Chereads / padmarini / Chapter 6 - Fakta pertama

Chapter 6 - Fakta pertama

"Coba ingat terus, Dek!" sedari tadi Bagas selalu memaksa Cira untuk mengingat kembali siapa mereka.

"Bentar, Bang!" kata Cira, ia terus bolak balik tak jelas.

"Apasih, Bang! jangan paksa dia!" kata Tara. "Sini,Dek duduk. Pusing Abang liat kamua bolak balik mulu, gak jelas tau!" lanjutnya menepuk kasur. Sekarang mereka berlima tengah berada di kamar Bagas. Kamar yang dihiasi berbagai macam stick baseball yang tentu dipakai untuk berkelahi antar gank.

"Aha!" kata Cira mengangetkan para Abangnya.

"Apa? apa?" tanya Bagas antusias.

"Kan waktu itu ... " perkataan Cira dijeda oleh Tara.

"Duduk, Dek! biar lebih enak ceritanya!" kata Tara, Cira mengangguk.

"Kan waktu itu," kata Cira mulai bercerita. "Ada bentrokan kekuasaan antar gank, Cira gak tau yang sebenarnya apa. Namun, saat perkelahian terjadi salah satu gank menang, mereka mau nguasain sekolah, bahkan mau bakar sekolah. Mereka bilang, sekolah Cira itu gak guna! dan Abang tau mereka menang karena apa?" tanya Cira melihat satu persatu Abangnya.

"Mereka menang karena saat bertarung gunain pistol, mereka nembak semua orang dari gank musuh mereka itu!" kata Cira bergidik ngeri.

"Pengecut, dan gank yang gantiin kita kan gak jago ngelawan, lagian mereka juga bawa pistol." Batin Bagas

"Terus yah, Bang. Itu kejadiannya waktu Cira pelepasan kakak kelas, dan rupanya gank itu musuh sekolah yang sudah lama menghilang. Waktu itu Cira hampir mati tertembak ..."

"Apa!!!" mereka yang tadinya diam kini berteriak, bahkan Buma sekalipun.

"Kamu hampir mati, tapi gak kasih tau Abang?!" kata Bagas sedikit meninggikan suaranya.

"Siapa orangnya? biar Abang hilangin nyawanya!" ujar Bagas yang ingin bangkit dari duduknya.

"Percuma! mereka udah mati, makanya denger dulu cerita, Cira!" Cira berdecak.

"Hehehe, yaudah lanjut!" kata Bagas.

"Sebelum Cira ditembak, ada yang selamatin Cira. Yah mereka, gank padmarini. Katanya mereka dipanggil Padmarini karena artinya itu indah dan tajam. Mereka sangat cantik dan baik. Namun, penuh dengan dendam. Mereka gak nanggung bunuh orang jika orang itu bersalah. Tapi Cira gak tau benar apa gak?!" kata Cira panjang lebar. Para Abang kompak mengangkat alis.

"Kok kita gak tau?" tanya Bagas.

"Yaiyalah! orang itu mitos, Bhakhakhak!" Cira tertawa sampai terpingkal-pingkal.

"Berani yah kamu bohongin, Abang!" para Abang menerjangnya menggelikitik.

"Aduh, iya iya aku gak bohong suer," kata Cira sudah tak kuasa menahan sakit pada perutnya akibat tertawa.

"Tarik nafas, hembuskan!" kata Bagas menginstruksi.

"Ok, Cira gak bohong, Cira sengaja bilang mitos karena muka, Abang serius banget, Bhakhak!" kata Cira yang kini telah mengeluarkan air mata akibat tertawa.

"Oh, kamu yah!" kata Tara yang ingin menggelikiti Cira lagi.

"Et, jangan dong. Emang kenapa Abang tanyain gitu?" tanya Cira.

"Cira masih anak kecil, gak usah tau!" kata Bagas menoyor pelan kepala Adiknya.

"Is, Cira udah gede. Nih liat udah tinggi!" kata Cira berdiri menunjuk dirinya.

Bagas terkekeh. "Kamu tau gank Bara?" tanya Bagas. Cira nampak berfikir sebentar.

"Gak!" jawabnya mulai bercanda.

"Lah, kamu yakin gak tau?" tanya Tara.

"Bhak, gak kok. Cira tau, emang kenapa?" tanya Cira, ia kembali duduk.

"Ya, mereka itu kita!" kata Bagas.

"What!!! jangan ngadi-ngadi deh, Bang!" kata Cira menyilangkan tangannya di depan dada.

"Yaudah gak percaya, keluar dari kamar Abang!" usir Bagas.

"Yah, Bang. Kok gitu?" Cira memanyunkan bibirnya.

"Udah malem, sekarang istirahat!" kata Bagas, Cira mau tidak mau harus mengiyakan. Cira keluar dari kamar Bagas dengan menghentak-hentakkan kakinya.

"Imut banget!" kata Tara.

"Yaiyalah, Ade gue gituloh!" kata Bagas bangga. "Yaudah, sekarang fokus!"

"Lah, bukannya dia tadi yang bercanda duluan?" kaya Tara tak percaya.

"Udah, diemin aja, biar dia berkembang biak!" kata Wara, mereka terkekeh kecil.

"Gue bakal tanya sama Dito, dia kan masih anak buah kita sampai sekarang walau kita gak di Mutiara 10 lagi. Mungkin dia tau kejadian sebenarnya," ujar Bagas. mereka mengangguk. Jangan pernah dirikan gank jika belum mempunyai mental dan strategi yang baik.

"Hallo? tumben nelphone," ucap orang seberang.

"Ye, lu apa gunanya sih?!" sentak Bagas.

"Yaelah, Gas. Sadis amat!" kata orang seberang.

"Gak usah banyak cincong! lo tau gak gank padmarini?" tanya Bagas.

"Ya taulah. Emang kenapa?"

"Lo bisa ceritain mereka kenapa bisa ada di sekolah?" tanya Bagas, ia berharap semoga Dito bisa menjelaskannya secara rinci. Orang seberang yang di telphone Bagas adalah Dito, mata-mata Gank Bara.

"Bisa kok! mau di telphone atau ketemu langsung?" tanya Dito

"Ketemu langsung, di markas lama!" kata Bagas.

Markas lama adalah markas yang terdapat di lingkungan sekolah mereka dulu. Mereka sengaja membangun di lingkungan sekolah agar lebih mudah untuk mengintai guru, mereka juga telah meminta izin dan berkata pada guru yang mereka percayai untuk memberi tau semua murid bahwa markas mereka adalah tempat terlarang yang konon mempunya penghuni makhluk halus.

"Ok!"

Tut! Tut! Tut!

Sambungan telphone terputus.

"Gimana, Bang?" tanya Tara.

"Aman! meluncur ke markas lama!" mereka mengangguk lalu dengan mengendap-endap keluar rumah agar tak ketahuan Hebilla.

♧♧♧

"Huft, untung gak ketahuan sama, Bunda, 'kan berabe. Bisa dikurung di kamar mandi kita!" kata Tara mengusap dadanya bernafas lega.

"Iya euy, nyesel banget gue nyolong donat di kantin lalu, 'kan berujung semaleman di kamar mandi kita!" kata Wara mengingat kejadian lalu di mana mereka tidak di kasih uang jajan dan berakhir menyuri donat Bik Jum.

"Padahal, 'kan Bik Jum biasa aja tuh. Si Bunda aja yang lebay!" ikut Tara menimpal.

"Lo gak ingat juga kita di hukum sama Ibu Handira!" tanya Bagas pada Tara.

"Gue ingat lah! kita ditampar astaga! mana kita di beliin donat 10 dus perorang lagi! baik kan Ibu gue!" kata Tara menepuk dadanya bangga.

"Ye!" Bagas menoyor kepala Tara. "Lo kira perut gue gentong! mana muat mulut gua makan donat 10 dus!" sinis Bagas.

"Udah cepetan, Bawa mobil tuh kencangan dikit napah!" kata Tara mengalihkan pembicaraan.

"Berisik! Abang gue apa emak-emak sih!" sindir Buma.

"Iya, Adik bontot!" kata Tara malas.

♧♧♧

"Gimana, Dit?" kata Bagas yang baru saja sampai di markas berasama tiga sahabatnya.

"Duduk dulu, Gas!" kata Dito, Bagas mengangguk dan duduk di Sofa yang memang telah disediakan. Ruangan atau markas mereka sangat nyaman, tidak ada sisi angkernya sama sekali. Namun, memang jika di luar terlihat sangat menyeramkan.

"Apa yang mau lo tanyain tentang mereka?" tanya Dito.

"Kenapa mereka bisa jadi gank di sekolah ini dan gua gak tau, padahal gue baru satu tahun ninggalin sekolah ini!" ujar Bagas.

"Jizga nyerang sekolah karena mereka tau kalian udah gak megang sekolah, mereka bawa pistol dan nembak semua orang tanpa arah, saat itu banyak yang panik dan gue gak sempat hubungin kalian karena mereka juga datangnya itu tiba-tiba. Keadaan sangat tidak kondusif lalu datang 4 orang bertopeng, mereka nembak satu persatu gank Jizga. Namun, ada beberapa orang yang berhasil lolos." Dito memberhentikan perkataannya lalu menarik nafas dalam.

"Gua udah cari tau siapa aja gank Jizga yang lolos, dan ternyata si Gaza gak ikut nyerang!" lanjut Dito menjawab singkat pertanyaan Bagas.

Bagas dan yang lain berfikir sebentar tentang punuturan Dito yang mengatakan tidak ikutnya Gaza dalam penyerangan. "Lo kenapa gak kasih tau gue!!!" sentak Bagas tak terima jika hal seperti ini ditutupi darinya.

Dito menghela nafas. "Gue di suruh rahasiain sama sekolah, takut nama sekolah jelek," jelasnya.

"Nama sekolah memang sudah jelek! mereka banyak yang korupsi!!! buat apa lagi dijaga" bentak Bagas malas.

"Lo salah, Dit. Seharusnya lo kabarin kita hal penting kayak gini!" timpal Wara setalah sibuk bergelud dengan pikiranya akibat penuturan Dito.

"Gue tau gue salah, tapi gank padmarini itu udah jemblosin guru yang korupsi ke penjara kok, sama kayak kalian, mereka emang hebat, gue akuin itu. Gue benar-benar minta maaf," Ujar Dito.

"Yaudah, percuma gue marah. Jangan diulangin!" kata Bagas memyudahi. Dito mengangguk.

"Benar mereka 4 orang gadis?" tanya Buma setelah menimbang semua ucapan mereka, tak perlu ditutupi lagi. Ini semua harus diungkap.

"Iya! lo tau dari mana?" tanya Dito menaikan sebelah alisnya.

"Mereka yang kasih tau!" kata Buma singkat.

"Terus awal mula kalian tau gank padmarini dari mana?" tanya Dito lagi.

"Zafa!" kata Bagas tegas.

"Asal kalian tau, Zafa yang berhasil lolos dan dia yang hampir bunuh Adik lo." Tunjuk Dito pada Bagas.

*TBC*