Sesampainya mereka di siger mereka langsung saja menuju halaman belakang siger yang berada di Kabupaten Lampung Selatan tersebut. Kemudian mereka duduk ditangga paling atas halaman belakang siger tersebut.
"Sayang" Panggil Indri kepada Dewa
"Apa?" Tanya Dewa
"Foto-foto yuk!"
"Nanti aja sayang mentari senjanya belum tiba"
"Aihh, foto terus" Ucap Jepri
"Sibuk aja sih kamu Jep udah kayak Doni juga" Ucap Indri
"Kok saya lagi sih yang kena" Ucap Doni
"Sensi banget sih kamu Don" Ucap Indri
Dewa hanya tertawa "Hahaha"
"Kenapa kamu ketawa, Wa?" Tanya Jepri
"Ya lagian kalian berantem terus udah kayak anak kecil" Jawab Dewa
"Ya cewek kamu itu Wa yang mulai duluan" Ucap Doni
"Dihh. Kok saya yang kena sih?" Tanya Indri
"Ya emang kamu duluan Dri" Ucap Jepri
"Wahhh. Jadi sekarang kamu lebih membela Doni Jep?"
"Iyalah, kan dia teman saya"
"Siip, Jep" Ucap Doni
"Siip apaan, Don?" Tanya Jepri
"Ya siip, kali ini kita sejalur, hahaha"
"Udah sih, kayak bocah aja kalian ini, malu-maluin saya aja" Ucap Dewa
Dengan mata melotot Jepri pun berkata "Apa sih Wa? Sibuk aja kamu ini"
"Wihh. Nggak Jep, nggak. Ampun bang"
"Ehhh, tinju juga kamu. Wa"
Dewa pun mendekati Jepri lalu memegang tangannya kemudian berkata.
"Ampun sih Jep, ampun"
"Kamu takut tah sayang sama Jepri" Ucap Indri
"Wihh. Jepri mah gak usah dilawan, Dri" Ucap Doni
"Emangnya kenapa?" Tanya Indri
"Lihat aja tuh ototnya besar banget, njir" Ucap Dewa
"Alah. Males gitu aja kamu takut sayang"
"Waduh. Lebih baik saya lawan 3 preman kemarin deh daripada saya harus berantem sama Jepri mah, sayang"
"Dihh. Waktu sekolah aja dia sering saya tampar kok"
Sambil menunjuk ke arah Indri Jepri pun berkata.
"Wahh. Penghinaan luar dalem nih namanya"
"Emang bener kan?" Ucap Indri
"Iya tah Don?" Tanya Dewa
"Iya bener, Wa"
"Lemah banget sih kamu Jep. Kok bisa gitu ditamparin sama pacar saya" Ucap Dewa
Karena Jepri takut dibilang lemah maka dia pun mengelak dengan berkata
"Apa-apaan kamu ini, Don"
"Udah jujur aja Jep" Ucap Doni
"Hahaha, saya aja gak pernah Jep ditampar sama cewek" Ucap Dewa
"Ohhh,, jadi kamu mau saya tampar tah?" Tanya Indri kepada Dewa
Dengan wajah ketakutan Dewa pun berkata "Nggak sayang, nggak"
Kemudian Dewa pun berbisik kepada Indri.
"Kalo emang mau mah nanti aja kalo udah nikah ya"
Namun, karena Indri terkejut dengan ucapan Dewa maka dia pun berbicara dengan nada tinggi sehingga Doni dan Jepri pun mendengarnya.
"Apa sih kamu ini fiktor bangetlah"
"Kenapa, Dri?" Tanya Jepri
"Ini teman kamu ini fiktor banget Jep"
"Fiktor apaan, Dri?" Tanya Doni
"Dihh. Makanya Don, Don jangan ngegame aja, jadinya gak tau kan" Ucap Dewa
"Emang kamu tau, Wa" Tanya Jepri
��Nggak juga, sih" Jawab Dewa
Karena Jepri kesal kemudian dia memegang tangannya kemudian berkata "Wa, itu dibawah kayaknya luaslah"
"Mau ngapain kita, Jep" Ucap Dewa
"Mending kita berantem aja yuk!" Ajak Jepri
"Huh. Ngambekkan kayak Indri sih kamu Jep"
"Kok jadi saya sih yang dibawa-bawa" Ucap Indri
Sambil memegang bahu Indri, Dewa pun berkata "Nggak sayang, nggak. Ampun bos, ampun"
"Bodo saya ngambek beneran ya"
"Walah, janganlah sayang, jangan"
Melihat kejadian itu Jepri dan Doni pun tertawa "Hahaha", lalu berkata.
"Mampus kamu Wa. Kan Indri udah ngambek" Ucap Doni
"Apaan sih kamu Don. Ikut camput terus" Ucap Indri
"Gak tau tuh sih Doni sayang ikut campur aja ya?" Tanya Dewa kepada Indri
Dengan memasang wajah jutek Indri pun menjawab "Kamu juga apaan kali fiktor banget"
Sambil menggaruk kepala belakangnya juga dengan memasang wajah yang kebingungan Dewa pun berkata.
"Maksudnya?" Tanya Dewa
"Hadeh. Kamu gabungnya sama mereka sih makanya gak pernah update, fiktor aja gak tau"
"Ya makanya kasih tau"
Sambil membalikkan badan Indri pun berkata "Cari tau sendiri"
Karena Dewa mengetahui bahwa kekasihnya itu tengah marah kepadanya maka dia pun mengejarnya. Kemudian setelah berada di dekatnya lalu Dewa memegang tangan Indri, selanjutnya dia jongkok tepat di hadapan Indri.
Lalu dia merapatkan kedua tangannya sebagai tanda permohonan maafnya kepada Indri, hingga kekasihnya itu pun menghentikan langkah kakinya, kemudian Dewa berkata.
"Sayang, maafin saya dong, please"
Sambil membuang wajah Indri pun berkata. "Nggak, saya gak mau maafin kamu."
"Seriusan sih sayang?"
Indri pun menjawab dengan nada tinggi "Apaan sih kamu". Lalu membuang tangannya Dewa dari hadapannya kemudian turun ke bawa dengan menelusuri anak tangga.
Namun, Dewa tak menyerah sampai situ, dia pun mengejar kembali kekasihnya lalu jongkok lagi di hadapan kekasihnya itu hingga para wisatawan pun melihat ke arah mereka. Kemudian Dewa memohon dengan berkata.
"Sayang please jangan kayak gini dong"
"Apaan sih kamu ini, gak malu banget" Jawab Indri
Di sisi lain kedua temannya berkata.
"Lihat Don, kita lagi nonton drama korea nih" Ucap Jepri sambil menunjuk ke arah mereka
"Benar kamu Jep" Jawab Doni
Mereka pun tertawa bersama "Hahaha"
Selanjutnya Dewa berkata.
" Biarin aja, saya gak peduli"
"Dihh. Dasar gak punya malu" Ucap Indri
"Saya gak peduli Indri, yang saya peduliin itu cuma kamu, karena cuma kamu wanita yang saya cinta. Bahkan saya pun rela ngorbanin nyawa saya demi kamu, sayang. Jadi saya mohon maafin saya"
"Hemm,, tapi saya gak peduli tuh sama kamu"
"Ya biarin,
(Permohonan maaf)
Seberapa pun sungguh api itu membakar cinta yang tengah duduk didalam hatimu
Aku tak pernah mempedulikan itu
Aku tetap merawat cinta dengan baik hingga dia tumbuh dewasa
Kemudian dapat berkelana sendiri menuju ujung dirimu
Lalu aku biarkan dia duduk di sana tanpa berkata apa-apa
Nafas juga detak jantung ini pun adalah milikmu
Yang selalu kau acuhkan
Tanpa kau jenguk sebagai orang sakit
Kali ini aku adalah pengemis
Juga pemulung yang mengais sisa sampah yang kau tinggalkan
Di pelantaran bekas-bekas tapak kakimu pada anak tangga ini
Ataukah mungkin aku harus menghadirkan petir dari pangkal lidah?
Ataukah aku harus berkelahi dengan diriku sendiri supaya kau puas?
Tiadakah kata yang dapat kau ucap selain ketiadaan kasih?
Tidak bisakah kau tengok aku tengah terengah-engah dalam penghambaan ini?
Tapi aku tetap menahan sejuta panahan
Juga ratusan duri yang tertancap di bahu-bahu ini
Hanya untukmu aku hidup
Tangan ini merapat memohon pangkal kenangan itu muncul
Kemudian membisikkan hatimu
Terbitkan kasihan untuk sang pengemis cinta ini.
Aku mohon..
Berikan kata maaf dari sanubari yang kau punya."
Dengan puisi itu Indri pun tersentuh kemudian menangis dan membangunkan. Sambil memegang tangan Dewa lalu dia berkata.
"Hemm, iya aku maafin sayang"
"Serius?" Tanya Dewa
"Iya sayang". Lalu Indri tersenyum
Kemudian Dewa memeluk kekasihnya itu lalu orang-orang yang berada di situ berteriak.
"Uhhhh,, sosweet banget"
Ada juga salah satu pria yang bersiul untuk mereka dan menepuk tangan untuk mereka.
Setelah itu Indri dan Dewa kembali bersama Jepri dan Doni lalu menatap langit juga angin senja yang berhembus deras. Dan diam-diam cinta mereka pun telah tumbuh menjadi kedewasaan yang saling bertukar tempat kemudian duduk tanpa mengatakan apa-apa.
Kemudian Doni curhat kepada mereka semua.
"Kok rasanya saya iri gini ya"
"Iri sama siapa, Don?" Tanya Dewa
"Iri sama kalian tadi"
"Saya kok rasanya pengen gitu punya pacar, tapi gak ada cewek yang mau sama saya"
Jepri yang mendengar kalimat itu kemudian tertawa "Hahaha"
"Kok kamu ketawa, Jep?" Tanya Doni
"Ya lagian kamu sih malah ngomong kayak gitu"
"Ya gimana, Jep. Dari SMP sampe sekarang saya gak pernah pacaran sih"
"Mungkin kamunya kurang berjuang dan berkorban, Don" Ucap Indri
"Mungkin kali ya. Ah, gak tau juga, bodo amat" Ucap Doni
"Dasar kamu ini Don" Ucap Dewa
"Oh iya, Don. Kamu masih suka gak sih sama Irma?" Tanya Indri
"Hemm,, gak tau juga, Dri" Jawab Doni
"Lah kok gitu, Don?"
"Iya, Dri. Saya gak tau dengan perasaan saya ini. Kadang saya cemburu sama kalian"
"Lah cemburu kenapa, Don?" Tanya Jepri
"Ya cemburu melihat mereka berduaan terus. Pengen rasanya di perhatiin tapi gimana ya kadang saya juga males pacaran" Jawab Doni
"Aneh sih kamu ini, Don" Ucap Dewa
"Pastiin dulu aja perasaan kamu ke Irma. Nanti kalo emang kamu cinta sama Irma, nanti saya sama Dewa bantuin kamu deh" Ucap Indri
"Tuh, Don" Ucap Jepri
"Iya, Dri. Makasih banget ya"
"Tenang aja Don. Nanti saya juga ikut ngebantuin kok" Ucap Jepri
"Ngebantuin apa, Jep?" Tanya Doni
"Ngebantuin do'a"
"Hadeh, Jep, Jep"
"Kenapa Don?"
"Apa do'a kamu bakal terijabah tah sama Allah?"
"Lah emang kenapa?"
"Ya kan secara kamu jarang shalat"
"Ngelunjak sih kamu ini Don"
"Hahaha"
"Udah yuk pulang, tapi saya mau beli siomay dulu ya" Ucap Indri
"Uangnya mana?" Tanya Dewa
"Uang kamu dong, sayang"
"Hadeh"
"Nah itu yang buat saya kadang males pacaran" Ucap Doni
"Dasar sih kamu ini Don jadi cowok kok gak mau modal banget"
"Bukan gak mau modal, Dri. Tapi kamu tau sendiri uang saya habis terus"
"Makanya gak usah nger*k*k, biar bisa jajanin Irma"
"Ya kalo dua ribu mah ada, Dri"
"Dua ribu mah dapet apa Don?" Tanya Jepri
"Ya dapet rokok 1 batang, hahaha (Jawab Doni), Udahlah yuk pulang (Ajak Doni)"
"Hayuk" Jawab Indri, Dewa dan Jepri
Mereka pun pulang namun Doni dan Jepri pulang ke rumah mereka masing-masing sehingga mereka tidak menginap lagi di rumah Dewa.