Chereads / KETABAHAN CINTA / Chapter 22 - PIDATO ORANG TUA INDRI

Chapter 22 - PIDATO ORANG TUA INDRI

Tak lama kemudian ayahnya kembali ke teras rumah dengan membawa novel yang berjudul "Hujan bulan juni" karya : Sapardi Djoko Damono. Sambil menyodorkan novel itu lalu dia berkata.

"Ini Wa novelnya"

"Ini novel karangan siapa om?" Tanya Dewa

"Ini novel karangan Sapardi Djoko Damono, novel ini bergenre romantis, Wa"

"Seriusan om?"

"Iya, Wa"

Karena Indri ingin tahu maka dia mendekati, lalu berkata.

"Wihh, ini yang kata ayah novel romantis yang ada puisinya ya, yah?"

"Iya, Indri" Jawab ayahnya Indri

Lalu Dewa berkata.

"Apaan sih kamu ini kepo aja"

"Dihh, apalah kamu ini, gak jelas banget" Ucap Indri

"Ya terserah saya sih, kok kamu yang sibuk?"

"Ihh, tampar mah"

"Emang berani?"

"Beranilah, ngapain gak berani sama kamu, dih"

"Saya cium kamu" Ancam Dewa kepada Indri

"Emang berani?"

"Beranilah"

"Serius?"

"Sepuluh rius malah, Dri"

Ayahnya Indri yang mendengar ucapan Dewa itu lalu melotot, Indri yang melihat ayahnya itu kemudian berkata.

"Liyat ke arah kiri kamu"

"Males amat" Ucap Dewa

"Liyat ke arah kiri kamu, jelek"

"Males jelek"

Indri memegang kepala Dewa kemudian menolehkan kekasihnya ke arah kirinya dan dilihatnya, ayahnya Indri yang sedang melotot. Kemudian kekasihnya Indri itu berkata.

"Ampun om, cuma bercanda kok"

"Kamu ini ya, baru pacaran udah berani nyium-nyium Indri"

"Nggak om, nggak"

"Alah, bohong kan kamu?"

"Beneran om"

"Mampus kamu" Ucap Indri

"Apaan sih kamu, Dri" Ucap Dewa

"Jangan ngalihin perhatian, liyat ayah sini" Ucap ayahnya Indri

Dengan menundukkan wajah Dewa berkata.

"Iya om"

"Jangan iya, iya aja. Liyat ke arah ayah"

Dalam hati Dewa berkata. "Musibah nih"

"Liyat ke arah ayah Dewa"

Dewa pun menatap ayahnya Indri, kemudian ayahnya Indri berkata.

"Kamu ini masih pacaran aja udah berani nyium-nyium Indri"

"Enggak kok om, tadi mah cuma bercanda aja" Ucap Dewa

"Bercanda, bercanda. Ayah panggilin ayah kamu ke sini untuk lamar Indri nanti"

Mendengar ucapan ayahnya itu Indri pun terkejut dan berkata.

"Hah? Jangan dong yah. Ya kali, mau langsung dinikahin aja"

"Lah terus mau apa? Daripada kamu hamil di luar nikah gara-gara Dewa" Ucap ayahnya Indri

"Ya kali om, Dewa mau berbuat kayak gitu ke Indri" Ucap Dewa

"Ayah itu udah kenal deket sama ayah kamu, Wa. Jadi jangan malu-maluin kami, kami udah setuju dengan hubungan kalian. Tapi jangan berbuat yang enggak-enggak. Takutnya nanti Indri hamil di luar nikah. Mau di taruh mana coba wajah ayah sama ayah kamu?" Tanya ayahnya Indri

"Gara-gara kamu sih" Ucap Indri

"Bukan siapa yang salah, tapi ayah nasehatin kalian ini supaya kalian gak kelabasan. Kalau Indri hamil di luar nikah gimana?" Ucap ayahnya Dewa

"Iya om" Ucap Dewa

"Jangan iya, iya aja, tapi lakuin. Cowok itu yang diliyat bukan gantengnya tapi tanggung jawabnya. Kalau kamu gak mampu tanggung jawab percuma, Wa. Kamu ngelindungin Indri bisa tapi kalau gak mampu tanggung jawab dengan perbuatan kamu percuma."

"Iya om"

Tak lama kemudian adzan maghrib pun berkumandang. Lalu ayahnya Indri berkata.

"Udah ayuk, ambil wudhu kita shalat"

"Tapi Dewa shalat di rumah aja om, soalnya gak kuat kalau jalan jauh-jauh, masih sakit banget"

"Yaudah, ambil wudhu sana"

Dewa pun mengambil wudhunya kemudian shalat, setelah ayahnya Indri pulang dari masjid kemudian ibunya Indri bertanya kepada ayahnya Indri.

"Tadi kenapa yah?"

"Itu si Dewa udah berani mau nyium-nyium Indri" Jawab ayahnya Indri

"Iya tah?"

"Iya"

"Hadeh, pacaran anak muda sa'iki mah uwis aneh. Masih cilik ae udah cium-ciuman."

"Iya bu, makanya itu tadi Dewa sama Indri ayah nasehatin."

"Mana si Dewa sama Indri, yah?"

"Kayaknya di kamar deh"

Ibunya Indri berjalan menuju kamar Indri dan sesampainya di sana dia mendapati mereka sedang mengaji kemudian berkata.

"Nanti abis ngaji keluar ibu tunggu di depan"

"Iya bu" Jawab mereka serentak

Setelah selesai mengaji mereka berdua pun keluar dan menghampiri ibunya Indri yang sedang menonton TV. Sesampainya di sana ibunya Indri menoleh ke arah mereka kemudian berkata.

"Kalian tadi mau ciuman ya?"

"Enggak kok bu" Jawab Iindri"

"Kalian ini ya masih kecil aja udah cium-ciuman"

Sambil melambaikan tangan Dewa berkata. "Enggak kok bu."

Namun ibunya Indri tidak langsung percaya dengan ucapan mereka, lalu dia berkata.

"Awas ya kalian kalau ibu liyat cium-ciuman, bakal ibu nikahin kalian"

"Terus kami tinggal di mana, bu?" Tanya Dewa

"Ya tinggal sendirilah, jangan ikut orang tua."

Mendengar ucapan ibunya itu, Indri pun terkejut.

"Hah? Ya kali bu, kami tinggal sendiri kan Dewa belum kerja bu"

"Ya biarin, salah siapa belum bisa kerja udah berani cium-ciuman" Ucap ibunya Indri

Di dalam hati Dewa berkata "Waduh bakal ada perang dunia ke-3 nih, pasti Indri bakal marah-marah nih ke saya."

Lalu ibunya Indri berkata "Makanya kalau gak mau di nikahin sekarang pacarannya yang wajar-wajar aja."

"Iya bu." Ucap Indri

"Jangan iya, iya aja. Kalian ini kalau di bilangin gak pernah mendengarkan ya"

Di dalam hati Dewa berkata "Lah perasaan dari tadi kami berdua dengerinlah, hadeh. Susah ya kalau orang tua apalagi ibu-ibu yang kerjaannya kebanyakan ngegosip; diem salah, ngejawab salah terus maunya apa sih?"

.

Lalu ibunya Indri bertanya kepada Dewa.

"Kamu kenapa Wa, sakit tah?"

"Nggak kok bu" Jawab Dewa

"Iyalah harus jujur jangan banyak alasan kalau lagi di nasehatin"

"Iya bu" Ucap Indri

Sambil menunjuk ke arah TV ibunya Indri berkata.

"Tuh liyat tadi di TV anak SMP udah ada yang nikah sama bapak-bapak. Anak SMA kampung sebelah ada yang hamil di luar nikah. Kalian mau kayak gitu?"

"Enggak bu" Jawab Indri

"Kalian berdua ini ya kalau di nasehatin ngejawab aja"

Di dalam hati Indri berkata "Perasaan tadi ibu nanyalah ya saya jawab. Terus di jawab malah di bilang ngelawan, hadeh."

Dengan nada marah ibunya Indri berkata "Jangan melotot-melotot, ngelawan banget sih kalian ini, kayak gak pernah di sekolahin aja gak punya sopan santun banget, orang tua ini nyekolahin kalian udah banyak biaya yang keluar di gunainlah ilmu yang dari sekolah itu, seenggaknya walaupun kita miskin, kita masih punya sopan santun, Ngerti enggak?"

Indri dan Dewa hanya diam mendengar ucapan ibunya Indri itu, kemudian ibunya Indri berkata.

"Kalian ini di tanya malah gak ngejawab lagi, kalian udah tuli tah? Apa telinga kalian gak di pasang?"

Sambil memegang telinga mereka ibunya Indri berkata.

"Ini telinga buat apa kalau di tanya sama orang tua gak di jawab itu, hah? Lebih baik di potong aja sekalian untuk di jadiin makanan kucing"

Di dalam hati Dewa berkata "Buset dah lo, di jadiin makanan kucing gak tuh."

"Masih diem, wong di tanya sama orang tua itu ya di jawab jangan diem aja"

"Beneran suruh jawab nih bu?" Tanya Indri

"Iyalah kalau di tanya orang tua tuh di jawab!"

"Iya bu kami udah ngerti kok, kami salah" Ucap Dewa

Kemudian ibunya Indri memanggil ayahnya Indri.

"Yah, ini anak gadis sama bujang ini ngelawan banget sih, di nasehatin ngejawab terus. Percuma dulu di sekolahin kalau akhirnya gak punya sopan santun kayak gini mah"

Di dalam hati Dewa berkata "Ya salam, katanya tadi suruh di jawab. Waktu di jawab malah di bilang ngelawan, gak di jawab di bilang tuli. Maunya apa sih saya mah?"

Di dalam hatinya Indri berkata "Gara-gara Dewa nih saya jadi ikutan dimarahin sama ibu udah gitu ibu riber banget lagi, awas aja nanti ya kamu Dewa saya tinju wajah kamu"