kiliin, jingin ngidi ngidi yi!" ejek Bawara dengan membawa nampan yang berisikan cemilan kue coklat dan gelas yang berisi coklat hangat.

"Auh ah. punya Abang kok pada jahat!" Tara memalingkan wajahnya merajuk.

"Halah, curut gak usah sok merajuk deh! udah kucel tambah kucel lagi tu muka!" Wara terkekeh dan duduk di samping Tara.

"Wah!!!" mata Tara berbinar saat melihat coklat panas dan kue coklat yang diletakkan Wara di atas meja.

"Eh, main comot aja! gak sopan!" Bagas memukul tangan Tara lalu dengan cepat ia mengambil kue coklat itu.

"Hehehe." Tara menampilkan cengiran bodohnya.

"Bismillah dulu! udah tua gak tau akhlak!" sindir Buma, omongannya memang sangat menusuk.

"Iya!" Bagas memutar bola mata malas lalu menengadahkan tangannya membaca doa makan.

Di tengah kunyahan Tara kembali bersuara. "Eh, Bang?" panggil Tara pada Bagas dan Wara karena Buma adalah adik.

"Apaan, curut! gue lagi makan, ntar keselek gue minta tanggung jawab cariin istri, mau lo?!" kata Bagas sedikit ngaur.

"Kenapa? mau minta di nikahin sama anak tetangga sebelah yang tompelan itu?" ujar Wara lebih ngaur sembari menggoda Wara, menaik turunkan alisnya.

"Apasih, Bang. dedek jadi malu." Tara mengimut-imutkan wajahnya, kini ia sudah lupa apa yang mau dibilangnya tadi.

"Ye ... dasar curut comberan!" hina Bagas. Ia hampir melempar kue yang ada di tangannya. Namun, sebelum itu terjadi ia segera melahap sampai habis

"Dasar gigi ompong, kalau udah bener mandinya baru cari istri, elo yang masih di mandiin emak aja sok!" timpal Wara. Padahal dia yang mengusulkan untuk menjodohkan Tara. Sedangkan Buma hanya diam saja memandang malas kelakuan para Abangnya.

"Dasar, Abang gak punya ginjal!!!" geram Tara. Jika tak punya hati tak mungkin mereka masih hidup, jadi Tara pelesetkan menjadi ginjal.

"Emang gak ada! gue udah jual buat beli cinta! tapi apa? gue di tolak!" ujar Wara mengutarakan isi hatinya, ia menunduk mendramati.

"Ye!" Bagas menjitak kepala Wara.

"Is! sakit, Bang!" rintih Wara.

"Makanya kalo punya ginjal itu di sayang! di mandiin, di kasih makan! di nina boboin!" saran Bagas yang membuat mereka menatap datar. Gila, bodoh, ngaur. Mengapa Bagas bisa menjadi leader mereka?.

"Bodoamat!!!" sentak mereka berdua.

"gila? udah tua! bau tanah masih aja kelakuan kayak anak kecil!" sindir Buma yang dari tadi diam.

"Gue masih 17 tahun yah! elo tuh yang tua! monoton banget hidup lo, mana kata-katanya pedas lagi kayak mulut netizen," cibir Bagas.

"Betul betul betul!" kata Tara menyetujui.

"Jangan bangunin singa yang lagi tidur!" kata Wara sambil menatap Buma remeh.

"Emang kenapa, Bang?" tanya Tara.

"Nanti dia terbangun dari kehaluannya! Bhakhakhak." Wara tertawa terpingkal-pingkal. padahal tidak ada yang lucu, humornya sangat rendah.

"Dasar cendol dawet!" sentak Bagas dan Tara bersamaan yang membuat tawa Wara berhenti seketika lalu memandang datar.

"Okeh, kita Fokus!" tiba-tiba nada Bagas menjadi serius. Mungkin psikisnya boleh di cek.

"Kita bakal nyerang gank jizga dari sekolah derwantina!" Saat mendengar penuturan Bagas yang berbicara tentang penyerangan mereka semua menjadi serius, apalagi Tara yang baru saja menanyakan kapan mereka akan menyerang lagi.

"Jadi, ketuanya itu nantang. kalau kita kalah, kita bakal dicap sebagai gank terlemah dan cupu! ini memang gak masuk akal, orang kita udah ngalahin banyak gank. Tapi bolelah buat main-main dikit," kata Bagas yang membuat mereka mengetatkan rahang menahan amarah. Mereka tak terima jika dibilang lemah.

"Rencana!" kata Buma singkat.

"Mereka banyak! sepuluh kali lipat dari kita, jumlah mereka 40, gak ada yang boleh bawa benta tajam atau senjata api! ingat kita hanya akan menggiring mereka ke rumah sakit, bukan ke nereka," jelas Bagas panjang lebar.

"Bang! gak bisa gitu dong, lo mau mati konyol." bantah Wara.

"Iya, kalau kita ngandelin kayu dengan batu, lo kira kita manusia purba apa?!" timpal Tara.

"Setuju!" kata Buma kembali singkat. mereka menaukat alis tidak mengerti.

"Setuju apa?" tanya Tara.

"Bang Bagas," kata Buma kembali singkat.

"Bang?" tanya Wara melihat Bagas meminta jawaban.

Bagas menghela nafas, Adiknya yang satu ini memang sangat singkat jika berbicara. " Dia setuju sama pendapat gue," ucap Bagas, Wara menganggu.

"Jadi gimana?" tanya Bagas pada Wara dan Tara.

"Gak! lo kira kita nih semut bisa masuk kedalam baju mereka terus gigit sampai mereka tumbang!" kekeh Tara.

"Pengecut!" ujar Wara, kini ia berada dipihak Bagas dan Buma.

"Dasar kadal plinplan!" hina Tara pada Wara.

"Diem aja dah curut comberan!" kini kaduanya mulai lagi beradu mulut.

"Azem azem!" ejek Tara.

"Asem bego!" kata Wara membenarkan.

"Manis goblok!" mereka berdua terus bercekcok sementara Bagas yang sedang mengunyah kue coklat dengan lahap sambil menonton drama gratis.

"Cicak goreng!" hina Wara.

"Banteng burik!" kata Tara lebih nyolot.

"Tokek abstrak!"

"Lalat bengek!" berbagai hinaan terus mereka lontarkan.

"Bang, gue laper cekcok sama banteng burik kayak lo," kata Tara kembali duduk.

"Gue juga capek ngeladenin curut comberan kayak lo!" kata Wara masih dengan hinaannya.

"Kue gue mana?" tanya Tara tiba-tiba teringat dengan kue brownis yang belum habis di lahapnya.

"Lo makan?!" tanya Tara pada Buma yang hanya di hadiahi tatapan datar

Bodoh! si batu es mana bisa makan kue. batin Tara.

"Bang!" Tara mulai muncium bau yang tak enak, sementara Bagas mengeluarkan cengiran bodohnya.

"Lo makan?!" Tara melotot.

"Hehe iya. Ini!" Bagas menyerahkan piring yang hanya dihiasi remahan brownis.

"Abang!!! Dasar siluman biadap!!!" sentak Tara lalu keluar dari ruangan mereka dengan membanting pintu.

Brak!!!

"Jangan lupa dengan rencana kita buat nyerang!!!" teriak Bagas.

"Lo aja, gue tunggu mayat lo, ntar gue ceburin ke danau!" teriak Tara yang belum jauh dari ruangan tersebut.

"Lihat noh adek lo!" kata Bagas pada Wara.

"Bukan adek gue!" kata Wara lalu ikut keluar ruangan.

"Tinggal kita berdua." Bagas menampilkan kembali cengiran bodohnya menatap Buma.

"Ulat bulu, gatel!" maki Buma lalu ikut keluar meninggalkan Bagas seorang diri.

"Woy! jahat banget yah kalian ninggalin Abang kalian yang ganteng ini!" teriak Bagas, tapi tak ada sahutan dari mereka bertiga.

Bagas melihat sekeliling," kok merinding yah, au ah. kabur!!!"

*TBC*