Sesampainya dirumahnya Dewa mereka mengetuk pintu lalu mengucapkan salam.
"Assalamualaiakum" Mengucapkan salam dengan serentak
Karena dirumah sedang tidak ada orang selain ibunya Dewa maka ibunya Dewa pun membukakan pintu untuk mereka.
"Waalaikum sal, lam" Jawab ibunya Dewa dengan wajah terkejut lalu berkata kembali
"Itu wajah kalian kenapa kok bisa sampai kayak gitu?" Jawab ibunya Dewa dengan wajah khawatir kemudian memegang wajah Dewa dan rekan-rekannya
"Gak papa kok tante, ini tadi abis jatuh" Jawab Doni
"Gak papa gimana loh kamu ini, Don?"
Sambil menundukkan wajah Doni pun berkata dengan suara yang sangat kecil.
"Ya gak papa tan, cuma abis berantem aja" Ucap Doni.
Karena ibunya Dewa mendengar suara Doni itu maka dia pun menjawab
"Apa kata kamu, Don?" Tanya ibunya Dewa
"Gak, gak, kok tan" Jawab Doni (Dengan wajah ketakutan sambil menggoyangkan tangan kanannya)
"Yang bener kamu Don?"
"Bener tan"
Ibunya Dewa pun menatap Dewa dengan tajam seperti burung yang ingin memangsa buruannya kemudian berkata
"Wa" Ucap ibunya Dewa
"Apa sih bu?" Tanya Dewa kepada ibunya
Lalu Dewa mengajak Indri dan rekan-rekannya masuk kedalam rumahnya.
"Masuklah yuk" Ajak Dewa kepada Indri dan teman-temannya
Namun, ketika mereka melangkahkan kaki mereka ibunya Dewa menghalangi mereka kemudian berkata
"Eh. Nanti dulu, jawab dulu pertanyaan ibu, itu wajah kenapa?" Kata ibunya Dewa
"Gak papa bu" Jawab Dewa sambil berjalan menuju ruang tamu
Lalu ketika dia telah duduk disofa yang berada diruang tamu rumahnya Dewa melihat Indri, ibu dan dua temannya masih diluar, maka dia pun berkata.
"Eh. Kok kalian masih diluar sini masuk" Ajak Dewa kepada mereka
Mereka pun masuk kedalam rumah Dewa kemudian menghampiri dia lalu duduk disofa bersama dengan dirinya. Karena ibunya masih khawatir kepada mereka karena wajahnya yang lebam tersebut.
Maka ibunya pun menghampiri dia, Indri juga teman-temannya. Lalu berkata
"Eh. Itu kok pertanyaan ibu gak dijawab-jawab sih?" Tanya ibunya Dewa kepada mereka
Namun, mereka pun masih tidak menjawabnya. Lalu ibunya bertanya kepada Indri.
"Indri calon menantu ibu yang cantik juga yang paling ibu sayang, itu wajah mereka kenapa, kok pada lebam gitu?" Tanya ibunya Dewa kepada Indri
"A anu bu" Ketika Indri ingin menjawab kemudian Dewa pun mencubit paha Indri dan berkata
"Husst" Sambil menutup bibir Indri dengan satu jari
"Kenapa Dri, kok gak dijawab"
"Gak papa kok ibu sayang" Jawab Dewa
"Tapi itu loh wajah kalian lebam semua" Kata ibunya Dewa dengan wajah yang masih sangat khawatir
"Iya ibu sayang"
"Yaudah deh, tapi itu wajah kalian dikompres ya."
"Iya bu"
Ibunya Dewa pun meninggalkan mereka kemudian menuju ruang keluarga untuk menonton TV. Lalu Jepri berkata
"Hah, alhamdulillah. Untung aja gak ketauan Wa" Kata Jepri
"Iya Jep, untung aja" Jawab Dewa
"Hemmm" Jawab Indri
Doni yang masih merintih kesakitan kemudian berkata
"Bro, bro. Coba ambil dulu kompresan itu, sakit banget nih juga bengkak banget lagi" Kata Doni
"Mau dikompres pake air hangat apa mau pake tinjuan lagi nih, sayang?" Tanya Indri bergurau
"Gak sekalian, Dri. Ngompresnya pake golok lalu bacok tuh leher Dewa, haha" Jawab Doni bergurau
"Wasalam dah nyawa saya Don kalo Indri tega ngelakuin itu ke saya mah" Ucap Dewa
"Hahaha, ya gak papa lah Wa. Tenang kan ada saya Wa yang nanti bakal macarin Indri, ya gak Dri?" Tanya Doni bergurau
"Idih, ogah amat saya pacaran sama kamu Don"
"Lah kok gitu sih Dri?"
"Ya kali. Saya pacaran sama kamu Don"
"Hahaha. Bercanda Dri"
"Lagian ya Don. Gak bakal saya ngelakuin hal itu. Ya kali saya mau kehilangan calon suami tersayang saya ini"
"Iya, iya, Dri, iya"
"Udah Dri gak usah diladenin sih Doni mah. Tolong masakin air dong Dri untuk kami lalu ambilin kain buat ngompres wajah kami ya" Kata Jepri dengan nada memohon
"Iya Jep. Tapi untuk Doni mah saya maleslah" Dengan membuang wajah
"Hahaha" Dewa dan Jepri tertawa serentak
Sambil menepuk jidat Doni pun berkata "Astaga"
"Hahaha, makanya Don jangan buat Indri kesal" Kata Jepri
Indri pun pergi kedapur rumah Dewa kemudian memasak air panas lalu setelah air itu mendidih dia mengangkat air tersebut dari kompor lalu mengambil satu wadah untuk memasukkan air.
Setelah dirinya selesai menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan untuk mengompres. Maka Indri kembali keruang tamu selanjutnya dia memberikan semua barang tersebut kepada mereka supaya Dewa, Doni, Jepri mengompres wajahnya masing-masing terkecuali Dewa. Lalu Indri berkata kepada kekasihnya itu.
"Sini biar saya yang ngompresin sayang" Pinta Indri kepada Dewa
"Udah jangan sayang, biar saya aja" Jawab Dewa sambil senyum
"Eh, kok kayak gitu sih sayang, kamu kan lagi sakit loh"
"Kan cuma wajah yang sakit sayang, bukan tangan yang patah"
"Dih.. Tapi kan saya loh sebagai pacar kamu yang perhatian, cantik, baik hati, tidak sombong juga rajin menabung ini kasian sama kamu terus mau bantuin kamu ngompres tuh wajah yang udah gak berbentuk"
Doni pun tertawa girang "Hahaha" Katanya. Kemudian Indri menjawab.
"Apaan sih kamu ini Don, ikut campur urusan orang aja" Jawab Indri dengan nada kesal
"Apa sih Dri?" Tanya Doni
"Udah sih sayang!" Perintah Dewa sambil memegang wajahnya Indri
"Iya deh sayang, Tapi Doninya tuh yang mulai duluan"
"Hemm.. Udah sayang gak usah diladenin sih Doni itu, biasa otaknya lagi konslet, hahaha"
"Iya deh, sayang"
"Gitu dong. Itu baru pacar saya yang cantik, manis senyumnya juga ngangenin wajahnya"
"Hemm, yang bener?"
"Benerlah (Lalu sambil membelai rambut Indri Dewa pun menlantunkan sebuah puisi)
(Tafsiran tentang aku dan kamu)
Sebab kamu adalah mentari yang mengusir embun dingin pagi hari
Benang raja yang melengkungkan tubuhnya pada langit setelah hujan
Benteng yang menangkis anak panah yang menghujam
Kamu adalah sahabat masa kecil yang menemaniku
Kala kesendirian merenggut ruhku dari keramaian
Aku tak berada disini,,,
Kecuali pada raga juga dirimu yang kali ini,,,
Adalah inspirasi untuk aku menulis sejuta syair
Karena dahulu aku adalah pujangga yang selalu,,,
Mengurung diri didalam gua yang gelap nan pekat
Tanpa sedikitpun udara
Aku sesak,,,
Hingga asma mencekik tenggorokanku yang memuncak
Hingga sampai ke ujung langit-langit kemudian menguap
Tapi kali ini..
Aku adalah pujangga yang sangat beruntung..
Karena aku menemukan air mata yang sungguh dan seluruh dari wajah seorang hawa
Hidup pun serasa lebih menjadi parabel yang sangat tafsir
Akan sejuta halusinasi
Untuk lebih hidup kemudian..
Aku mengekal bersama darah yang tumpah dari pepori pada setiap perkelahian"
Sehabis Dewa melantunkan puisi kepada kekasihnya tersebut. Lalu Indri mengompres wajah Dewa dengan penuh kasih sayang hingga mata Indri pun tak tega melihat Dewa babak belur seperti itu hingga air mata kekasihnya itu pun terjatuh dari kelopak matanya.
"Hadeh,, Wa wa puitis banget dah kamu" Kata Doni
"Iri bilang bos" Kata Dewa
"Ngapain juga saya iri, Wa"
"Alah tadi itu kamu iri kan?"
"Nggaklah, cuma agak sedikit risih aja karena kamu alay"
" (Apa itu puisi?)
Puisi itu tidak diciptakan untuk berlebihan
Atau melebih-lebihkan,,,
Dirinya juga penulisnya
Puisi adalah kata kejujuran yang penuh makna, tafsir juga terjemahan
Hingga kita harus menyelami seluruh lautan dalam
Isinya adalah,,
Kalimat-kalimat yang dipisahkan dan memisahkan dirinya
Dari teman-temannya hanya untuk menjadi bait-bait yang indah penuh oleh perhiasan
Seperti cinta dalam kehidupan yang terkadang,,
Meninggalkan bekas rindu juga patah hati yang mendalam
Puisi tidak pernah ingin kau agungkan atau mengagungkan penulisnya
Puisi hanya ingin menjadi sahabat masa kecilmu yang kali ini,,,
Menjadi cita-cita yang tertanam dalam alam bawah sadarmu.
Yang lekas menjadi mimpi yang cuma kemungkinan.
Tapi puisi,,,
Selalu ada dalam hidup juga bahasa Indonesia yang penuh dengan revisi
Hidup kita mungkin masih rancu
Tapi puisi adalah ambigu yang selalu lekat dan tak pernah lekang oleh apapun
Seperti Chairil Anwar yang ingin hidup seribu tahun lagi" Jawab Indri membela kekasihnya
"Dengar tuh kata pacar saya" Jawab Dewa kepada Doni
"Bodo Wa, bodo. Saya gak ngerti" Kata Doni
"Hemmm,,, kasih tau sayang!" Perintah Indri
"Don,
(Apa itu puisi 2)
Puisi itu tidak untuk dimengerti melainkan untuk dipahami
Sehingga nalar kita dapat terbang jauh
Kemudian tinggi melampaui angkasa
Kemudian lepas menjadi kejora yang pecah
Juga pendar yang terdampar jatuh kedanau.
Lautan yang tak ingin lepas dari samudera
Seperti diriku..
Yang kala itu menemukan kegairahan hidup untuk cinta
Juga menjadi seorang penulis yang dapat melampaui segala
Yang dikira orang mati dialam ini..
Puisi itu tidak untuk dimengerti melainkan dipahami
Seperti perkelahian kita
Yang kali ini...
Harus tahu satu tujuan untuk apa dan mengapa kita menumpahkan darah
Sehingga darah itu menggenang kemudian bergumam didalam jiwa kita
Pada shubuh hari."
"Iya iya dah iya (Dengan teriak)"
Mendengar percakapan mereka itu Jepri hanya dapat tertawa melihat Doni yang terpojok tersebut. Lalu Doni pun berkata.
"Kenapa kamu gak bantuin saya sih jep, njirlah?" Tanya Doni dengan nada kesal
" Hahaha " Sekali lagi Jepri hanya dapat tertawa
"Parah kamu ini Jep, pokoknya kita putus, sayang"
"Ya allah, mimpi apa saya semalem. Kok temen saya yang satu ini otaknya konslet"
"Njir"
"Apa karena kena pukul mukanya tadi kali ya Wa?" Tanya Jepri
"Mungkin Jep"
Tak lama kemudian mereka pun selesai mengompres wajah mereka dan Indri pun sudah selesai mengompres wajah Dewa. Lalu Indri teringat sesuatu.
"Oh iya, sayang" Ucap Indri
"Apaan sih sayang?" Tanya Dewa
"Katanya kalian mau nyeritain sejarah kalian waktu SMP dulu"
"Iya nanti malem aja ya sayang"
"Kok nanti malem sih, sayang?. Nanti malem mah saya pulanglah"
"Ngapain pulanglah sayang?"
"Lah, ya kali saya tidur sama kalian bertiga satu kamar, ogahlah"
"Ya enggaklah. Kamu tidur sama ibu lalu ayah tidur dikamar saya kemudian saya sama mereka tidur ruang tamu atau gak diruang keluarga"
"Tapi nanti kalau ayah saya nanya gimana?"
"Ya jawab aja kamu tidur disini disuruh saya, juga nanti saya atau kamu minta tolong ke orang tua saya untuk ngejelasin masalah ini ke kedua orang tua kamu, ya kan?"
"Iya juga sih, yaudah deh saya tidur disini aja"
"Gitu dong. Kan jadinya nanti malem kami bisa ngejelasin sejarah kami waktu SMP dulu"
"Iya, sayang" Sambil mencubit pipi Dewa
"Aduh, sakit euyy"
"Uhh,, cup cup" Sambil mengelus wajah Dewa