Begitulah cinta dia sungguh ada ketika kita membutuhkannya seperti seorang pujangga yang mencintai kata. Dia selalu faham apa yang harus dia perbuat supaya sajak itu tetap indah dinikmati.
Begitu pula cinta yang selalu faham dengan apa yang dibutuhkan kekasihnya walau hanya dengan melakukan hal sederhan. Namun, takdir tak selalu berjalan indah.
****
Sesampainya disekolah Indri yang mabuk perjalanan itu pun turun dari bus dengan mata setengah kunang-kunang. Namun, Dewa membimbingnya berjalan hingga turun dari bus.
Karena Indri sudah tidak tahan menahan muntah maka dia pun muntah kembali hingga mengenai baju yang dikenakan Dewa. Bukannya marah dia justru mengeluarkan bajunya yang berada di tas sebagai alas untuk Indri duduki.
Dewa pun ikut duduk disamping Indri kemudian memeluk kepala Indri untuk ditiduri pada pundaknya.
"Udah tiduran aja dulu di pundak saya" Perintah Dewa kepada Indri
"Makasih ya sayang" Jawab Indri
Dewa hanya tersenyum kemudian mengambil HP-nya yang berada di saku celananya untuk menelpon ayahnya.
"Assalamualaikum yah" Salam Dewa kepada ayahnya
"Waalaikum salam" Jawab ayahnya Dewa
"Dewa dan Indri sudah sampai sekolah nih"
"Ohh, yaudah ayah susul, tunggu ya"
"Iya yah"
Setelah Dewa menelpon ayahnya kemudian dia menelpon ayah Indri.
"Assalamualaikum om" Salam Dewa kepada ayah Indri
"Waalaikum salam, Wa" Jawab ayahnya Indri
"Om Dewa dan Indri udah sampai sekolah nih, susul ya"
"Iya Wa, oom jalan"
Indri yang sudah lemas pun bertanya kepada Dewa.
"Sayang, kamu udah nelpon ayah saya kan?" Tanya Indri dengan nada lemas
"Udah kok"
Setelah beberapa lama mereka menunggu, ayah mereka masing-masing pun akhirnya tiba. Lalu ayahnya Indri bertanya kepada Dewa.
"Itu Indri kenapa, Wa" Tanya ayahnya Indri
"Indrinya mabuk perjalanan om" Jawab Dewa
"Lalu, itu baju kamu kena muntahnya Indri, ya?"
"Iya om"
"Waduh, parah nih Indri ngerepotin kamu ya?"
"Ah, enggak kok om biasa aja"
"Kamu masih kuat kan duduk dimotor, Dri" Tanya ayahnya Dewa kepada Indri
"Masih kok om" Jawab Indri
"Yang bener?"
"Bener om"
Ketika Indri naik ke motor dia pun hampir terjatuh hingga ayahnya Dewa menyuruh Dewa untuk memegangi Indri dari belakang dengan dirinya di bonceng oleh ayahnya Indri.
"Wa, kamu ikut naik motor dengan ayahnya Indri aja sekalian jagain Indri soalnya kan badannya Indri lemas banget tuh" Perintah ayahnya Dewa.
"Tapi yah" Ucap Dewa
"Gak ada tapi-tapi, kalo Indri kenapa-napa bagaimana?"
"I,iya deh yah" Sambil menggaruk kepala
"Iya, udah jangan malu-malu lah, Wa, kamu kan udah oom anggap kayak anak oom sendiri" Kata ayahnya Indri
"Waduh, iya deh om"
"Yaudah, ayah pulang duluan ya, Wa?" Tanya ayahnya Dewa
"Lah, kok gitu yah?" Tanya Dewa
"Lah, ya kan nanti kamu pulangnya diantar ayahnya Indri kan?"
"Iya, nanti biar oom antar" Kata ayahnya Indri
"Iya deh" Jawab Dewa
"Udah cepat naik sana, kasihan tuh Indrinya" Perintah ayahnya Dewa
Dewa pun naik ke motor yang dikendarai oleh ayahnya Indri kemudian duduk dibelakangnya. Hanya untuk menjaga Indri hingga sampai rumah.
Sesampainya dirumah mereka pun turun dari motor kemudian Dewa membimbing Indri berjalan hingga masuk kerumah. Lalu ibunya Indri pun datang dan bertanya perihal Indri yang mabuk perjalanan itu.
"Itu Indri kenapa?" Tanya Ibunya Indri dengan wajah cemas
"Biasa bu, Indri mabuk perjalanan" Jawab ayahnya Indri
"Hah?, kok bisa?"
"Gak tau tuh bu, Dewa ngejaga Indrinya gak bener sih"
"Waduh, kok Dewa yang kena sasaran om?" Tanya Dewa
"Ya iyalah kan kamu kemarin yang oom suruh jaga Indri" Jawab ayahnya Indri
"(Dengan nada lemas Indri pun bekata) Iya yah, benar tuh, Dewa gak benar jaga Indrinya"
"Hadeh" Sambil tepuk jidat
"Lah bener kan?" Tanya ayahnya Indri
"Iya deh om iya" Jawab Dewa
Didalam hati Dewa dia pun berkata
"Sial, kok jadi gini lah"
Diam-diam ibunya Indri pun mencium bau tidak sedap dari arah Dewa. Ibunya Indri pun bertanya.
"Hemm,, ini bau apa ya, arahnya mah dari arah Dewa deh?" Tanya ibunya Indri
"Itu bu, baju dan jaketnya Dewa kena muntahnya Indri" Jawab ayahnya Indri
"Ohh, pantas aja dari tadi bau busuk"
"Buset dah, bau busuk gitu" Jawab Dewa
"Emang iya Wa, kamu bau busuk karena muntahnya Indri" Ucap ibunya Indri
"Enggaklah bu, muntah Indri mah wangi" Jawab Indri
"Mana ada muntah yang wangi, Dri Dri" Ucap ibunya Indri
"Buktinya Dewa aja gak kebauan kok bu, ya kan sayang?"
"Hadeh parah. Saya loh dari tadi rasanya behh gak bisa di ungkapin dengan kata-kata dah" Jawab Dewa
"Ihh, kamu jahat banget sih, sayang. Saya marah nih" Kata Indri dengan wajah cemberut
"Dihh. Ngambekkan"
"Biarin, blekk" Sambil menjulurkan lidah
"Iya deh iya muntah kamu mah wangi dah, apa sih yang enggak wangi kalo dari kamu mah"
"Tuh kan benar bu. Muntah Indri mah wangi"
"SKD, Dri"
"SKD apaan bu?" Tanya Indri
"Sak karepmu dewe"
"Hahaha"
"Udah mandi dulu sana Wa, kamu bau banget " Perintah ibunya Indri kepada Dewa
"Nanti aja lah tan, dirumah aja" Jawab Dewa
"Janganlah, Wa. Tantenya gak enak dengan orang tua kamu, soalnya kan Indri udah ngerepotin kamu"
"Baju dan jaket kamu, tinggal aja Wa. Biar nanti Indri yang nyuci" Kata ayahnya Indri
"Dihh, gak lah bu, biarin aja Dewa yang nyuci sendiri nanti waktu dirumahnya" Jawab Indri
"Dihh, gak malu sih kamu, Dri. Udah nyusahin Dewa malah gak mau tanggung jawab lagi"
"Gak usah tan. Biar nanti Dewa aja yang nyuci baju Dewa waktu dirumah" Jawab Dewa
"Lah janganlah. Udah sana mandi lalu baju dan jaket kamu tinggal disini aja"
"Iya deh tan"
Dewa pun pergi mandi dan meninggalkan bajunya ditempat cucian baju dirumah Indri. Setelah itu dia pun shalat ashar berjama'ah dimasjid tempat tinggal Indri.
Kemudian membaca al-qur'an dikamar Indri. Orang tuanya Indri yang melihat kejadian tersebut pun terkagum dengan Dewa dan berkata dengan nada pelan.
"Emang ya, Indri gak salah milih Dewa jadi pacarnya. Udah perhatian, sopan, agamanya bagus lagi" Ucap ibunya Indri
"Iya benar bu, gak kayak mantannya yang waktu itu. Udah pemabuk, brutal, cabul lagi" Jawab ayahnya Dewa
"Iya benar, yah"
"Yaudah yuk, kita nyantai disofa"
"Iya, yuk"
Setelah selesai mengaji Dewa pun ijin pulang kepada kedua orang tuanya Indri. Namun, kedua orang tuanya Indri tidak mengijinkan Dewa pulang sore itu. Hingga ayahnya Indri pun berkata kepada Dewa.
"Lah, siapa yang mau ngantar kamu pulang sekarang, Wa?" Tanya ayahnya Indri kepada Dewa
"Ya oom" Jawab Dewa
"Nanti malam aja pulangnya, habis isya"
"Duh, om sayanya gak enaklah sama orang tua saya"
"Nanti oom yang bilang ke orang tua kamu"
"Yaudah deh"
Dewa pun terpaksa tidak pulang sore itu karena dilaran oleh ayahnya Indri. Kemudian setelah shalat isya dipukul 20:15. Dewa kembali ijin pulang kepada orang tuanya Indri. Namun, kedua orang tuanya Indri tidak mengijinkan Dewa pulang sebelum makan.
"Om, tan, Dewa pulang ya?" Tanya Dewa kepada kedua orang tuanya Indri yang tengah menonton tv
"Lah, kok mau pulang, Wa" Ucap ibunya Indri
"Iya, makan dulu lah, Wa" Ucap ayahnya Indri
"Nanti aja om waktu dirumah" Ucap Dewa
"Oom gak mau ngantar Dewa kalau Dewa belum makan dari sini" Ucap ayahnya Indri
"Iya deh om iya" Jawab Dewa
Dewa pun pergi ke dapur rumah Indri dan mengambil makanan kemudian dia pun makan. Setelah makan Dewa pun kembali ijin pulang kepada kedua orang tuanya Indri.
Dan kedua orang tuanya Indri pun mengijinkannya. Dewa pun pulang kerumahnya dengan diantar ayahnya Indri.
Sesampainya dirumahnya Dewa ayahnya indri pun singgah sejenak kemudian mengobrol dengan kedua orang tuanya Dewa setelah itu ayahnya Indri pulang. Namun, ibunya Dewa menggodanya.
"Ciee, ciee. Yang habis dari rumah mertua sampai gak ingat rumah"
"Apaan sih bu, oom kok yang ngehalangin Dewa" Jawab Dewa
"Hahaha"