Sesuai permintaan Reyent semalam, pagi ini Darmi datang kerumah Stella dan Rey. Karena Darmi tidak mau Reyent cucunya mengamuk lagi. Ririn dan putrinya pun di ajak. Meski Jennyse masih sedikit demam. Darmi hanya ingin memastikan cucunya sembuh. Maka dari itu Darmi datang kerumah Stella bersama Ririn dan Jennyse supaya adil. Ruslan tidak ikut karena memantau di tambak tempat anak-anak buahnya nelayan. Sedangkan Dana sibuk dengan dunianya sendiri. Besok baru datang dengan kekasihnya.
Darmi naik ke lantai atas setelah di bukakan pintu oleh Rika. "Kita bangunin Kakak Reyent ya! Nanti gelitikin kakinya, hem!" Ucap Darmi berbicara sama cucu kecilnya. Jennyse yang mendengar suara Tatinya hanya mengulet dan bergumam kecil. Darmi masuk kamar Reyent, membaringkan Jennyse di baby box milik Reyent. Sedangkan pemiliknya, masih bergelung di bawah selimut Pipi-Miminya.
Darmi mengetuk pintu kamar Stella dan Rey. Hanya mengetuk agar Stella bangun bahwa ia datang. Mereka belum pada bangun. Padahal sudah siang. Reyent juga tidak sekolah. Cuma nanti siang ada les menembak.
Stella memakai baju tidurnya yang tergeletak di lantai. Lalu, membangunkan Reyent yang terlelap nyenyak. Tadinya Reyent tidur di ranjangnya sendiri, karena terbangun dan pindah ke tengah di antara Pipi-Miminya.

Lihat tidurnya sangat lelap, jika tidur mutar seperti jam. Kakinya nendang sana-sini, selimut tersingkap kemana-mana. Kepalanya yang tadinya di bantal kini pindah di kasur, sangat menggemaskan.
"Reyent bangun boy, tuh Tati sudah datang. Ayo bangun nanti Tati pulang lagi loh!" Kata Stella sembari menepuk-nepuk pipi Reyent.
Reyent menggeliat. Malas bangun, "mau bobo," gumamnya.
"Ayo bangun! Ada dede Jennyse juga tuh! Bener nggak mau bangun? Tati pulang lagi ya?"
"Tati, Mimi!" Gumamnya.
"Iya, Tati sudah datang, ayo bangun."
Dengan malas Reyent beranjak masih memejamkan kedua matanya. Sebelum mandi Reyent meminum susu formula dulu. Susu pun abis Reyent minum. Stella menggendongnya dan masuk ke kamar Reyent di mana Darmi, Ririn dan Jennyse.
"Tati!" Rengek Reyent dan berhambur ke pelukan Darmi.
"Jagoan Tati baru bangun, nih dede Jennyse sudah bangun, sudah mandi dan cantik Kak." Ucap Darmi, "Reyent kangen Tati ya?" Reyent mengangguk, "Reyent sayang Tati?" Lagi, Reyent mengangguk, memeluk erat leher Darmi dan menyenderkan kepalanya di dada Darmi.
"Reyent nggak sayang Ate Ririn?"
"Sayang. Sayang dede Jennyse juga. Tapi sayang Tati banyak." Bio Reyent membuat Darmi dan Ririn terkekeh. Reyent mencium pipi kanan-kiri Darmi.
"Mandi dulu ya?"
"Mau di mandiin Tati."
Darmi pun memandikan Reyent sembari menasehati. Darmi bilang Reyent sudah besar, tidak boleh cengeng, tidak boleh mengamuk buangin barang seperti semalam, harus menurut. Jika tidak menurut Darmi tidak mau datang lagi kerumahnya. Reyent menyimak dan hanya berdehem. Setelah mandi, Darmi mengoles lottion, face cream dan baby powder. Lalu, memakekan baju santai.

Setelah memakekan baju, Darmi menyisir rambut Reyent supaya rapi. "Sekarang jagoan Tati sudah ganteng sudah wangi cium Tati." Lantas Reyent mencium pipi Tatinya berkali-kali.
"Tati tidak boleh pulang, Tati bobo sini sama Leyent ya Tati?"
"Iya, iya Tati bobo sama Reyent ya! Tapi Reyent tidak boleh nakal!"
Reyent mengangguk. "Ate Lilin, Leyent mau foto sama dede Jennyse!" Pinta Reyent.
"Boleh, sini bobo sebelah dedenya!" Reyent terbaring di boxnya, Jennyse di baringkan di dada Reyent. Dan Ririn mengambil gambar ponakan dan putrinya.

Reyent tersenyum, Jennyse sedang tidur. Terlihat Reyent memeluk Jennyse. Sebenernya Reyent sayang sama dede bayi, tetapi jika di tanya ingin punya adek atau Pipi-Miminya buat adek dia tidak pernah mau. Selalu menolak tidak mau punya adek. Padahal jika di lihat dia sayang banget sama dede bayi. Dulu sama Denia putri almarhum Dewo dan Fitria, Reyent juga sayang banget. Di ciumi, peluk, bopong dan di pangku terus.
Pintu terbuka, Stella masuk memanggil mereka turun untuk sarapan pagi. Tadi setelah membangunkan Reyent, Stella membersihkan diri. Berendam sebentar karena badannya semua pegal-pegal akibat pergulatan semalam dengan suami mesumnya. Lalu, ia turun membuat sarapan. Darwati sudah menyiapkan bahan-bahan yang mau Stella masak. Stella membuat pankace sama nasi goreng telor mata sapi. Pankace buat Rey dan Reyent. Kesukaan Reyent memang mengikuti sifat Ayahnya. Suka makanan orang bule.
"Ibu, Kak Ririn makan dulu. Reyent ayo mamam dulu. Nanti ada les kan!"
"Mau di suapin sama Tati mamamnya!" Ucap Reyent.
"Iya, ayo." Entah cucunya yang satu ini sedang ingin bermanja-manja dengan Tatinya. Mandi mau Tati, ganti baju mau Tati, makan pun Tati juga yang nyuapin.
Kini mereka semua turun ke lantai satu dan duduk di ruang makan untuk menyantap sarapan paginya. Padahal Darmi dan Ririn sudah makan di rumah sebelum datang tadi. Mereka makan lagi menemani Reyent. Sedangkan Rey masih terlelap tidak ikut makan pagi. Stella memangku Jennyse yang berceloteh sembari mengenyut jarinya. Darmi sibuk menyuapi Reyent sambil makan nasi gorengnya.
Acara makan pun selesai, Reyent minta di potongin buah. Stella menyuruh Lia memotong buah kesukaan Reyent. Di potong kecil-kecil. Lalu, di berikan sama Reyent dan di santapnya sampai abis.

Melon, Banana dan Papaya. Tiga buah setelah makan pagi, pasti Reyent selalu meminta itu. Jika pergi sekolah Lia membawakan buat bontot. Atau buat snack break.
"De Jennyse mau Banana tidak? Sini Leyent suapin!"
"Dedenya belum boleh mamam, Reyent saja yang mamam biar sehat terus ya!"
"He'em. Tati juga mamam banyak bial sehat tidak sakit lagi ya?" Pesan Reyent.
Jika sama Darmi memang sangat lengket, tidur pun terkadang sama Darmi. Lupa sama Mimi-Pipinya. Pagi jika terbangun baru nyariin Miminya ingin nete. Mereka berbincang-bincang sembari menyaksikan acara TV. Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul setengah duabelas siang. Rey baru bangun dan turun ikut bergabung mereka. Stella menyiapkan makan buat Rey. Entah makan pagi apa makan siang tidak tau karena Rey baru bangun.
Reyent masih bermain sama putri Ririn. Jennyse di buatnya tertawa, dia pun ikut cekikikan lihat tawanya Jennyse. Lalu, di ciumi pipi kanan kiri Jennyse, Rumah pun menjadi rame.
"Reyent suka dede bayi ya?" Tanya Ririn.
"He'em Leyent suka kalena wangi," ujarnya.
"Minta buatin sama Pipi-Mimi," kata Ririn lagi.
"Tidak boleh. Pipi sama Mimi tidak boleh buat dede bayi. Nanti Leyent tidak boleh tidul sama Mimi-Pipi." Ucap Reyent sedikit berteriak. Bibirnya mencebik, kedua tangannya terlipat di dadanya.
"Kenapa tidak boleh? Katanya Reyent sayang dede bayi, nanti Reyent ada teman mainnya."
"Nggak, nggak, nggak. Ate Lilin kenapa ngomong gitu telus? Leyent pukul nih!" Kesal Reyent. Dia geram selalu ngomong adek bayi terus. Reyent sangat sensitive jika menyangkut adek. Selalu menolak, selalu marah, jika di bilang Pipi-Miminya membuat adek. Dia tidak suka jika punya adek sendiri, dia ingin jadi anak satu-satunya, anak Mami, ingin di manja terus. Meski Rey dan Stella tidak suka jika Reyent terlalu di manjain. Nanti jadi lelaki lemah, tidak bisa tegas.
"Hahaha ampun bos ampun. Ok ok Ate tidak ngomong lagi. Sini peluk Ate, Reyent kan anaknya Ate juga kan!" Reyent lantas mengangguk dan memeluk Ririn.
"Nanti kalau sudah besar Reyent harus jagain dedenya ya? Kan Reyent Abangnya!"
"Iya donk. Nanti kalau ada yang ganggu dede Jennyse sama dede Denia, Leyent pukul." Ujarnya sembari mempraktekkan tangannya cara memukul. Darmi sama Ririn terkekeh. Rey tersenyum bangga. Putranya sok jadi pahlawan. Stella sudah selesai menyiapkan makan buat Rey. Ia memanggilnya untuk segera makan.
"Ibu, Kak mari makan!" Ajak Rey menawarkan makan Darmi dan Ririn.
"Iya, Ibu sama Kak Ririn sudah makan."
Rey menghampiri Stella di ruang makan sedang menuang jus mangga buat Rey. Setiap bangun tidur Rey selalu minum jus mangga terlebih dahulu sebelum menyantap breakfast. Sudah terbiasa sejak Rey kecil selalu minum jus mangga.
Sampai dia jarang makan nasi, makan yang mengandung gandum dan buah. Rey mengikuti sifat Roni Ayahnya yang berdarah London.
Rey menyantap pancake buatan istrinya, Stella duduk di dekatnya menunggui dia makan. Jika Rey sedang makan pasti harus ada yang menungguinya. Tidak mau makan sendirian. Setelah makan Rey kembali keruang keluarga duduk santai sebelum pergi mengantar Reyent latihan menembak. Besoknya ujian Taekwondo. "Reyent sudah siap nanti latihan menembaknya?"
"Iya, sudah Pipi. Leyent tidak takut lagi kok. Leyent sudah belani." Katanya sok berani. "Kalau sudah bisa, nanti Leyent mau makan es klim lagi ya Pipi?!" Bisik Reyent di telinga Rey yang masih di dengar oleh Darmi dan Ririn. "Kalau bilang sama Mimi tidak boleh, kalau Pipi kan boleh. Ya Pipi boleh, Leyent sudah tidak batuk lagi kok!" Rengek Reyent.
"Okay, okay. Besok juga ada ujian Taekwondo harus bisa, okay!"
"Pokoknya Leyent mau makan es klim. Jangan bilang Mimi ya Pipi!" Lagi, Reyent berbisik di telinga Rey dengan wajah memohon.
Rey tersenyum. "Tadi Reyent minum milk milk tidak, hem? Kalau tidak nanti Reyent nggak bisa tinggi!"
"He'em. Milk milk dong bial tinggi sepelti Pipi." Ucap Reyent sedikit berteriak, tidak terima di bilang pendek. Reyent memang tidak pernah telat minum powder milk. Powder milk sangat bagus buat kecerdasan anak-anak, juga buat anak-anak cepat tumbuh lebih besar dan cepat tinggi.
Rey order Pizza buat makan siang, tentu saja itu permintaan Reyent. Dia meminta order Pizza sama Chicken wing. Rey pun menuruti permintaan putranya dan menyuruh Pio order empat box Pizza dan dua box chicken wing. Oderan yang di tunggu pun sudah datang. Kini saatnya mereka makan siang karena sebentar lagi Reyent pergi latihan menembak. Stella, Rey, Reyent, Darmi, Ririn dan Pio menyantap pizza yang Pio order. Stella juga menyuruh Darwati kepala ART ikut bergabung makan pizza.
Reyent makannya sangat lahap sampai mulutnya mecucu penuh pizza. Makanan ini kesukaan Reyent. Dia mengikuti jejak Ayahnya.
***
Setelah menikmati makan siangnya, Rey sudah siap ingin pergi mengantar Reyent latihan menembak. Stella tidak ikut karena ada Darmi dan Ririn, apa lagi ada Jennyse. Ia tidak bisa ikut mengantar putranya. Biasanya Stella selalu ikut, kali ini tidak. Katanya ia membuat cake buat ulang tahun Darmi nanti malam. Nanti malam Stella ingin membuat kejutan buat Darmi. Saat Darmi tidur siang nanti, Stella mau membuat cake tanpa Darmi ketahui.
Rey dan Reyent sudah sampai di lokasi pelatihan menembak. Lelaki setengah paruhbaya yang bernama Yudi suharsono sudah menunggu Reyent untuk melatihnya. Alat-alat dan papan sudah di siapkan semua. Lia dan Reyent turun dari mobil, Reyent lari ke lokasi di mana ruangan untuk latihan. Rey masih memarkirkan mobilnya.
Reyent memanggil Yudi, "Yudi Uncle!"
"Hi boy." Sahut Yudi, lalu mereka Hifive. Yudi menanyakan kabar Reyent. "How are you?!"
"I'm fine Uncle thank you."
"Mana Pipi-Mimi?"
"Pipi malkilin mobil, Mimi tidak ikut kalena menemani Tati Leyent ada di lumah."
"Oh gitu! Kalau gitu bisa di mulai sekarang, Reyent sudah siap?"
Reyent mengangguk. "He'em, siap Uncle."
"Okay come, can be started now!" Ajak Yudi menuju ke ruang pelatihan. Di dalam ruangan tidak hanya Reyent. Ada beberapa orang yang ikut latihan juga. Dewasa maupun anak seumuran Reyent. Sebenarnya anak di bawah umur belum di perijinkan ikut latihan menembak. Karena sangat berbahaya, maka dari itu tempat latihannya di dalam ruangan agar peluru tidak nyasar ke tempat lain yang bisa mencelakai orang. Jika di dalam ruangan di jamin nyaman karena kanan-kiri dan belakang di beri keamanan.
Reyent memakai pelindung, seperti kaca mata dan penutup telinga. Lalu, Yudi memberi senapan yang sudah di isi peluru. Masing-masing anggota latihan di ruangan yang berbeda dengan jenis senjata yang berbeda pula. Ada juga dengan senapan dan ada juga yang menggunakan pistol. Dalam latihan ini Yudi mengawasi Reyent dengan hati-hati.
"Ayo Reyent masih ingat kan gimana gerakannya? Ayo Reyent coba pelan-pelan. Rilex okay!" Pesan Yudi.
Kaki kiri Reyent sedikit maju kedepan, dan kaki kanannya sedikit kebelakang. Lalu, Reyent mencondongkan senapan atau pistolnya. Yudi bilang saat latihan harus bisa menahan nafas agar tidak bergerak. Dengan begitu bisa tepat mengenai sasaran saat menembak ke papan.

Reyent berhasil meluncurkan pelurunya mengenai sasaran. Empat kali dia berhasil meluncurkan pelurunya dengan tepat.
"Yes, good boy." Puji Yudi.
Reyent tersenyum memperlihatkan giginya. "Tos dulu!" Mereka pun bertos tangan.
Menembak adalah salah satu jenis olahraga ekstrem lantaran memerlukan keterampilan dan latihan yang intens. Ketika sedang latihan menembak, otot tangan Reyent akan terlatih. Menembak juga bermanfaat untuk melatih fokus dan konsentrasi.
Dari luar Rey memperhatikan putranya sedang latihan. Dia mengambil gambar Reyent, video dan foto. Rey tersenyum puas, sangat mudah mengajari Reyent jika menurut. Rey ingin putranya serba bisa seperti dirinya. Tapi tidak mau Reyent mengikuti sifatnya yang brengsek dan playboy. Rey melatih putranya cara menembak bukan ingin menjadikan Reyent senaper. Hanya buat jaga-jaga saja. Sewaktu-waktu kelak Reyent dewasa, ada insiden dia bisa melindungi dirinya sendiri.
Jam sudah menunjukan pukul tigapuluh tiga sore. Masih ada waktu tigapuluh menit Reyent latihan. Yudi pun menyuruh Reyent mencoba lagi sampai Reyent benar-benar paham dan bisa. Sehari biasanya Yudi melatih Reyent selama dua jam. Latihannya di mulai dari pukul dua siang sampai pukul empat sore.
"Yeeeeee Leyent sudah bisa, Leyent bisa yeeee. Pipi, Pipi Leyent bisa." Teriak Reyent bangga karena latihan hari ini bagus tidak seperti minggu lalu, setiap menembak mlesat terus tidak tepat sasaran.
"Hahahaha!" Kekeh Yudi.
"Ssssttt. Tidak boleh teriak-teriak berisik boy!" Tegor Rey. "Lia kasih dia minum!" Lia lantas memberi botol minum Reyent.
"Pipi nanti boleh makan es klim ya Pipi?!"
"Iya nanti okay! Pipi mau bicara sama Yudi Uncle dulu. Reyent main sama Mba Lia bentar ya?" Pesan Rey.
Reyent mengangguk. Mengambil iPadnya ingin melihat video kartun atau anime.
Rey sedang berbincang membahas Reyent, menanyakan perkembangan latihan hari ini. Bagaimana perkembangannya hari ini sama hari-hari yang lalu. Yudi bilang bagusan hari ini ketimbang minggu kemaren. Yudi juga salut sama Reyent, sangat penurut anaknya. Mudah jika mengajari Reyent. Ada anggota lain usianya lebih tua dari Reyent tapi sudah hampir sebulan belum bisa-bisa. Reyent orangnya cepat nangkap. Sangat pintar.
"Terima kasih Tuan Yudi atas bimbingannya. Jika ada waktu main dong ke Arena!"
"Sama-sama Tuan Rey. Lihat besok malam jika tidak sibuk saya mampir ke Arena."
"Ya ya ya, orang penting sibuk terus hahaha."
"Hahaha orang biasa saja."
"Okay thanks. Kalau begitu saya pamit! Reyent bye bye dulu sama Uncle."
"Uncle bye bye see you next week."
"Bye bye boy, see you too."
Rey menggendong putranya, meninggalkan ruang pelatihan dan menuju carpark. Rey menciumi pipi gembul Reyent. Orang yang di ciumi berceloteh minta makan es krim. Semenjak batuk Stella dan Rey tidak pernah menyetok es krim lagi di kulkas. Jika Reyent minta, baru Stella membelinya. Batuk Reyent bukan batuk biasa, batuk berdahak, di tenggorokan sakit saat batuk sampai Reyent menangis karena sakit. Sejak itu Stella menjatah Reyent makan es krim seminggu dua kali.
Mobil Lamborghini milik Rey meninggalkan lokasi pelatihan. Kini menuju Cafeteria miliknya. Supaya putranya makan es krim kesukaannya. Sampai di Cafe Reyent di sambut karyawan-karyawan, kususnya karyawan wanita. Pipi gembulnya di towel sana-sini. Banyak yang menyukai Reyent, pada gemas. "Reyent lucu banget sih Tante gemes banget sama Reyent boleh cium nggak?"
"Nggak, nggak mau," sahutnya sembari mengusap pipi gembulnya bekas ciuman Reeni. Reyent memang lucu menggemaskan, gendut, pipinya cabby, kulitnya halus, padat dan putih. Rambutnya lurus sedikit merah warna kebulean. Dia keturunan Roni Kakeknya, yang lahir di tanah London. Wajar saja banyak yang menyukai Reyent. Dulunya Ayahnya yang di idolakan, sekarang gantian putranya banyak yang mengedolakannya.
Reyent duduk di dekat kaca sama Lia. Dia masih asik menyantap es krimnya sampai blepotan. Lia mengelapnya dengan saputangan. Sedangkan Rey di ruang kerjanya sedang mengecek data-data keuangan.
"Reyent makan es krim ya! Bagi dong?" Tanya Lilis bagian kasir.
"Bikin sendili kan banyak. Minta sama Richard Uncle." Bio Reyent, es krimnya tidak boleh di minta sama Lilis di suruh buat sendiri.
"Eh Reyent tidak boleh pelit, tawarin Tantenya!" Titah Lia.
"He'em. Tante ini Leyent suapin!"ucap Reyent sembari menyodorkan sendok berisi es krim ke mulut Lilis.
"Hahaha Reyent lucu banget sih mamamnya apa, hem?"
"Mamam blokoli sama fluit." Ucapnya dengan logat cadelnya.
"Reyent suka ya?"
"He'em suka."
"Mimi kemana nggak ikut?" Tanya Lilis menayakan Stella. Semua karyawan juga menyukai Stella. Orangnya baik, ramah cantik dan tidak sombong. Stella tidak pernah memperlakukan mereka karyawannya atau bawahannya. Ia selalu menganggap seperti sahabatnya. Stella juga tidak pernah mau di panggil Ibu, Nyonya atau siapa pun ia tidak mau. Stella lebih suka di panggil nama atau Mba, kakak juga boleh. Karena ia dulu pernah di posisi mereka. Walau pun sekarang sudah menjadi istri seorang Big bos tapi Stella masih tetap Stella yang dulu. Hanya statusnya saja dia menjadi istriya Tuan Digantara.
"Mimi di lumah menemani Tati, dede Jennyse sama Ate Lilin." Bionya, mulutnya penuh es krim.
"Oh. Ada dede Jennyse di rumah ya! Okay Reyent lanjutin makan es krimnya. Apa mau nambah lagi, hem?"
"Tidak, sudah cukup." Kata Rey yang baru keluar dari ruang kerjanya. "Okey
enough Reyent, later cough again!"
"Pipi I want more little bit please Pipi ya?" Cicit Reyent sembari nunjukin puppy eyesnya.
"Enough okay! Besok makan lagi. Sekarang pulang ke rumah, dede Jennyse sudah nungguin."
Reyent mencebikkan bibirnya lalu berkata, "kalau gitu es klimnya bawa pulang, mau es klim yang gelas bawa pulang yang banyak." Kata Reyent sedikit berteriak. Bibirnya masih mencebik, kedua tangannya di lipat ke dadanya.
Rey menggeleng dan menyuruh Lia mengambil es krim dari Icebox mau di bawa pulang. Mengambil banyak karena besok ada Vita, Denia, Jayden, dan sepupunya. Biasanya di hari libur mereka datang kerumah. Apa lagi besok ulang tahunnya Darmi. Pasti mereka pada datang. Darmi belum tau jika Stella mau merayakan ulang tahunnya. Stella sengaja tidak mau memberi tau Darmi, karena ingin memberi kejutan buat Ibu angkatnya.
Sebelum pulang Rey menyuruh semua karyawan kumpul. Rey mengadakan meeting sebentar. Membahas Cafeteria. Di rasa sudah cukup meetingnya, kini Rey mengajak Reyent dan Lia pulang kerumah.
Reyent tertidur. Mungkin kelelahan, di tambah tadi makan es krim. Rey menggendong Reyent dan di baringkan di kursi penumpang. Lia menjaganya agar Reyent tidak terjatuh. Rey pun melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Rey menghubungi Stella, mau beli sesuatu tidak? Stella bilang tidak, di rumah masih banyak makanan. Panggilan pun berakhir, Rey mematikan handphonenya dan di letakkan di dashboard.
TBC.
Terima kasih sudah mau membaca vote and comment.
Semoga suka dengan part ini.
See you next part.
Saranghae 😍
Thursday, 18 February 2021
19:50PM
It's Me Rera