"Kembalikan dong kertasnya, jangan yang itu yang dimasukkan ke lomba." ucap Dewa
"Udah sih, ini aja bagus loh." jawab Ningsih
Dengan wajah yang masam Dewa berkata,
"Jangan dong."
"Udah, ini aja sih ya?"
Hingga Dewa pun menyerah membujuk Ningsih. lalu dengan wajah yang pasrah dia berkata,
"Yaudah deh"
"Nah gitu dong, love you deh sama Dewa."
Dan mereka berdua pun berjalan menuju kantor dan sesampainya di kantor mereka pun langsung memberikan nasakh puisi Dewa ke panitia.
Sambil menyodorkan naskah puisi Ningsih pun berkata,
"Ini bu, naskah puisi dari kelas kami"
Sambil menerima naskah mereka bu Neli pun berkata,
"Ini naskah nya kami terima ya."
"Makasih ya bu" ucap mereka dengan serempak.
Setelah memberikan naskah Dewa mereka pun langsung menuju kelas. Sesampainya dikelas mereka pun berbincang.
"Ah, kamu mah, kan gara-gara kamu tadi saya dimarahi sama cewek IPA itu" keluh Dewa ke Ningsih.
"Yaudah sih, maaf Wa" ucap Ningsih
Dengan wajah sedih Dewa berbicara,
"Padahal ya, saya maunya ngirim puisi cinta, cuma udah terlanjur ngasih yang itu, yaudah deh."
"Hah?, puisi cinta buat siapa tuh?" tanya Ningsih dengan terkejut.
"Buat kamu, hahaha, oh iya Sih, minta nomor WA kamu dong"
"Untuk apa?"
"Ya, buat temen mengobrol aja"
Tak pikir panjang Ningsih pun langsung memberikan nomor WA nya kepada Dewa. Dan setelah pulang sekolah dan sesampainya dirumah Dewa pun langsung ngechat Ningsih.
"Sih, ini saya Dewa" ucap Dewa dalam chat Wa
"Iya Wa, ada apa?" tanya Ningsih ke Dewa
"Gak ada apa-apa, simpen ya nomor saya" Perintah Dewa ke Ningsih.
Dua hari kemudian classmeeting pun dimulai. Dan lomba pertama di pagi hari pertama adalah futsal. Tapi, Dewa yang menjadi pemain cadangan tidak memperdulikannya.
Dia langsung mencari tempat sepi yaitu di kelas hanya untuk membaca novel "Aku" sementara teman-temannya mendukung teman lainnya yang sedang bermain futsal.
Setelah usai pertandingan futsal, Ningsih pun ke kelas dan menemukan Dewa disitu sedang membaca novel "Aku". Kemudian Ningsih pun menghampiri Dewa.
"Wa, kok kamu gak ikut ngedukung kelas kita sih?" tanya Ningsih kepada Dewa
"Nggak, soalnya saya lagi baca novel," jawab Dewa
"Novel terus"
"Hehehe, soalnya novel ini bagus"
Sambil mendekatkan tubuhnya ke Dewa, Ningsih berkata,
"Mana coba? Saya mau liyat."
"Apaan sih kamu Sih?"
"Nggak, lihat dong Wa, saya juga mau baca"
Sambil memberikan bukunya ke Ningsih, Dewa berkata,
"Ini."
Mereka berdua pun membaca novel bersama. Ketika mereka sedang asik membaca novel itu, tanpa sadar mereka di awasi oleh salah satu teman mereka yaitu Deri.
Yang sedang mengamati mereka dari jendela kelas. Tak lama kemudian Deri pun masuk ke dalam ruang kelas. Namun, sebelum itu Deri memanggil teman sekelas lainnya terlebih dahulu.
"Ciee, ciee." Kompak dengan teman sekelas yang lainnya
"Lagi apa tuh?" tanya Deri
"Pacaran kok gak ngajak-ngajak sih?" tanya Ilham
"Gak ngapa-ngapain" jawab Dewa
"Alah, bohong, Jangan-jangan kalian mau berbuat mesum ya?" tanya Arif
"Kamu gila ya, Rif? Ya kali, kami mau berbuat mesum, lagian juga mana mau sih Dewa sama saya?"
"Hahaha, ciee Ningsih, ciee, ternyata diam-diam suka sama Dewa ya?"
"Nggak kok, cuma bercanda"
"Alah, bohong," ucap Dita dengan nada menggoda
"Kamu beneran suka sama saya, Sih?" Tanya Dewa
"Nggak kok," sambil meninggalkan Dewa dengan wajahnya yang malu
Setelah beberapa lama jam bel pulang sekolah pun tiba. Dan setelah shalat isya, Dewa pun ngechat Ningsih. Karena Dewa pun kepikiran dengan ucapan Ningsih yang keceplosan saat disekolah tadi.
"Assalamualaikum, Ningsih" salam Dewa
"Waalaikum salam, Wa, ada apa nih?" tanya Ningsih.
"Sih, apa benar kamu cinta sama saya?" tanya Dewa
Namun, Ningsih menjawab pertanyaan Dewa dengan berbohong kepada Dewa.
Hal itu dia lakukan hanya untuk mengetes kesungguhan Dewa,
"Hemmm, gimana ya, Wa?, sebenarnya sih iya, cuma saya udah pacaran, sama kakak kelas sih, Wa."
"Yah, terus kenapa tadi kamu malah ngomong, kalo kamu suka sama saya?, saya jadi bawa perasaan loh."
"Hemm,, masa iya sih, Wa?"
"Iyalah, soalnya saya memang bener-bener cinta sama kamu"
"Hemm,, serius, Wa?"
"Iyalah, Sih"
"Sebenarnya mah, Wa, saya tuh gak punya pacar, saya cuma bohong aja ke kamu cuma untuk ngetes seberapa besar cinta kamu"
"Hemmm"
"Kalo, kamu memang benar-benar cinta sama saya, sesudah pengumuman pemenang lomba puisi, besok kamu tembak saya dikelas secara langsung"
"Hemm,, beneran nih?, tapi diterima gak?" tanya Dewa untuk memastikan kesungguhan, Ningsih
"Iya, Dewa, sayang"
"Yaudah deh, besok saya tembak kamu secara langsung"
Keesokan harinya saat pengumuman lomba puisi di depan semua orang. Dewa mendekati Ningsih yang sedang berduaan dengan Dita.
Tak lama kemudian nama Dewa pun terpanggil sebagai pemenang juara 1 lomba cipta puisi. Dewa pun pergi ke panggung untuk berdiri di depan semua orang.
Namun, sudah ada Indri yang berdiri disana sebagai pemenang juar ke-2 dan Indri pun menatap Dewa dengan wajah kesal, tapi mereka tak saling berbincang.
Setelah pembagian hadiah, Dewa pun menghampiri Ningsih hanya untuk mengungkapkan perasaannya didepan semua orang.
"Sih," seru Dewa kepada Ningsih
"Apa, Wa?" sahut Ningsih.
Dewa pun langsung mengungkapkan isi hatinya ke Ningsih lewat puisi yang di bacakan di depan semua orang.
(Penulis)
"Aku penulis dan kamu matahari terbit yang mengusir embun dingin pagi hari.
Aku penulis dan kamu adalah seekor burung merpati yang berada di suatu kandang.
Kamu sendirian dan merenungi nasib orang-orang yang memakan bangkai-bangkai.
Aku penulis dan kamu adalah bunga yang melebarkan kuntum-kuntumnya supaya terlihat indah.
Di taman ini hidup adalah kisah untuk diceritakan dan waktu sesingkat cerita pendek.
Namun, aku adalah penulis dan kamu adalah air yang terjun dari bukit-bukit kau basahi tubuhku dengan cinta. Tapi aku tak mengerti kerinduan, kau menjelma langit terang dan aku adalah penulis yang tak mengerti gambar-gambar.
Hidup adalah perjudian yang harus mengorbankan sesuatu untuk sesuatu.
Tapi, aku adalah penulis dan kamu adalah sebuah buku, aku tumpahkan kata-kata untuk aku lekatkan didalam dirimu supaya kamu menjelma bait-bait puisi."
Dan karena puisi Dewa itu semua orang kecuali para guru menatap ke arah Dewa dan Ningsih.
Dengan suara pelan para murid pun berkata,
"terima, terima, terima" ucap para murid sambil bertepuk tangan.
Dengan tersipu malu, Ningsih pun menjawab
"Hemmm, iya, saya mau jadi pacar kamu."
Setelah kejadian itu, Dewa dan Ningsih pun pacaran dan sering berduaan di waktu istirahat dan sering bercanda disaat jam belajar.
Hingga mereka berdua sering sekali terkena hukuman. Namun, hubungan mereka tidak berjalan lama karena saat mereka tukaran HP. Dia mendapatkan seorang pria yang mengaku kakak kelasnya dan juga mengaku sebagai pacarnya Ningsih.
Karena hal itu mereka berdua pun putus. Lalu dirinya pun membuat satu puisi untuk mengungkapkan kejadian itu dan memberikannya kepada Ningsih lewat kertas yang ditulisnya.
" Kebangkitan
Aku turunkan hujan
Jatuh tersesat dihutan-hutan
Menjelma embun pagi buta
Tidak mengatakan apa-apa.
Menjelma lorong kosong
Hening tanpa suara.
Dan apakah cinta selalu meninggalkan luka?
Kenangan hanya bayang-bayang
Rupa wajah tinggal kenangan
Seringai hanya ketepak bekas tangan
Aku tinggalkan dijalan cerita.
Karena cakrawala dan ufuk selalu menjanjikan cahaya setelah datang kelam."
Karena kejadian perselingkuhan itu akhirnya mereka berdua bermusuhan. Doni dan Jepri yang mengetahui kejadian itu juga karena mereka sekelas dengan Indri yaitu IPA 2.
Maka, Doni dan Jepri mengajak Dewa ke kelas tersebut. Hingga Dewa pun terlalu sering main ke kelas mereka bukan lagi hanya untuk bertemu mereka namun, juga untuk bisa melihat Indri. Hingga dia meminta nomor wa Indri.