Chereads / KETABAHAN CINTA / Chapter 20 - KELINCI PERCOBAAN

Chapter 20 - KELINCI PERCOBAAN

Setelah itu Indri mengambilkan makanan untuk Dewa kemudian dia kembali ke kamar, sesampainya di sana, Indri memberikan makanan tersebut kepada kekasihnya lalu berkata,

"Nih rokok sama makanannya"

"Lah. Ya suapin dong," ucap Dewa

Dengan nada kesal Indri berkata. "Makan sendiri aja sih"

"Diih. Lah saya mau makan gimana coba, kan tangan kanan saya terkilir"

"Ya pakai tangan kiri kan bisa, dihh"

"Gak sekalian kamu nyuruh saya makan pakai kaki, sayang"

"Ya gak papa kalau bisa kalo perlu makannya kayak anjing aja, di jilat-jilat gitu"

"Kalo ngejilatin kamu mah iya aja saya mau malah bakal betah kayaknya"

"Dihh. Ogah kali. Emang kamu kira saya ini permen apa"

"Kamu mah bukan permen lagi tapi madu"

"Madu mah adanya di bunga kali, bukan di saya"

"Hahaha"

"Malah ketawa lagi"

"Sini cium keningnya sayang"

"Gak ah. Kamu bau belum mandi"

"Yaudah makanya suapin makanannya abis itu saya mandi"

"Makan sendiri aja sih sayang"

"Gak mau. Saya maunya di suapin sama kamu"

"Sayanya capek tau"

Dengan nada merengek Dewa berkata,

"Dihh, please dong sayang"

"Hemm, yaudah deh"

Indri menyuapi Dewa dengan penuh kasih sayang. Hingga tak terasa makanan itu pun telah habis di makan kekasihnya itu.

Betapa romantisnya cinta ketika mereka saling memahami satu dengan yang lainnya seperti dua ekor burung merpati yang bertengker di atas tangkai beringin tua. Kemudian saling bercumbu dengan bahasa aksara tanpa jeda.

Setelah Indri menyuapi Dewa dia menaruh piring tersebut ke dapur kemudian kembali ke kamarnya lalu bermesra dengan kekasihnya tanpa di ketahui oleh kedua orang tuanya.

Saat adzan dzuhur berkumandang Indri berkata,

"Kamu gak shalat sayang?"

"Ya shalatlah" Jawab Dewa

"Lah, kan kamu masih sakit sayang"

"Allah kan udah ngasih hambanya kemudahan dalam beribadah. Kalau saya gak bisa jalan ke masjid ya saya shalay di rumahlah"

"Tapi kamu belum mandi"

"Yaudah, bimbing saya ke kamar mandi dong sayang"

"Iya deh"

Indri pun membimbing Dewa ke kamar mandi. Saat di kamar mandi ibunya Indri melihat mereka kemudian berkata,

"Dari tadi pagi kamu belum mandi tah, Wa?"

"Belum bu" Jawab Dewa

"Dihh, jorok banget sih anak bujang ibu ini"

"Biasanya juga dia mah di rumahnya juga jarang mandi bu" Ucap Indri

"Hah? Yang bener, Wa"

Karena Dewa malu berkata jujur maka dia pun megelak dengan berkata.

"Gak, gak bu Indri bohong. Ya kali, Dewa seganteng ini gak mandi"

"Alah. Udah jujur aja kamu gak usah bohong" Ucap Indri

"Apaan sih kamu sayang?"

"Kan ibu kamu sendiri yang bilang kalau kamu jarang mandi"

"Iya tah?" Tanya ibunya Indri

"Iya bu. Indri jujur loh bu"

"Ya allah, anak bujang ibu ini jorok banget sih"

Sambil memegang belakang kepalanya Dewa pun tertawa, "Hehehe"

Kemudian Ibunya Indri memerintahkan Dewa untuk segera mandi dengan berkata,

"Udah Dewa mandi sana, bau banget nih"

Mendengar ucapan ibunya itu Indri pun tertawa. "Hahaha"

Setelah itu ibunya Indri meninggalkan mereka berdua di depan pintu kamar mandi. Lalu Dewa berkata.

"Sayang, gak sekalian tah mandiin saya?"

"Dihh, apaan sih kamu. Becandanya gak lucu tau" Jawab Indri

Sambil mencubit hidung Indri, Dewa berkata. "Dihh. Ngambek, ngambek"

"Apaan sih kamu? Udah sana cepat mandi."

"Iya, iya. Huuh. Gitu aja ngambek"

Indri pun meninggalkan Dewa dengan membuang wajah.

Setelah Dewa selesai mandi dia pun memanggil Indri dengan berteriak karena dirinya lupa membawa handuk.

"Dri, Indri"

"Apa?" Tanya Indri

"Sini"

Indri pun beranjak ke kamar mandi untuk menemui Dewa karena takut terjadi apa-apa kepada kekasihnya tersebut. Namun, saat dia masuk ke kamar mandi di lihatnya kekasihnya itu sedang telanjang bulat. Lalu berteriak,

"Astagfirullah, Dewa. Apa-apaan sih kamu"

Seketika Indri pun keluar dari kamar mandi. Karena teriakan Indri itu ibunya pun menghampiri dirinya. Kemudian berkata.

"Ada apa, ada apa?"

"Ini loh bu, Dewa mandinya telanjang" Jawab Indri

"Lah terus kamu samperin gitu?"

"Ya iyalah. Soalnya kan Dewa tadi manggil saya. Saya kira ada apa kan, eh tau-taunya dia lupa bawa handuk"

"Kamu juga salah. Ngapain coba malah masuk-masuk ke kamar mandi. Tau Dewa lagi mandi"

"Ya, kan saya gak tau bu, kalau Dewa lupa bawa handuk"

"Hadeh. Yaudah ambilkan handuk untuk Dewa sana"

"Iya bu"

Setelah itu Indri mengambilkan handuk untuk kekasihnya itu. Lalu memberikannya dengan membalik badan sambil berkata,

"Nih, handuk untuk kamu"

"Makasih, sayang"

Setelah mengenakan handuk Dewa pun keluar dari kamar mandi kemudian berkata.

"Ciee yang nungguin pacarnya"

"Apaan sih kamu?" Tanya Indri

"Romantis banget sih kamu. Nanti kalau udah nikah kita mandi bareng aja ya?"

"Idih. Maunya"

"Ya iyalah. Kan biar romantis gitu"

Sambil memegang kepala Dewa, Indri pun berkata,

"Dasar ngeres banget sih tuh otak"

"Hahaha"

"Malah ketawa lagi sih goblok"

"Wow. Berani ya ngomong kasar sama calon suaminya"

"Dihh. Bodo amat. Lagian calon suaminya otaknya kotor banget sih"

"Lah kan gak sengaja kali sayang"

"Alah kamu mah emang fikirannya kotor kayak Doni"

"Idih, ya enggaklah"

"Udah deh ngaku aja. Udah berapa cewek yang kamu modusin?"

"Dih. Kok jadi ngebahas ke situ sih?"

"Ya saya curiga aja sama kamu, soalnya kamu kan fiktor banget"

"Ya allah sayang. Kan tadi mah gak sengaja. Kok kamu langsung marah gini sih?"

"Bodo amat"

"Yaudah deh. Kalau kamu kayak gini mah mending saya pulang aja"

"Pulanglah sana gak ada yang ngelarang kok"

"Buhh. Beneran ya?"

"Lah. Emang kenapa?"

"Ya bukannya dilarang gitu. Ini mah malah di biarin"

"Ya bodo sih"

"Dasar tukang ngambek"

"Bodo amat sih"

Indri pun melangkah kaki untuk pergi meninggalkan Dewa. Namun, ketika dia telah berjalan dua langkah kekasihnya memanggil dirinya,

"Eh, sayang, kok sayanya di tinggalin sih?"

Sambil menepuk jidat Indri pun berkata.

"Haduh, Iya. Kamu kan cowok cengeng"

"Ya allah. Kok gini banget sih jadi cowok. Berjuang salah, gak berjuang salah" Ucap Dewa

"Lah emang takdir cowok tuh selalu salah kali"

"Ya, iya, iya. Indri jelek."

"Kok jelek sih?"

"Lah terus?"

Lalu Indri pun mengancam dengan berkata,

"Ucap Indri cantik. Kalo enggak ngucap kayak gitu gak saya bantuin nih jalan ke kamar"

Sambil menghela nafas panjang Dewa pun berkata. "Iya, iya. Indri cantik, sayangku, kasihku. Pacar saya yang paling baik. Tolong bantuin saya jalan ke kamar dong"

"Nah gitu dong"

Indri pun membimbing Dewa berjalan ke kamarnya. Namun, sesampainya di kamar Dewa berkata,

"Enggak sayang. Ini kan baju saya kotor nih. Terus saya pakai baju siapa?"

"Pakai baju saya aja" Jawab Indri

"Gila kamu. Ya kali, saya pakai baju kamu. Apa kata dunia"

Mendengar ucapan Dewa tersebut Indri pun tertawa. "Hahaha".

Lalu Indri berkata. "Tapi lucu loh sayang kalau kamu pakai baju saya"

"Enggaklah"

Dengan nada mengancam Indri pun berkata,

"Coba enggak. Kalau gak di coba saya marah nih"

"Iya, iya, tapi kamu temenin saya ya pakai bajunya" Pinta Dewa

"Tuh kan mulai ngeres lagi"

"Ya kan kamu juga aneh-aneh nyuruh saya pakai baju kamu"

Sambil mengambil bajunya Indri berkata.

"Bodo kamu harus pakai baju saya"

"Ya allah, mimpi apa saya semalam"

"Hahaha"

Setelah Indri mengambil salah satu daster miliknya kemudian Indri menunggu di depan pintu kamarnya. Setelah beberapa lama dia pun bertanya kepada Dewa,

"Udah belum sayang?"

"Udah nih"

Indri pun masuk ke kamarnya di dapati Dewa berpenampilan yang sangat lucu hingga dia tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata. Lalu kekasihnya itu berkata,

"Seneng ya kamu ngeliyat saya menderita kayak gini"

Indri hanya tertawa, "Hahaha"

Kemudian Indri mengambil peralatan make up miliknya lalu kekasihnya itu di perintahkannya menghadap ke cermin lalu dia mengenakan itu semua kepada Dewa.

Di tengah-tengah perjalanan mem-make over Dewa. Dia tertawa terbahak-bahak hingga lipstik di bibir kekasihnya itu sampai ke pipinya. Dan nambah tertawalah Indri, lalu Dewa bekata,

"Haii,, sis. Muah, muah"

"Coba lagi sayang, coba" Ucap Indri

Sambil melambaikan tangan Dewa pun berkata. "Hai, sis. Muah, muah"

Catatan : Yang mau kenalan dan ngobrol sama kakak silahkan follow kakak di ig : Oipratama._1. Karena lebih enak ngobrol di sana.