"Gimana? udah siap belum?" tanya Bagas kepada anggotanya.
"Bang, lo yakin kita gak pake benda tajam? kita cuma berempat lo,Bang!" kata Tara mencoba bernegosiasi kembali.
"Yakin! lo takut?" kata Bagas begitu yakin.
"Gak! gue cuma hindari kalau kita bisa aja mati! kita cuma berempat, mereka sukanya main keroyokan loh, Bang!" ujar Tara.
"Percaya diri boleh, tapi ukur kemampuan. sejago apapun jika sudah dikepung pasti tumbang!" ujar Wara mencoba menasehati.
"Yaudah! kalau nanti ada yang dari kita mati! tinggal yasinin, susah amat!" kata Bagas yang membuat mereka melotot.
"Maksud lo apa, Bang?!" Tara menatap Bagas tak percaya.
"Drama!" kata Buma yang sedari tadi diam.
"Apasih anak bontot!" tajam Tara. sedangkan Buma hanya menatap datar.
"Batu bisa di lempar bego! lo bisa tumbangin mereka walau gak ngedeketin!" kata Bagas.
"Noh, bener tuh kata Bang Bagas!" kata Wara yang sekarang menjadi pendukung Bagas.
"Dasar kadal plinplan!" Tara menatap malas kedua Abangnya.
"Yaudah! kita berangkat!" kata Bagas yang di angguki mereka bertiga.
"Tunggu!!!" ucap Tara. membuat mereka menghentikan langkah.
"Apalagi curut?! kalau lo takut! sembunyi aja noh, di gorong-gorong!" kata Wara tak sabaran.
Tara mengerucutkan bibirnya, "Ini batunya udah Tara siapin!" Ucap Tara dengan cengirannya.
Bagas dan Wara menatap Tara penuh selidik, sedangkan Buma tak berminat sedikitpun.
Mau apa lagi ni curut. Batin Wara.
Pasti ni anak gak bener, waspada siaga satu ini mah. Batin Bagas.
"Lo taruh batu di tas tenteng gitu? waras lo?" kata Wara.
"Iya, Bang. Coba Abang liat deh!" ucap Tara masih dengan cengirannya.
Wara dan bagas mengintip isi dari tas itu perlahan.
"Wah, gila!" Wara menutup mulut menatap Tara tak percaya, dia mulai mendrama berlebihan.
"Heh! curuh gorong-gorong! lo ngapain warnain ini batu! supaya apa? biar mereka nyanyi balonku ada lima rupa-rupa warnah?!iya?!" sentak Bagas sedang Tara menggaruk tengkuk.
"Kalau diwarnai bakal bagus, Bang! biar gak monoton! biar mereka tambah semangat lawan kita, "ucap Tara.
"Bukannya semangat, mereka bakal hina kita, Adek gue yang paling ganteng!" kata Bagas berusah menahan emosi.
"Abang tau saja kalau seorang Bumantara anak dari Bapak yastana dan ibu handira sangat tampan," kata Tara menepuk dadanya bangga.
"Terserah!" pasrah Bagas "Ayok berangkat!"
Kini mereka benar-benar berangkat ke sekolah Derwantina, bersiap mengalahkan gank jizga.
♧♧♧
Brum! Brum! Brum!
Mesin motor bersaut-sautan.
"Woy, anak gank Bara udah datang!" teriak Gaza, ketua Gank Jizga.
"Ha ha ha, ternyata mereka berani juga, pencabut nyawa telah di depan!" kata Zafa sang wakil dengan penuh percaya diri.
"Mari membawa mereka ke nereka." mereka semua menyungging senyum, kobaran dendam begitu menusuk di dalam hati mereka.
"Siapkan semua peralatan!" perintah Gazah
"Baik!!!" seru para anggotanya.
Brak!!!
Pintu markas mereka dilemparu batu, siapa lagi pelakunya kalau bukan Bara.
"Wah! berani sekali mereka!" gank Jizga berlari menemui gank Bara.
"Hai Gaza," sapa Bagas begitu menyeramkan, auranya begitu menindas.
"Apakabar? ternyata kau masih hidup!" kata Bagas dengan menyungging senyum.
"Kukira malaikat maut telah menjemputmu," lanjutnya.
"Dia masih banyak dosa! malaikat maut aja ogah cabut nyawa dia! Bahakhakhak," timpal Tara, Bagas tertawa.
"Ck. jangan banyak bicara kalian! mana anggota kalian yang dua lagi? apa takut!" kini gantian Jizga yang tertawa.
Sementara Wara dan Buma yang sedang bersembunyi berusah menahan gejolak amarah yang sedang naik.
"Jangan banyak bacot! Maju!!!" kata Gazah memberi kode pada Jizga.
"Serang!!! Jizga!!!" para anggota Jizga meneriaki nama gank kebanggaan mereka.
Bugh! Bugh! Bugh!
Tara dan Bagas melawan dengan Brutal, dengan hitungan menit mereka sudah bisa menumbangkan beberapa anggota Jizga.
"Lawan lo! adalah gue!" kata Gazah menunjuk Bagas
"Ck. nyusahin!"
Bugh!
Bagas menonjok pelipis Gazah yang membuat darah segar kaluar dari hidung Gazah.
Bugh!
Gazah membalas dengan memukul keras perut Bagas. Namun, Bagas tak begitu terlihat kesakitan.
"Perut gue keras bego!" kata Bagas lalu kembali memukul Gazah.
Bugh!
Bagas memukul pelipis Gazah bagian kiri, anggota Jizga yang melihat ketuanya hampir mati, berlari untuk membantu. Namun, baru beberapa langkah, mereka meresakan benda keras mengahantam bagian punggung.
Orang yang bernama lio memegang tengkuknya, ia sempat syok melihat bercak darah yang sangat banyak di tangannya.Tak lama, penglihatannya memburam, lalu ia jatuh pingsan. begitu juga anggota yang terkenal lempara batu.
Wara dan Buma terus melempar anggota Jizga, ini salah satu taktik mereka, sedangkan Tara hampir kewalahan. Buma dengan cepat mengganti posisi Abangnya Tara, sedangkan Wara meraih Tara dan mulai lagi melempar anggota Jizga dengan batu yang telah diwarnai Tara, beruntung batu itu di taruh di tas tenteng, sehingga lebih bisa di bawa kemana-mana.
pergerakan mereka sangat cepat, Anak Jizga sampai salah melempar dan memukul, bukannya memukul lawan mereka malah memukul kawan.
"Lo gimana sih? kok mukul gue!" bentak salah satu anggota Jizga.
"Gue gak sengaja!" bukannya meminta maaf, anggota jizga yang memukul kawannya itu malah nyolot.
Bugh!
mereka malah berkelahi sesama kawan.
Sedangkan Bagas terus menyerang Gaza membabi buta, sampai ia tak menyadari bahwa seorang anggota Jizga ikut melawannya.
"Brengsek!" Dengan sekali tendangan Bagas membuat Gaza tersungkur dan pingsan. kini ia beralih keanggota yang ikut menyerangnya tadi, yang tak lain adalah Zafa, wakil Gaza.
Bugh! Bugh! Bugh!
Dengan cepat Bagas menumbangkan Zafa.
"Ck. wakil lemah!" maki Bagas lalu membuang ludahnya ke kiri.
Dengan menahan sakit, Zafa berkata pada Bagas," lo- lo kalau berani, lawan gank padmarini di sekolah mutiara 10!" katanya lalu pingsan, bercak darah terus keluar dari mulutnya akibat pukulan Bagas yang sangat keras pada perutnya.
"Padmarini?" gumam Bagas. ia segara menghilangkan rasa penasarannnya itu.
"Ketua kalian telah tumbang! masih mau lanjut? apa gue bikin kalian masuk ke dalam liang lahat!!!" teriak Bagas. semua anggota Jizga ngacir entah kemana meninggalkan anggota Bara dengan ke adaan cukup mengenaskan.
Bagas berlari menemui ke tiga anggotanya sekaligus sahabat.
"Kalian gak papa?" tanyanya setelah sampai.
"Gak! cuma Tara aja yang agak ngenes! bhakhakhak." Wara terbahak melihat kondisi Tara yang cukup tidak karuan.
"Makanya! jangan sok, udah gue bilang! lo ngelempar batu aja bareng Buma, malah ngeyel mau ikut baku hantam!" kata Bagas terkekeh, padahal dia tadi sudah menawarkannya saat di perjalanan. Namun, Tara tetap kekeh untuk turun baku hantam.
"Yaudah sih, kata ibu handira, babak belur itu bikin cewek klepek klepek," kata Tara dengan cengiran bodohnya.
"Terserah! ayok balik!" kata Bagas, mereka semua kembali ke parkiran motor mereka yang sangat tersembunyi.
Di perjalanan, Bagas kembali memikirkan perkataan Zafa.
Padmarini? kok gue gak pernah tau yah? Batin Bagas.