Chereads / He's My Son 02 / Chapter 14 - CHAPTER 12

Chapter 14 - CHAPTER 12

Di kediaman Reyneis Digantara sudah di penuhi kerabat dan saudara terdekat. Pagi ini ada acara kecil-kecilan. Acara ulang tahun Darmi. Ibu angkatnya Stella. Di belakang rumah tepatnya di taman sedang bakar-bakar seafood sama sate. Ada yang berenang, ada yang bermain di playground milik Reyent.

Denia putri mendiang Dewo dan Fitria juga datang, karena Stella menelphone Fitria untuk datang ke rumahnya. Denia menghampiri Stella.

"Ini bunga buat Mimi Stella!" Ujar Denia menyodorkan bunga yang di beli Fitria tadi.

Stella tersenyum, "buat Mimi Stella ya, hem!" Kata Stella dan mencium pipi Denia.

"He'em. Ini buat Tati." Ucap Denia memberi sebuah kado kecil untuk Darmi.

Stella dan Darmi mengucapkan kata terima kasih. Lalu, Stella menggendong Denia dan melangkah ke ruang makan. Mengambil jelly gulung buatannya. "Denia mau jely gulung?"

Denia mengangguk, "he'em."

"Nih buat Denia semua."

"Yee yee. Telima kasih Mimi Stella."

Denia pun turun dari gendongan Stella,  menggotong piring yang berisi jely gulung. Ia duduk di sofa memakan jelynya.

"Makannya tidak boleh banyak-banyak secukupnya ya!" Pesan Fitria pada putria.

"Iya Mama."

Sedangkan Reyent sibuk dengan Ruslan sembari memainkan mobil koleksinya. Dia Rindu dengan Eyangnya. Berbincang serius seperti orang dewasa yang membahas bisnis.

"Eyang Leyent mau milk milk dulu ya!" Pamit Reyent mau minum susu.

"Katanya Reyent sudah besar kok masih pake dot minum susunya!"

"Bialin milk-miklnya enak pake dot.  Kalau pake gelas tidak enak." Tuturnya.

Jika minum susunya pake gelas tidak segar menurut Reyent. Jadi jika minum susu Reyent minta menggunakan dot sembari tiduran dan melihat video di iPad-nya. Sudah menjadi kebiasaan Reyent.

"Hahaha. Okay, okay." Kata Ruslan seraya mengusap kepala Reyent.

"Mba Lia Mba Lia Leyent mau milk-milk."

"Iya sebentar ya! Mba buatin dulu."

Reyent mengangguk. Lia pun sudah selesai membuat susu, di berikan sama Reyent yang sudah terbaring di lantai beralas karpet berbulu. Mengelus-ngelus kedua kucing kesayangannya. Kookie dan Mookie terbaring di sisi kiri-kanan. Reyent belum menyadari kedatangan Denia. Vita juga belum datang. Hanya sepupunya yang sudah datang.

Dana dan kekasihnya pun baru datang. Dana tersenyum melihat ponakannya yang masih mengedot sembari tiduran  melihat iPad. Kanan kirinya ada kedua kucing kesayangannya. Tidak lupa bantal bayinya dan handuk kecil. Itu kebiasaan Reyent saat minum susu atau mau tidur.

"Siapa kemaren yang menangis sambil mengamuk?" Kata Dana meledek Reyent.

Reyent tidak menghiraukannya, asik mengenyut dotnya dan fokus ke iPad-nya.

Dana membuka video Reyent saat menangis dan mengamuk kemaren. Dia dapat videonya dari group family. Rey lah yang mengirim. Rey juga memposting di akun pribadinya. Darmi menegornya saat Dana memutar videonya.

"Dana jangan menggodanya, nanti ngamuk lagi kalau di ganggu minum susunya."

"Nggak Ibu, Dana kan belum memutar videonya."

"Dana, nanti kalau rewel lagi tak jewer sampe putus telinga mu."

"Ampun Bu ampun. Sakit kalau di jewer." Kata Dana sembari menutup kupingnya dengan tangannya.

"Ajakin Salwa makan sana jangan menggoda dia. Kalau sudah mengamuk susah nanti."

Dana dan Salwa kebelakang di mana mereka sedang BBQ. Salwa pengan makan sate.  Sate lontong. Dana mengambilkannya yang sudah tersaji di meja.

Kembali di dalam rumah, terdengar rame kedatangan Vita putri Vito dan Sita.  Vito tidak ikut karena dia masih tidur. Nanti menyusul jika sudah bangun.

Puas telah menikmati menu-menu yang begitu enak, mereka masuk kedalam memakan makanan penutup.  Seperti kripik, jely gulung, buah, atau salad. Berkumpul di ruang TV. Menonton acara TV sembari berbincang-bincang.

"Wah bos kecilnya masih ngedot." Kata Bayu Kakaknya Rey.

Reyent masih tidak menghiraukannya, pura-pura tidak mendengar. Setelah susunya abis, dotnya di geletakan begitu saja. Beranjak bangun menggendong kedua kucingnya, soft towelnya di sampirkan di pundaknya. Berjalan menghampiri Denia, Vita dan sepupunya yang mengelilingi Jennyse terbaring di trolly.

"Mba Lia mau es klim. Bawa sini es klim yang kemalen!" Teriak Reyent meminta es krim yang Lia bawa dari Cafeteria kemaren. Lia ijin sama Stella, boleh tidak Reyent makan es krim. Stella mengijinkannya. Membaginya satu-satu. Tidak boleh makan banyak. Setelah memakan es krim mereka pindah keruang bermain. Di dalam penuh mainan, semua serba ada. Jika di lihat seperti toko mainan. Sebab semua Rey beli atas permintaan Reyent. Jika shopping pasti mainan yang di beli. Terkadang tas sama sepatu. Mereka sibuk bermain sampai Reyent melupakan bahwa hari ini ada ujian Taekwondo class.

Pio meghubungi ketua pelatih Takewondo class. Bahwa Reyent tidak bisa ikut ujian hari ini. Ikut ujian yang ke dua sekalian bersama Jayden. Di dalam ruang bermain mereka memainkan pesawat yang ada remotnya.  Tanpa di sengaja pesawat yang di mainkan Gebral menabrak gigi Reyent sampai giginya berdarah.

Reyent menangis, berteriak merasakan mulutnya perih. Keluar dari ruang bermain,  berteriak memanggil Stella. Tadi Lia sedang pergi ke toilet jadi tidak melihat saat pesawat yang di mainkan Gebral menabrak pipi Reyent.

"MIMI'E, PIPI'E, SAKIT MIMI SAKIT. DI TABLAK ABANG GEBLAL. HUAAA HUAAAA MIMI SAKIT!"

Terkejut. Stella menghampiri putranya yang melangkah ke arahnya. Darmi juga terkejut. Melihat cucunya tiba-tiba berteriak dan menangis.

"Reyent kenapa nak?!" Tanya Stella.

"Kakak Leyent di tablak pecawat Bang Eblal Mimi." Adu Denia yang mengikuti Reyent di belakang.

"Gebral tidak tau Mami. Ini accident." Kata Gebral membela dirinya.

"Boy's kalau main pesawat di luar jangan di dalam. Di dalam sempit, ayo pindah di luar mainnya!" Peringat Fina Maminya Gebral dan Gevral. Twin pun menurut,  mereka pindah bermain di luar.

Stella menggendong Reyent, lalu duduk di sofa seraya memangku Reyent. Melihat giginya yang berdarah. Darmi memberinya air hangat dan handuk kecil.

"ENGGAK, ENGGAK MAU PELIH PELIH. MAU MIMI MAU MIMI."

"Eh banyak temannya loh! "Reyent nggak malu!"

"ENGGAK."

"Bos kecilnya mulai ngamuk. Siapa yang jahat sini bilang Nana!"

"MAU MIMI MAU MIMI."

"Nanti teman-temannya pulang!"

Reyent malahan memukuli dada Stella karena kesal. Di ledekin terus.

"Reyent mau makan es krim lagi? Apa coklat, hem?"

Reyent menggeleng. Dia tetap ingin Miminya. Jika dia sudah mau dengan keinginnannya,  di beri yang lain Reyent tidak mau. Walau itu kesukaannya. Tetap mau Miminya. Entahlah dengan cara apa Reyent lepas dengan keinginnannya yang di tubuh Stella. Reyent sudah semakin besar, Stella, Darmi dan Nancy mencobanya dengan cara pelan-pelan.

Stella pun membawa Reyent kekamarnya. Di kamar Rey masih tertidur pulas. Terjaga saat ranjangnya begerak. Stella terbaring di sampingnya,  Reyent di tengah sembari memainkan dada kiri Stella.

"Reyent kenapa? Banyak teman kok begini?!" Tanya Rey.

"Gigi Leyent di tablak pesawat Bang Geblal. Beldalah Pipi." Adunya sama Rey.

"Baru di tabrak gitu sudah menangis, hem! Reyent lupa apa kata Pipi? Lelaki harus apa? Harus kuat kan! Reyent lelaki kuat kan!" Reyent mengangguk. "Terus kenapa menangis kalau giginya berdarah? Katanya jagoan! Buat apa Reyent belajar menembak, belajar Takewondo jika lemah seperti ini kan percuma. Reyent lupa apa permintaan Pipi?!" Papar Rey begitu tegas. Rey selalu menegaskan Reyent supaya tidak menjadi lelaki lemah.

"Jadi lelaki kuat, lelaki hebat, tidak cengeng, tidak lemah." Ucap Reyent.

"Masih ada satu lagi,  tidak boleh ngapain?"

"Tidak boleh nete lagi."

"Nah itu Reyent tau. Harus ingat, tidak boleh lupa okay?!"

Reyent mengangguk.

"Sekarang ayo bangun dan turun kebawah, bermain lagi. Nanti temannya pada pulang, tidak mau main kesini lagi!"

"Tulun sama Pipi." Rajuk Reyent.

"Pipi masih bau. Mandi dulu."

"Tidak usah mandi. Ayo tulun sekalang!" Paksa Reyent meminta Rey turun bersamanya. Stella hanya menggeleng.

Rey beranjak, lalu melangkah ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Kemudian menggendong Reyent. Keluar kamar dan turun ke lantai satu ikut bergabung di ruang TV.

"Reyent hanya ingin bermanja dengan Ayahnya ternyata!" Kata Dana, sama Roni.

"Leyent enggak manja, kata Pipi Leyent halus kuat, tidak boleh cengeng, tidak boleh lemah. Leyent jagoan, kata Pipi Leyent juga sudah besal." Ucapnya lantang, tidak terima di bilang manja.

Semua orang yang di ruang TV tertawa karena ucapan Reyent. Padahal tadi dia barusan menangis berteriak. Jika dia kuat kenapa tadi dia menangis ingin nete.

Reyent duduk di pangkuan Rey,  memainkan ponsel Rey. Dia mencari video dirinya saat latihan menembak dan test Taekwondo. Sudah menemukan videonya Reyent menunjukan sama mereka.

"Ini lihat Leyent kelen kan!" Kata Reyent menunjukan video dirinya saat menembak. "Leyent hebat." Ucapnya dengan bangga.

"Iya, iya Reyent keren." Saut Ruslan.

"Sekarang Reyent turun dari pangkuan Pipi. Main lagi sama temannya." Titah Stella.

Reyent menurut. Turun dari pangkuan Ayahnya dan menghampiri temannya yang masih di ruang bermain. Mereka kembali asik bermain. Bercanda dengan ceria. Mereka selalu rukun, cuma tadi hanya tidak di sengaja jadi terjadi sedikit accident.

***

Stella menyuruh Rey makan dulu, di meja sudah tersaji makanan buat Rey. Sebelum ke meja makan Rey menghampiri Denia yang sibuk dengan boneka Barbienya. Wajah Denia mirip dengan mendiang Dewo Ayahnya. Dari matanya, hidungnya,  bibirnya, bentuk wajahnya semua mirip dengan mendiang Dewo.

"Denia belum peluk Pipi! Sini peluk Pipi dulu!"  Kata Rey menghampiri Denia.

Denia menoleh dan memanggil Rey, "Pipi. Pipi."

Rey menangkap Denia yang lari kearahnya. "Pipi tadi Kakak Leyent menangis giginya beldalah Pipi!" Adu Denia pada Rey.

"Nggak apa-apa Kakak kuat kok,  tuh lihat sekarang sudah tertawa lagi kan!"

"He'em Kakak nggak nangis lagi."

"Denia lanjutin lagi ya mainnya, Pipi mau mamam dulu. Denia sudah mamam?"

"Sudah, di suapi Mama tadi."

"Pipi mamam dulu ya!"

Denia mengangguk, "he'em."

Rey menuju meja makan dan duduk di kursi paling ujung. Stella mengisi piring Rey yang masih kosong. Kini mereka menikmati makanannya. Di belakang rumah masih ada yang BBQ. Menghabiskan sisa-sisa yang belum di bakar. Setelah menikmati makannya Rey dan Stella kembali ke ruang TV.  Baru menjatuhkan pantatnya di sofa, Nurti Bibinya Stella datang membawa cake pesanan Stella. Tadinya mau Stella ambil tadi malam, namun Nurti bilang tidak ada di rumah. Ia sedang menolong seseorang ke rumah sakit. Kata Nurti di antar pagi ini sekalian ia mau main bertemu Reyent.

Hubungan Nurti dan Stella memang sudah semakin membaik. Stella sudah melupakan semuanya. Sudah cukup untuk memberi pelajaran Bibi dan Pamannya.

Stella menyambut Nurti,  menerima cake pemberian Nurti. Lalu, di letakkan di meja dan menyuruh Rika menyiapkan piring dan sendok kecil buat makan cake.

Cake ini kusus buat Darmi, karena ia ulang tahun. Stella menyuruh Nurti duduk bergabung mereka. Stella menyuruh Nurti makan, tapi ia sudah makan. Stella memanggil putranya, memberi tau bahwa Nurti datang.

"Reyent sini dulu ada Nenek Nurti nih!  Ayo beri salam dulu sama Nenek!"

"Nenek datang. Nenek bawa cake coklat tidak?"

"Bawa dong, kan Reyent sudah pesan sama Nenek. Masa nggak bawa,  nanti Reyent nangis." Kata Nurti sembari menowel pipi gembul Reyent.

"Hehehe. Telima kasih Nenek."

"Sama-sama gantengnya Nenek."

"Mimi potong cakenya Leyent mau makan."

"Iya nanti tunggu Tati tiup lilin dulu."

Acara tiup lilin pun di mulai,  semua di suruh masuk dan berkumpul di ruang TV. Darmi mengucap do'a dalam hati. Kemudian Darmi meniup lilinnya. Darmi terharu karena baru hari ini dia di rayakan ulang tahunnya semewah ini. Biasanya hanya syukuran biasa. Tidak pernah semewah ini.

Darmi memotong cakenya, potongan pertama di berikan Reyent lagi. Potongan kedua Ririn, ketiga Dana. Lalu, di potong rata biar memakan cake semua. Kecuali Rey yang tidak terlalu suka sama cake.

Stella bertanya sama Nurti, siapa orang yang ia tolong semalam. Nurti menceritakan kejadian semalam. Ada seorang Nenek dan bocah kecil membeli roti di tokonya. Nenek itu duduk sebentar di kursi depan tokonya. Saat berdiri mau melanjutkan perjalanannya, Nenek itu tiba-tiba pingsan. Dan bocah kecil itu berteriak minta pertolongan. Nurti keluar menghampiri Nenek dan bocah kecil itu. Saking paniknya Nurti lantas membawanya ke rumah sakit.

Kok aku teringat Febby!  Semoga itu bukan Febby.  Lindungilah Febby Tuhan. Ucap Stella dalam hati.

Acara masih terus berlanjut, sampai tak terasa hari sudah sore. Jam menunjukan pukul lima sore. Mereka pun satu persatu pamit undur diri. Denia tidak mau pulang karena ada Jennyse. Ia senang sama putri Ririn. Katanya gendut dan lucu. Denia menangis tidak mau pulang. Fitria menurutinya dari pada menangis. Menginap sehari tidak apa-apa. Stella juga tidak keberatan jika mereka menginap semua. Malahan rumahnya rame. Sedari tadi Denia nungguin di sebelah Jennyse terus. Tidur sembari memeluknya.

Kediaman Rey dan Stella sudah mulai sepi. Hanya tinggal Fitria, Darmi, Dana, Salwa dan Ririn. Sedangkan Sita sama Vita putrinya pulang setelah di telpone Vito.  Dia nggak jadi menyusul karena kepalanya sakit. Jadi Sita di suruh pulang.

Dana sedang berduaan dengan Salwa kekasihnya. Ririn sibuk mengurus putrinya. Darmi dan Fitria membantu membereskan bekas acara tadi. Rey sibuk berkutat dengan ponselnya. Membalas pesan dari Gregi. Memberitau bahwa besok akan menikahi Rindu. Rey tidak percaya Gregi mengatakan seperti itu. Setau Rey Rindu sedang sakit.  Di rawat di rumah sakit. Lalu,  kenapa Gregi bilang mau menikahinya! Tapi Rey akan tetap datang untuk memastikan benar apa tidak.

Rey memanggil Stella, "sayang!"

"Iya."

"Gregi sama Rindu mau menikah besok."

"Menikah? Bukannya Rindu sedang sakit!"

"Iya, tapi ini permintaan terakhir Rindu katanya. Besok kita kesana untuk jadi saksi."

Stella mengangguk. Lalu membungkus kue di dalam kontiner buat Mamanya Jayden. Tadinya Stella sudah menyuruhnya datang,  tapi Mamanya Jayden nggak mau karena malu. Stella menyuruh Lia mengantar kue sama jely gulung kerumah Jayden.

"Mimi Nia mau jely lagi." Cicit Denia memanggil Stella minta jely gulung.

Jely gulung buatan Stella memang enak dan tidak begitu manis. Stella mengambil dua iris, di taruh di mangkok. Denia memakannya.

"Denia suka ya?"

"He'em suka."

"Ini buat Denia semua, tapi tidak boleh makan banyak. Besok makan lagi ya!" Denia mengangguk.

"Reyent Kookie sama Mookie sudah di beri makan belum?" Tanya Stella.  Menanyakan kedua kucingnya sudah makan apa belum.

"Enggak tau, Tanya Mba."

"Eh kok nggak tau! Itu kucing Reyent loh. Harus jaga kucingnya!"

"Leyent nggak tau Mimi. Jangan ganggu. Leyent sedang sibuk." Ucap Reyent kesal. Dia sibuk dengan mobil koleksinya. Mobilnya di jejerin di pinggir jendela.

Di jejerin satu-satu persis seperti orang jualan. Mobilnya berwarna warni dengan tipe yang berbeda. Semua type ada. Reyent suka mengoleksinya. Jangan di tanya, dia pasti mengikuti Ayahnya. Hobby pembalap.

"De Denia sini lihat, ayo kita main lagi!" Panggil Reyent mengajak main balapan. Selesai makan Jelly, Denia menghampiri Reyent yang sibuk dengan mobilnya. Reyent lantas menyuruh Denia memilih mobilnya. Denia pun memilih yang warna orange, punya Vita yang warna putih. Punya Reyent yang warna Navy blue. Punya Jayden warna hijau.

Ketika Reyent  serius dengan mainannya, Rey memanggilnya. Reyent cemberut, bibirnya mencebik. Rey memanggil karena hari ini bolos Takewondo class. Rey menyuruhnya latihan.

"Hari ini bolos hem! Ayo latihan. Gerakan pertamanya gimana?  Reyent harus ingat!"

"Iya." Saut Reyent ketus.

"Tidak boleh ngambek. Tidak boleh malas."

"Pipi diam. Kalau Pipi ngomong telus Leyent enggak mau latihan."

"Okay. Mulai sekarang."

Reyent mulai dari gerakan tangan kanannya, lalu tangan kirinya. Kemudian gerakan kakinya. Rey bilang jika ada lawan dari kanan,  Reyent harus menggunakan dengan gerakan kaki kiri. Harus benar-benar memperhatikan lawannya. Rey menyuruh Refly adik bungsunya untuk mengetes Reyent.

Refly menjadi lawan Reyent.

Reyent pun menurut. Dia benar-benar fokus saat Refly menyerangnya. Rey tidak diam ketika Reyent melawan Refly. Rey hanya memberi aba-aba atau memberi tau gerakannya.

Rey menyuruh Refly pura-pura kalah,  biar Reyent senang tidak cemberut terus.

"Yeee Leyent menang. O'om Lefly kalah hehehe."

"Nanti lawan lagi." Kata Refly.

Refly sudah mendapatkan sabuk kuning,  sekarang mengincar sabuk hitam. Maka dari itu Rey menyuruh putranya mengikuti adek bungsungnya. Refly selalu menjadi lawan Reyent. Rey pun dulu begitu, keahliannya ia wariskan ke Refly, Revy dan Rely. Semua anak Nancy dan Roni bersekolah Taekwondo. Dulu juga Roni semasa remaja juga bersekolah Taekwondo. Jadi turun temurun.

TBC.

Terima kasih sudah mau membaca,  vote & comments.

Semoga suka dengan part ini.

See you next part.

Saranghae 😍😘

Monday, 15 March 2021

15:34PM

It's Me Rera