Setelah Dewa bercerita tentang kenakalannya dahulu saat masa SMP mereka pun tidur. Hingga keesokan harinya dia diperintahkan ibunya untuk menemani Indri kepasar untuk membeli bahan-bahan makanan. Namun, dirinya bersama teman-temannya masih bersantai dikamat dengan kondisi belum mandi.
Sambil mengetuk pintu ibunya pun memanggilnya. "Wa, bangun nak, temenin Indri ke pasar untuk beli bahan masakan gih"
Karena Dewa masih malas untuk gerak maka dirinya tak menjawab dan berpura-berpura masih tidur. Sehingga ibunya memanggilnya terus-menerus dengan nada cukup keras
"Wa,, ya Allah nak, bangun nak. Jam segini loh masih tidur aja."
Dewa masih saja berpura-pura tidur padahal dia sedang main hp dan melihat sosial medianya. Hingga kemudian ibunya pun marah kepadanya dan berbicara dengan kecepatan 350 km/h.
"Wa, bener-bener kamu ini ya nak, buat ibu marah aja. Gak tau diri banget sih, disuruh nemenin pacarnya kepasar untuk beli bahan-bahan masakan aja gak mau. Gimana mau jadi suami yang baik kamu ini nak."
Dengan nada dan wajah lesu juga dengan mata yang berpura-pura mengantuk Dewa pun berjalan membukakakan pintu untuk ibunya, kemudian berkata.
"Apa sih bu?" Tanya Dewa
"Apa sih, apa sih. Bukannya ngaji tah apa abis shalat itu malah tidur lagi. Males banget sih jadi orang" Jawab ibunya Dewa dengan nada geram sambil melotot
"Huh, malah marah lagi"
"Ya, jelaslah ibu marah wong kamu kerjaannya tidur terus"
Karena Dewa masih takut dimarahi ibunya maka dia pun berbohong dan masih takut menceritakan kejadian perkelahian kemarin tersebut.
"Kan masih sakit bu, bekas jatuh kemaren."
Namun ibunya tahu bahwa dia berkelahi karena demi mempertahankan uangnya juga demi menjaga Indri. Akan tetapi ibunya tetap marah kepadanya karena dirinya telah membohongi ibunya sendiri. Sambil menjewer telinganya ibunya pun berkata.
"Jatuh, jatuh. Kamu ini ya nak udah bohongin ibu ya, kamu tega sama ibu ya."
Lalu sambil merintih kesakitan Dewa pun menjawab.
"Bener bu, Dewa kemaren jatuh sama mereka (Doni dan Jepri)"
"Gak usah bohong kamu, nak. Ibu udah tahu kok"
"Iya bu iya kemaren Dewa berantem. Tapi lepasin bu telinga Dewa sakit bu"
"Tuh kan, bener kamu kemaren berantem. Iya bu, iya maaf. Dewa udah bohongin ibu"
Ibunya Dewa pun melepaskan jewerannya kemudian berkata.
"Yaudah cepet temenin Indri ke pasar beli bahan-bahan masakan"
"Kenapa gak Indri sendiri aja sih bu?" Tanya Dewa
"Nah, kamu ini ngelawan ya sama ibu, Indri itu udah mau disuruh kepasar loh. Tapi kamu malah males-malesan. Dasar kamu ini ya gak cocok banget jadi calon suami yang baik. Harus diajarin dulu apa"
"Iya deh iya bu, Dewa temenij Indri kepasar deh, tapi Dewa mandi dulu ya biar ganteng" Gurau Dewa kepada ibunya
"Udah gak usah pake mandi-mandi segala"
"Yahh,, jelek dong kalau gak mandi mah bu"
"Disuruh siapa males-malesan coba?"
"Iya deh iya bu iya, Dewa temenin Indri kepasar"
Sambil berjalan menemui Indri yang sudah berada didepan rumah. Dengan nada kesal Dewa pun berbicara sendiri.
" Huuh, sial, kenapa sih harus nemenin Indri kepasar, padahal lagi enak-enaknya tiduran"
Lalu sesampainya dihadapan Indri, Dewa pun berbicara dengan pacarnya itu.
"Huhh, kenapa sih kamu gak bawa motor sendiri aja."
Dengan sabar Indri pun menjawab. "Ya kali, saya bawa motor sendiri kepasar. Kamu tau sendiri saya kan gak bisa ngendarain motor"
Kemudian Dewa pun berkata "Yaudahlah ayuk, ngerepotin banget sih."
***
Begitulah cinta ketika kekasihnya sedang marah maka salah satu dari mereka haruslah dapat sabar menjawab dan mendengarkan segala luapan amarah yang tengah merenggut kesabaran hati manusia.
***
Setelah itu Dewa pun mengeluarkan motornys kemudian memanaskan motornya. Dan membuat Indri menunggunya. Namun, kekasihnya itu dengan sabar menunggu. Dengan nada kesal Dewa pun berkata.
"Ayuk naik, nanti ibu marah lagi sama saya, tau pening denger cewek marah-marah yang kecepatan suaranya ngelebihin pesawat tempur itu."
Sambil tersenyum Indri pun menjawab "Iya sayang, udah dong jangan cemberut terus mukanya, jelek tau"
"Udahlah cepet naik"
Indri pun naik kemotor kemudian mereka berjalan menuju pasar. Saat dimotor Dewa mengambil tangan kekasihnya itu lalu ditaruh keperutnya. Hingga Indri pun bertanya.
"Apaan sih kamu ini sayang?"
Karena derasnya hembusan angin maka suara Indri pun pecah dan tidak jelas. Hingga Dewa tidak bisa mendengar suara keakasihnya itu.
"Hah? Apa?" Tanya Dewa kembali
"Ya, kamu ini apaan sih, naruh tangan saya diperut kamu?"
"Gak kenapa-kenapa"
"Apanya?"
"Apa sih?"
"Kamu itu kenapa sih, naruh tangan saya diperut kamu?"
"Iya"
"Hah?"
Dewa pun diam tidak membalas pembicaraan Indri.
Sesampainya di pasar Dewa memerintahkan Indri supaya cepar berbelanjanya karena dia malas menunggu. Karena bagi dirinya menunggu itu adalah hal yang paling membosankan. Namun, kekasihnya mengajaknya menemani dia berbelanja.
"Sayang, temenin saya belanjanya yuk!" Mohon Indri
"Gaklah, kamu aja" Jawab Dewa
"Dih, kok gitu sih?"
"Saya males ngikut cewek belanja karena pasri ribet"
"Ayuk sih!"
"Duluan nanti saya nyusul"
"Gak. Pokoknya kamu harus ikut" Paksa Indri
"Kamu aja sih sayangku, kasihku yang cantik, manis, imut"
"Ayuk sih, ayuk" Sambil menarik tangannya Dewa
Karena Dewa tidak tahan karena Indri terus-menerus memaksanya maka dia pun mengalah dan menemani kekasihnya berbelanja.
Saat dilapak penjual sayur Indri memilih sayuran kemudian bertanya kepada Dewa.
"Sayang, ibu kamu suka sayur apa?"
"Sayur capcai" Jawab Dewa dengan cemberut
"Ohh, kalau ayah kamu?"
"Sayur terong"
Lalu Indri menawar harga bahan-bahan makan itu dengan pembeli.
"Bu, Terong 5, wortel ¼ kg, kol 1, cabai ½, minyak kemasan ½, bakso 1 bungkus sama terong 1/4, berapa?"
Ibu pedagang itu pun menghitung satu persatu jumlah belanjaan mereka" Terong ¼ 15, Minyak ½ 10, kol 1 3 ribu, bakso 10 ribu, cabai ½ 15, jadi totalnya 53 ribu dek "
Karena menurut Indri itu harga yang terlalu mahal baginya maka dia pun menawar harga dengan berkata.
"Gak terlalu mahal bu?"
"Nggak dek, emang harganya segitu"
"Kuranginlah bu" Mohon Indri
"Waduh gak bisa dek, emang harganya segitu"
"Pasin aja sih bu jadi 50"
"Belum bisa dek, kalo 50 mah saya rugi dong"
"Yaudah deh bu, nanti dulu deh"
"Iya"
Indri pun mengajak Dewa ke lapak pedagang lain dan memilih barang yang sama kemudian bertanya hal yang sama kepada sang pedagang tersebut. Namun, ditempat penjual itu harganya lebih mahal 2 ribu daripada tempat pertama.
Indri pun mengajak Dewa menuju tempat yang lain. Namun, harga bahan-bahan masakan itu masih terlalu mahal menurut kekasihnya itu. Hingga tempat merak mengililingi pasar itu selama 1 jam. Karena dirinya telah bosan dan lelah maka dia berkata.
"Huh, ini yang buat saya males nemenin cewek belanja"
"Apa sih?" Tanya Indri
"Jadi belanja gak sih? Udah capek nih jalan, huh, saya mah"
"Mahal-mahal sayang"
"Terus gak jadi belanja?"
"Ya jadi"
"Lah kenapa dari tadi gak belanjanya gak jadi, jadi sih. Sampe saya capek banget nih, udah gitu laper lagi"
"Yaudah ketempat yang pertama tadi aja yuk"
Sambil tepuk jidat Dewa bekata.
"Ya salam, ampun dah saya dikasih tau gak tuh, huh"
"Ya gimana dong, kan harganya mahal-mahal, udah ayuk ketempat yang pertama tadi aja"
"Kenapa gak dari tadi sih, ya ampun dah"
"Udah jangan banyak ngeluh. Jadi cowok kok banyak ngeluh"
"Buset dah kan, dikasih tau. Banyak ngeluh gak tuh. Gimana gak ngeluh coba Indri sayang, dari tadi kita mutar-muter kesana-kesini nelusurin sepanjang jalan kenangan pasar ini. Malah ujung-ujungnya balik ketempat pertama. Asli. Tobat beneran saya nemenin kamu belanja"
"Kamu banyak ngeluh banget sih"
"Bodo dah, Dri. Terserah kamu"
"Lah kamu yang banyak ngeluh kok, malah kamu yang marah sama saya"
"Iya saya salah iya. Udah ayuk kesana!"
"Ayuk!"
Mereka berjalan menuju ke tempat pedagang pertama tadi dan membeli bahan-bahan masakan yang mereka cari. Kemudian Indri mengajak Dewa membeli hati ayam dideretan lapak penjual ikan. Lalu Dewa berkata.
" Ya allah. Dosa apa saya ini? " Tanya Dewa
" Kamu kenapa? " Tanya Indri
" Gak kenapa-napa. Udahlah yuk "
" Ayuk "
Saat dideretan para pedagang ikan dan ayam Indri pun menawar-nawar harga hati ayam dengan pedagang tersebut.
Dan melakukan hal yang sama, jika menurutnya kemahalan maka dia meninggalkannya hingga kembali ketempat semula.
Seusai berbelanja Dewa mengajaknya membeli makan karena dia sudah sangat lelah dan lapar. Setelah itu mereka pun pulang kerumah.