ceritakan bagaimana hari ini!" Aksa keluar dari kamar mandi, berjalan dengan santai sambil menggosok rambut nya yang basah, kemudian duduk di sebelah Aletta yang sibuk bermain ponsel.
"menyenangkan, sangat menyenangkan!" Aletta menjawab dengan riang dengan mata terus terfokus pada layar hp.
"hey… apakah ponsel lebih menarik daripada papi hem?" dengan gerakan kilat Aksa merebut ponsel Aletta dan mengganti nya dengan handuk kecil.
"papi ih!" sebal Aletta,
Meski sebal, ia tetap mengeringkan rambut Aksa yang masih meneteskan air pada ujung nya. rambut Aksa sudah mulai sedikit lebih panjang, pada bagian bealakang nya sudah mulai menyentuh bahu nya.
"papi cemburu pada ponsel mu!, belakangan ini Aletta lebih sering bersama ponsel ketimbang papi!"
Aksa pura pura marah, ia melipat tangan di dada berlagak seperti anak kecil yang sedang marah karena benda kesukaan nya di ambil.
"maaf kan Aletta pi!"Aletta merendahkan kepala nya, berbisik di telinga Aksa.
Tanpa Aletta sadari dia melakukan kesalahan yang besar, dia tidak tau kelakuan nya bisa saja menjadi sesuatu yang berbahaya. Mungkin bagi Aletta, ia hanya berbisik biasa, namun yang di dengar Aksa berbeda, bagaimana pun juga Aksa adalah lelaki normal, saat mendengarkan Aletta berbisik pada nya, ia juga mendengar deru nafas Aletta, juga bisa merasa kan betapa hangat nya nafas yang mengelitik tengkuk nya.
Aksa hanya terdiam di tempat nya, tak merespon Aletta Karena sibuk meredam hasrat yang mulai begejolak didalam dirinya. Entah kenapa, sebelum ulang tahun Aletta yang ke 18, Aksa merasa sesuatu yang berbeda. Tidak, jauh sebelum ulang tahun Aletta yang ke 18, Aksa sangat ingat itu.
Kejadian ketika Aletta bolos ospek , Aletta sedang bersedih sehingga mereka berakhir di bioskop. Sebelum masuk bioskop terjadi sedikit kesalah pahaman antara Aletta dan karyawan penjual snack, dan di sana lah semua nya di mulai.
Setelah 6 tahun lama nya, Aksa kembali mengecup bibir Aletta, tidak lebih lebih tepatnya mengecup bibir Aletta. Ya, hanya sebuah kecupan ringgan sebagai tanda kasih sayang, bukan sebuah ciuman, namun dari sana semua nya di mulai.
Setelah permasalahan selesai mereka masuk kedalam bioskop, sekali lagi di dalam bioskop Aksa melakukan hal yang sama.
Begitu lembut, dan manis. Hingga tanpa Aksa sadari, bibirnya bergerak hendak melumat bibir Aletta, beruntung sebelum hal itu terjadi Aletta melepaskan diri karena film yang akan di mulai.
Aksa juga ingat, saat itu ia sama sekali tidak focus pada film yang mereka tonton.Pikiran Aksa melayang layang, padahal yang menjadi pikirannya saat itu berada tepat di sebelahnya.
beruntung pikiran melayang layang Aksa ketika terhenti saat ia meraskan genggaman tangan Aletta, sehingga Aksa mengalih kan perhatiannya kepada Aletta.
Mulut sedikit terbuka, akibat nafas nya yang mulai memburu karena terkejut, semakin menyita perhatian nya, sehingga sepanjang perjalalan film yang tersisa Aksa hanya memperhatikan bibir Aletta, Aksa merasa kan dorongan yang kuat untuk melumat bibir Aletta, namun berhasil di tahan nya hingga mereka keluar dari bioskop.
Setelah hari itu, Aksa sering mencuri kecupan dari Aletta, meski gadis itu besungut sungut, namun Aksa tetap melakukan nya.
"papi…" rengekan manja Aletta menyadarkan Aksa dari lamunan nya, namun ia tetap mengacuhkan Aletta, memilih berbaring dengan posisi menyamping, dengan tangan stay terlipat didada.
"aghhhh…" Aksa berteriak kaget seketika.
Bagaima tidak kaget, tiada angin tiada hujan Aletta justru menggigit telinga Aksa dengan geram, kemudian duduk melipat tangan di dada, lalu membuang muka dengan wajah sebal.
Kenapa dia yang marah?_ Aksa membatin, dia benar benar bingung, bukan kah seharus nya diri nya lah yang marah karena Aletta pulang terlambat?
Aksa mengangkat bahu nya acuh, tetap mempertahan kan ego mereka masing masing, beberapa menit berlalu namun tak sepatah pun di antara mereka yang berbicara. Hingga tiba tiba Aksa kembali berteriak namun kai ini lebih kencang.
"aakkkhhhh…" pekik Aksa menyingkir kan kepala Aletta, karena kali ini Aletta tetap di posisi mengigit telinga Aksa meski dia sudah berteriak kencang.
"Aletta!!!" teriak Aksa kencang, dalam sekali sentakan Aksa mengukung tubuh Aletta dibawah tubuh nya tanpa menindih.
"APA MAU MU ALETTA?!" pekik Aksa tepat di depan wajah Aletta, dengan sebelah tangan nya menutup telinga kiri nya bekas gigitan Aletta tadi.
Namun di detik berikut nya, Aksa semakin kesal dengan sikap Aletta, bukan permohonan maaf yang di dapati nya, malah Aletta yang membuang muka nya di saat ia sedang marah.
Mungkin ini akibat dari diri nya yang terlalu memanjakan, hingga disaat diri nya marah pun Aletta bisa bisa nya membuang muka.
Karena geram, telapak tangan Aksa yang tadi nya menusap telinga kini beralih mencengkram dagu Aletta dengan keras, kenudian dalam satu kali sentakan wajah Aletta di kembalikan ke posisi seharus nya. Wajah mereka berhadapan, hanya berjarak beberapa cm, bahkan hidung mereka sangat dekat.
Begitu berhasil mengembalikan wajah Aletta ke posisi seharusnya, Aksa meluapkan emosi nya di detik itu juga.
"AP…_" namun, luapan emosi Aksa terhenti seketika, bahkan iya belum sempat berkata 1 patah kata pun. Bagaimana tidak, wajah yang ada di hadapan nya kini sudah di penuhi air mata.
Tangan Aksa yang tadi nya mencengram dagu Aletta cukup keras seketika terlepas, dengan wajah tak percaya, tangan nya bergerak perlahan dan bergetar saat menyentuh sudut mata Aletta yang di aliri air mata.
"sayang… papi minta maaf… papi tidak bermakasud_" belum selesai Aksa mengutarakan penyesalan nya, Aksa kembali terdiam seketika, mata nya terbuka lebar tak percaya.
Aletta memeluk Aksa tiba tiba.
Tanpa aba aba tanggan mungil itu melingkari leher Aksa, dengan wajah Aletta berada tepat di dada atas Aksa. Tentu saja, gerakan tiba tiba itu mengagetkan Aksa hingga membuat keterkejutan yang tidak bisa dibendung oleh Aksa.
Belitan tangan Aletta memeluk leher Aksa semakin kecang begitu kencang saat tangis Aletta semakin kecang pula.
"tidak… pi…tidak… pa_.. papi nggak salah!" Aletta berusaha berkata di sela sela tangis nya yang sesegukan.
"maafin Letta pi… letta yang salah… letta… letta…" Aletta kembali berucap dengan sesegukan yang semaki parah, wajah Aletta masih menempel di dada atas Aksa, dan air mata gadis itu membasahi kulit Aksa.
"stttt…. Sudah… sayang.." Aksa balas memeluk kepala Aletta.
Aksa sangat menyesal, tak menyangka Ia meghancurkan hari special Aletta. Harusnya hari ini ia mengukir senyum di wajah gadis mungil dalam pelukan nya ini, namun ia mengukir sebalik nya.
Aksa merubah posisi mereka, dari Aksa yang mengukung tubuh Alettaberubah mejadi duduk menyandar pada sandaran tempat tidur dan dengan Aletta duduk di pangkuan Aksa. Aletta masih sama dengan beberapa saat yang lalu yaitu memeluk Aksa dengan kencang.
TBC