Di jam yang sama Apartement Alex.
"Kak, aku mau off hari ini" ucap Alex kepada Angel diseberang telepon sambil merapikan rambutnya didepan cermin.
'What?! Off day?! Emang kurang libur di weekend hah?! Sampe minta libur juga di hari biasa, gak bisa! wajib masuk, kakak gak terima alasan apapun!' Tegas Angel suaranya dongkol setelah mendengar ucapan Alex.
"Bodo amat, pokoknya mau libur titik, yang penting aku udah izin ke kakak!" sahut Alex tak mau kalah dengan nada nyolot dan langsung menutup selularnya.
Alex tahu ini hari libur Lita, bahkan semalaman ia tidak bisa tidur karena terus memikirkan Lita. Ia sangat khawatir dengan keadaan Lita bahkan sedari subuh Alex terus menghubungi nomer Lita, namun tidak ada jawaban sama sekali karena HP Lita tidak aktif.
Sampai akhirnya Alex memutuskan untuk bolos kerja hari ini, dan membulatkan tekad untuk datang kerumah yang semalam sempat membuatnya enggan untuk pulang.
Alex yang sudah rapih langsung berangkat, langkahnya lebar bahkan tergesa-gesa menuju parkiran mobil, di lubuk hatinya hanya ada satu tujuan untuk Lita.
***
Tut... tut... tut... suara sambungan telepon terputus.
"Alex!" Pekik Angel sambil kesal menatap layar ponselnya setelah sambungan teleponnya diputus sepihak oleh Alex.
Angel yang baru selesai mandi hanya berbalut handuk harus menahan kesal mendengar permohonan izin sepihak dari adiknya "Sumpah nih yah anak bikin ulah terus..." dumelnya sambil tangannya sibuk mengirim pesan teks untuk adik bengalnya yang berencana bolos hari ini.
***
Ruang Luas yang biasanya terasa nyaman dihuni, kini malah terasa sesak berada didalamnya, begitulah perasaan Lita saat ini.
Ia berusaha menghilangkan rasa sedihnya saat ini yang hampir mustahil apalagi jika memandang foto pernikahan mereka yang terpajang di dinding kamar.
Terbayang samar dalam balutan sedih Lita mengingat kenangan masa lalunya bersama Leo.
Kini hanya Leo yang ia punya di Jakarta, bahkan ia teringat ketika pertama kali mereka bertemu di masa SMA, mereka berteman dan akhirnya saling suka satu sama lain.
Dan hal yang paling luar biasanya bagaimana Leo yang bersedia menikahinya saat masih harus menuntut ilmu dibangku kuliah demi permintaan terakhir ayahnya dan beruntungnya Lita mendapat mertua yang penyayang seperti keluarga Leo.
Mata Lita sembab dan basah lagi, mengingat orang tua Leo, bagaimana caranya mengadu tentang masalah rumah tangganya.
Tak sanggup Lita membayangkan jika harus berpisah dari ibu dan ayah mertuanya yang selama tujuh tahun ini mengisi kekosongan kasih sayang dan perhatian kedua orang tuanya dalam hidupnya.
***
Tiba lah Mobil sport Hitam yang dikendarai Alex tepat didepan gerbang hitam rumah Lita.
'Hmm.. mobilnya gak ada..' batin Alex setelah mengamati rumah Lita dari dalam mobilnya.
Alex turun dari mobil, ia berjalan gontai kearah gerbang, sebelum menekan bell, matanya awas melihat gerbang yang tidak di gembok 'kayaknya Lita sendirian didalam' gerutunya pelan.
Alex segera membuka gerbang lebar-lebar, memastikan agar mobilnya bisa masuk kedalam. Ia berlari kecil dan masuk kedalam mobil sportnya lagi, melajukan mobilnya masuk ke pelataran rumah Lita.
Ia segera turun dari mobil dan dengan langkah pasti ia menuju arah pintu, tanpa menutup gerbang hitam tadi.
Yah saat ini Alex memang tidak berencana untuk singgah lama di rumah yang sedang ia kunjungi, bahkan jika memang hanya ada Lita dirumah itu dia berencana membawanya pergi sejauh mungkin dari lelaki berengsek yang tega membuat wanita pujaannya syok dan menggila seperti semalam.
Tangannya sukses menekan dua kali bell yang ada didinding samping tempatnya berdiri saat ini.
Satu menit lamanya Alex menunggu penuh cemas berharap daun pintu dihadapannya segera terbuka.
Dan cklak! Wajah wanita yang dari semalam memenuhi fikirannya hingga membuatnya frustasi saking khawatirnya kini tepat ada di hadapannya berdiri di ambang pintu.
Kedua alis Lita bertaut menatap lelaki yang kini ada di depannya, sambil sekilas menatap ke arah mobil sport hitam yang sudah terparkir apik di teras rumahnya.
Alex mengamati Lita dari ujung rambut hingga kakinya, penampilan wanita itu semakin membuatnya frustasi sendiri, bagaimana mungkin wanita yang biasanya ia lihat selalu tersenyum dan terlihat cantik dengan segala yang ia kenakan, kini terlihat begitu menyedihkan.
"Ada apa pak Alex kesini?" Tanya Lita, suaranya parau karena masih tertinggal bekas isaknya tadi.
"Ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja" jawab Alex to the point.
Lita diam mendengar ucapan Alex, saat ini tentunya keadaanya sangat tidak baik apalagi setelah kejadian semalam, dan tanpa ia jawab pun pasti lelaki yang ada dihadapannya sangat faham.
"Saya cuma mau sen-"
"Aku gak akan biarin kamu sendirian sekarang, bahkan aku berencana membawamu keluar dari rumah ini" terang Alex mengatakan tujuannya setelah memotong ucapan Lita yang seolah dia tahu apa yang ingin dikatakan perempuan menyedihkan itu.
Lita memijat pelan ujung keningnya "Pak, tolong... jangan bercanda... sekarang saya-"
"Aku gak bercanda.." potong Alex lagi "aku akan tunggu kamu disini, ku beri kau waktu dua puluh menit untuk bersiap, kalau lebih dari itu... aku yang akan masuk kedalam dan membantumu bersiap" terang Alex sungguh-sungguh sambil melepas senyum mencurigakan.
Lita menarik nafas dalam, saat ini terlalu malas baginya berdebat dengan bosnya yang memang terkenal menyebalkan. Tanpa menjawab Lita melepas daun pintu yang sempat ditahannya.
Brak! Pintu tertutup dan membiarkan Alex tertinggal diluar. Padahal bisa saja Alex masuk dan menunggu Lita di dalam rumah, tapi Alex memilih menunggu wanita pujaannya dibangku teras.
Alex hanya menghindari kemungkinan yang bisa mendorong jiwa mudanya bergejolak jika hanya berduaan dengan Lita.
Tak bisa dipungkiri, menatap Lita yang seolah tak ada niat untuk hidup ketika membuka pintu membuatnya hampir ingin memeluknya, tentunya ia tahan.
Lita berjalan gontai menuju kamar mandi, seolah terhipnotis oleh ucapan lelaki yang ia tinggalkan sendiri diluar tadi, ia mau tidak mau menurutinya.
Selang dua puluh menit lebih Lita selesai bersiap, ia mengenakan kaos hitam strip putih dengan bawahan celana jeans, serta kets putih pelengkap penampilannya tak lupa pula tas selempang kecil favoritnya.
"Nah gitu dong! Ini baru Lita yang ku kenal!" Seru Alex saat Lita keluar dari ambang pintu dan berdiri tepat dihadapannya "hmm... mana koper kamu?!" Sambung Alex sambil meletakkan jari terunjuk dan jempolnya menangkup dagu, dan tangan satunya melingkar didadanya.
"..." Lita menaikkan alis.
"Kenapa terkejut?! bukan kah aku sudah pernah bilang, jika suamimu berengsek, tinggalkan dia... dan jadilah milikku" terangnya, memperjelas ucapanya saat dilift dua hari yang lalu.
"Tapi pa-"
"Gak pake tapi" potong Alex, dagunya bergerak mengintrupsi Lita agar masuk kedalam.
Lita menarik nafas dalam dan menghembuskannya kasar, malas berdebat dengan lelaki dihadapannya Lita melenggang menghampiri mobil Sport Alex alih-alih menuruti perintah si keras kepala.
"Lita! Aku menyuruhmu berkemas kedalam!" seru Alex sambil melangkah kesal menghampiri Lita.
"Pak! Please! Tidak untuk saat ini.. itu semua tidak semudah seperti yang kau ucapkan.. jadi kumohon jangan berdebat lagi.. biarkan aku menenangkan hatiku.. oke!?" ucap Lita frustasi.
"Oke!" Tegas Alex segera setelah Lita menyelesaikan kalimatnya "masuklah!" Perintahnya seraya membuka pintu mobil untuk Lita.
Tanpa penolakkan Lita masuk kedalam mobil, setelah menutup pintu yang dibukanya untuk Lita, Alex pun segera masuk juga kedalam mobil.
***
Sepanjang perjalanan Lita diam tak bersuara, Alex pun membiarkan wanita yang terlihat menyedihkan baginya itu tetap diam sambil memandang nanar keluar jendela.
Sesuai keinginan Lita, Alex berusaha tidak membuat perdebatan yang bisa memancing emosinya saat ini. Bahkan sebenarnya banyak sekali hal yang ingin ia katakan.
"Kita mau kemana?!" Tanya Lita memecah keheningan diantara mereka berdua.
"jika aku membawamu ke Apartemenku pasti kau akan kesal lagi.. yah meskipun itu tujuan awalku jika kau benar-benar sendirian dirumah, karena aku yakin si brengsek itu sedang bersama wanita simpanannya.. tapi kau bilang ingin menenangkan hati, jadi.. kuputuskan untuk ketempat yang bisa membuat hatimu berubah tiga ratus enam puluh derajat" ucap Alex panjang Lebar sambil melukis senyum jahil diakhir kalimatnya.
Alis hitam lebat alami tanpa goresan eyebrow milik Lita bertaut, mata yang dihiasi bulu lentik tanpan mascara itu memicing menatap Alex yang ada disampingnya "tempat apa itu?!" Tanya Lita bingung.
"Nanti juga kamu akan tahu" balas Alex sambil menoleh sekilas ke Arah wanita yang tengah memandangnya dari samping kemudian fokus lagi menatap kedepan jalan.
Smirk licik penuh rahasia tergambar diwajah Alex saat ini.