Chereads / KETABAHAN CINTA / Chapter 15 - SAAT DI RUMAH DEWA

Chapter 15 - SAAT DI RUMAH DEWA

Note : Konten dibawah ini sedikit nyeleneh tapi bukan tanpa pelajaran maka petiklah pelajaran yang ada didalamnya. Tidak disarankan untuk diikuti. Makasih

Setelah Indri dan ibunya selesai masak, maka ibunya memanggil Dewa juga teman-temannya untuk makan.

"Wa, Dewa" panggil ibu Dewa

"Apa bu?" tanya Dewa

"Makan bareng yuk, nak" ajak ibunya

"Iya bu, bentar lagi main game"

"Main game terus, udah cepat keluar dari kamar, makan bareng kami sini"

"Iya bu, sebentar lagi"

"Ya allah nak, kamu ini game terus sih"

"Sebentar lagi bu, nanggung, udah mau selesai nih, nanti juga kami makan kok, ibu sama Indri duluan aja"

Karena ibunya Dewa sudah terlalu kesal kepadanya maka dia pun membuka pintu kamar anaknya itu lalu berkata.

" Ya allah, kalian ini ya emang udah kecanduan game banget ya?" tanya ibu Dewa

"Iya bu, nanti juga kami makan kok" jawab Dewa

"Astagfirullah nak, coba sih kamu hargain pacar kamu yang udah bantuin ibu masak. Kasian loh dia udah nungguin kalian di meja makan"

"Iya bu, ini juga udah selesai kok, ibu duluan aja ke meja makan. Nanti kami nyusul kok"

"Yaudah ibu duluan aja. Ini kami juga bentar lagi ke sana kok."

"Yaudah, jangan lama-lama kasian loh Indrinya, dari tadi dia udah nungguin tuh"

"Iya bu"

Ibunya Dewa pun berjalan menuju ke meja makan. Dan tak lama kemudian dirinya dan teman-temannya pun menyusul ibunya.

Sesampainya dia disana Indri langsung menyambutnya dengan mengambilkan nasi juga lauk untuknya. Kemudian kekasihnya berkata.

"Nih sayang, makanan untuk kamu udah saya ambilkan" ucap Indri

"Ciee, ciee" ucap Jepri

Lalu Doni pun membalas dengan tertawa "Hahaha"

"Apaan sih kalian ini" ucap Dewa

Kemudian Dewa dan teman-temannya duduk lalu Indri memberikan makanan itu kepada kekasihnya. Ibunya Dewa pun berkata.

"Kayaknya teman-teman kamu iri tuh Wa, karena makanan kamu diambilkan Indri" Ucap ibu Dewa

"Mungkin bu"

Dengan wajah kesal Indri pun berkata "Tau tuh iri aja, bukannya cari pacar. Ini mah ngurusin urusan orang aja"

Sambil memegang pipi kiri Indri Dewa pun berkata.

"Benar juga kamu sayang, hahaha"

"Emang iya kan?" tanya Indri

"Iya sih, tau tuh mereka ngurusin urusan kita aja."

"Udah, udah jangan ribut terus. Ayuk makan" Ajak ibunya Dewa kepada mereka

"Iya tan" Ucap Doni dan Jepri serentak

Mereka pun makan dengan tenang tanpa berucap sesidikit pun. Setelah itu Indri dan ibunya Dewa membereskan meja makan tersebut lalu kekasihnya Dewa membantu ibunya mencuci piring bekas mereka makan.

Dewa dan teman-temannya kembali ke kamarnya sesampainya disana tanpa pikir panjang Doni pun langsung mengajak Dewa dan Jepri main game. Namun, Jepri berkata.

"Baru aja selesai makan Don, kamu langsung ngajak main game aja, parah sih"

"Udah sih ayuk!" ajak Doni

"Hadeh Don, Don. Di otak kamu ini isinya cuma game aja tah?" tanya Dewa mengejek

"Hahaha, Dia mah isinya bukan game aja Wa" Ucap Jepri

"Lalu?" tanya Dewa

"Aihh. Ya kali saya harus ngejelasin ke kamu, Wa?" tanya Jepri

"Wahh parah, kalian ini" ucap Doni

"Lah, emang benar kan?" tanya Jepri

"Walaupun senakal-nakalnya saya. Otak saya gak separah itu lah, bro" ucap Doni

"Hadeh, kami ini udah kenal kamu dari SMP Don. Jadi, kami tau isi otak kamu itu" ucap Dewa

"Itu mah dulu Wa" ucap Doni

"Alah, bohong amat Wa. Waktu masih sekolah aja pacar kamu sering dijadiin bahan sama Doni" ucap Jepri

"Gila kamu Don" ucap Dewa

"Jep, Jep. Kamu ini memfitnah saya terus sih" ucap Doni

"Emang iya kan?" tanya Jepri

"Senakal-nakalnya saya, saya gak pernah Jep ngejadiin pacar teman untuk bahan" ucap Doni

"Terus kamu ngebayangin siapa?" tanya Dewa

"Gak ngebayangin siapa-siapa" jawab Doni

"Alah, bohong aja dia itu Wa. Saya sering nginep di rumah dia, lalu malam-malam dia pura-pura buang air kecil tapi anehnya lama banget" Ucap Jepri

"Ngapain itu Jep?" tanya Dewa

"Ya gitu deh, Wa" jawab Jepri

"Gitu gimana Jep"

"Ya pokokmya saya mendengar dari luar dia itu berkata (Yang tadi, yang tadi)"

"Seriusan kamu Jep?"

"Seriusan Wa"

"Wahh. Emang parah sih otak nih bocah Jep"

"Hahaha. Emang dia kan dari dulu otaknya gitu Wa"

"Jangan dengarkan Jepri Wa. Kayak kamu gak tau dia aja Wa" ucap Doni

"Maksud kamu Don?" tanya Dewa

"Ya kamu tau sendiri Wa."

"Tau apa?"

"Jepri mah kan dari dulu sukanya memfitnah orang"

"Hemm, iya tah?"

"Don, Don. Udah jujur aja sih. Gak usah membalikkan fakta" ucap Jepri

"Tapi ya. Semua keburukan itu masih bisa dirubah dengan kemauan sendiri atau karena sesuatu hal" ucap Dewa

"Maksud kamu Wa" tanya Doni

"Ya gini loh. Terkadang manusia itu membutuhkan sesuatu atau kejadian yang membuatnya sadar akan suatu kesalahan entah itu karena wanita, sebuah kecelakaan atau pun hal yang lainnya. Karena Tuhan selalu memberikan lahan kebaikan kepada manusia untuk digarap. Namun, terkadang manusia itu sendiri memilih ketandusan pada diri sendiri."

"Hemm. Iya sih Wa" Ucap Jepri

"Iyalah, Jep.

(Garapan)

Semua perihal memang diciptakan sebagai batas

Untuk membelah sesuatu dari sesuatu yang lain

Namun, kehidupan selalu memberikan dua buah lahan untuk digarap

Yaitu antara kesuburan juga ketandusan yang ada pada diri sendiri

Keduanya saling membelah membatasi waktu untuk bertatap muka

Dunia ini memang hampa

Samar juga semu

Namun, kehidupan selalu memberikan pilihan untuk kita garap, bukan?

Yang ada pada setiap rintik waktu pada jantungmu

Yang selalu jalang ingin bertemu untuk cumbu mesra dengan ketidakpastian

Padahal kehidupan selalu menyerahkan kesuburan taman pada surga

Rona mulia dia sungguh.

Dan kebaikan selalu mewahyukan dirinya sebagai kejadian.

Untuk kau garap menjadi pelukan sunyi milikmu sendiri." Ucao Dewa

Karena keterbatasan pemahaman Doni dengan puisi maka dia pun bertanya kepada Dewa

"Maksudnya Wa?"

"Haduh.. Don, Don

(Kebaikan)

Kebaikan adalah undang-undang yang membatasi pergerakan

Juga adat istiadat yang dibuat disetiap perkampungan penduduk

Mereka adalah teman namun berbeda tempat

Semua adalah satu jalan, satu arah menjadi kebaikan

Untukmu, untuk kita juga semua insan yang bertempat tinggal

Di kampung itu..

Gedebug pun menjadi semakin terasa

Ketika aku membayangkan diriku sebagai darah orang kecelakan

Yang tak pernah menggigit erat semua aturan jalan raya

Aku hanya mengemudi

Tanpa memperhatikan sekitar

Seperti kebodohan kita

Kala itu..

Dia selalu menutup mata hati

Mengisi kolam air dengan tinta hitam rona

Kita pun menjadi kebodohan tanpa menyelami sebuah isi

Dalam parabel

Juga kebijakan para ulama

Mereka sakral dalam diri kita

Mengalir deras keinginan

Untuk kebaikan menjadi rupa alam surga." Jawab Dewa

"Dengar tuh Don kata ustad Dewa dengan kata bijaknya" Ucap Jepri

" Hadeh Jep

(Apa itu puisi 3?)

Puisi itu bukan kebijakan untuk menjadi seorang ulama

Puisi hanyalah nelayan yang mencari ikan-ikan kecil

Di lautan luas..

Ikan selalu membayangkan dirinya adalah air

Hidup di bak-bak mandi rumahmu, rumahku juga rumah semua orang.

Tanpa pernah bermimpi menjadi air hujan yang dipegang erat oleh Tuhan

Sebab puisi hanyalah kata-kata tafsiran yang tak pernah melebihi sabda rasul juga firman Tuhan

Yang dijatuhkan kedalam kitab-kitab." Ucap Dewa

"Iya, iya Wa"

"Pahamkan Don, Jep?" Tanya Dewa kepada mereka

"Iya Wa" Ucap Doni dan Jepri serentak

"Yaudah, ayuk main game!" Ajak Dewa

"Ayuk" Jawab Jepri

"Hadeh. Tadi mah waktu saya yang ngajak kamu gak mau Jep. Lah, kenapa kalo Dewa yang ngajak kamu mau sih?" Tanya Doni

" Udah, ayuk mau main game nggak?" Tanya Dewa

"Iya ya Wa, gitu aja marah"

"Bukannya marah Don. Nanti mah takutnya males gerak duluan. Akhirnya tiduran lalu ketiduran"

"Ayuklah, berangkat" Ucap Jepri sambil menekan aplikasi game pada ponselnya

Sesudah shalat ashar mereka pun jalan-jalan menuju ke siger.