3 bulan bekerja di Bank itu. Saat kantor ada meeting area Jatim, aku berkenalan dengan seseorang bernama Ali. Usianya sudah 26 tahun saat itu. Dan dia memang sedang mencari calon istri. Dia orangnya dewasa punya planning matang, aku suka tipe lelaki yg punya planning matang akhirnya kita pacaran.
Selama pacaran Ali mengatakan serius dan siap untuk memintaku di depan papaku. Dan saat ali berkenalan dengan orang tuaku mama dan papaku setuju jika aku melanjutkan ke jenjang yg lebih serius sama Ali.
Papa mulai sembuh dan kini papa melamar menjadi sopir travel Surabaya - Blitar. Tiba - tiba papaku ingin tinggal di Mojokerto. Papa ingin membuka usaha warung sate. Aku selalu mendukung apa yg di harapkan papaku. Aku membantu sebagian untuk membeli peralatan warung makannya.
Hari itu aku dan Ali berencana untuk mengunjungi papa dan mama di Mojokerto. Untuk membantu papa memulai membuka usahanya. Malam itu sepulang kerja aku berangkat ke Mojokerto. Aku sempat gak masuk kerja karena capek tapi aku alasan papaku sakit.
Dan sampai sana papaku memberi wejangan banyak ke Ali sampai jam 4 pagi. Aku tertidur jadi aku tidak tahu apa yg di bicarakan. Saat aku bangun matahari mulai bersinar menandakan sudah pagi.
Aku dan Ali berencana membeli sarapan dan perlengkapan yg kurang. Saat itu papa meminta aku untuk membeli kursi dan meteran. Ali sempat heran,
"yank, belum ada kayu dan papan kok mau beli meteran?"
"mungkin sudah pesan."
Saat aku pulang mama sudah memasak seadanya mengingat aku dan Ali terlalu lama karena memang jauh dari pasar.
Lalu papa menelepon
"cepat pulang mbak keburu dingin lauknya."
Dan aku mengiyakan. Sampai dirumah aku dan Ali sarapan paling terakhir. Setelah makan aku tidur di paha papa seperti ingin di manja papa. Begitupun papa yg membelai halus rambutku.
Sore haripun tiba. Kakak dari papaku mengunjungi gubuk kecil orang tuaku. Memang di Mojokerto papa dan mama menyewa satu petak kamar kos dengan biaya per bulan 300 ribu. Bude Nur sapa kami memanggilnya. Bude Nur ternyata mau mengganti plat nomor motornya yg telah di perbarui suratnya, memanggil papaku yg saat itu barusan tidur. Papaku langsung kaget mendengar panggilan bude langsung bergegas untuk mengambil kunci Inggris.
Papaku jongkok lalu berdiri, dan tiba - tiba papa pingsan tak sadarkan diri. Mama yg melihat papa jatuh sontak langsung teriak dan meminta tolong.
Lalu Ali dan tetangga kos membantu mengangkat papa ke kamar. Namun saat itu aku terheran kok papa bandannya dingin. Saat itu masih ada nafasnya. Ali langsung bergegas membawa mobil dan mengantar ke rumah sakit terdekat. Namun kata tetangga daerah sini memang jauh dari rumah sakit. Selama perjalanan mama hanya menangis memeluk papa.
Jalan yg terjal tak jadi penghalang untuk kami membawa papa ke rumah sakit. Sesampai di rumah sakit pihak rumah sakit langsung membawa papa ke UGD. Namun sayang, ternyata papa sudah meninggal 30 menit yg lalu kata dokter.
Suasana langsung pecah dengan tangisan mama tak kuasa menahan tangis dan beberapa kali pingsan karena kehabisan oksigen. Di posisi ini aku harus tegar karena mama sangat membutuhkan aku. Aku sangat menahan tangis. Karena aku gak mau mama terlarut dalam kesedihan ini. Dokter tiba - tiba memanggil dan menanyakan mau dimakamkan dimana jenazah papa. Aku yg saat itu telah menerima gaji tak pikir panjang langsung menyewa ambulans untuk mengantarkan papa ke Blitar.
Mama dan Bude ikut di Ambulans sebagai penunjuk jalan. Sopir ambulans itu melaju sangat kencang karena dia sudah biasa membawa jenazah malam hari dan melewati jalan yg tebing. Mobilku di belakang papa tidak bisa mengikuti karena kami berjalan pelan - pelan karena belum tau medan. Sesampai di rumah
Keluarga menangis histeris.
Jenazah papa langsung di mandikan. Mengingat hari sudah menjelang shubuh pak ustadz menyuruh untuk dimakamkan besok pagi sekalian untuk menunggu semua saudara berkumpul. Mama sampai pagi tak henti menangisi papa. Dan bahkan mama tidak mau makan karena sangat sedih kehilangan papa.
Saat semua berkumpul pak ustadz meminta untuk memaafkan kesalahan jenazah semasa hidupnya. Setelah semua ikhlas baru di makamkan. Papa akan dimakamkan di dekat pemakaman kakek. Aku ikut mengantar jenazah dengan Bude. Kami jalan kaki sejauh 5 KM. Aku masih tak percaya semua ini bisa terjadi. Aku tidak masuk kerja selama 7 hari sampai 7 harinya papa. Setelah itu aku memutuskan untuk resign dari perusahaan. Untuk menjaga mama.
Sebulan setelah semua ini terjadi tiba - tiba mama berubah pikiran untuk menikahkanku dengan Ali. Saat ku tanya alasannya kenapa pun tak jelas. Dan yaaa lagi - lagi aku tetap menuruti apa kata orang tuaku. Karena bagiku restu orang tua adalah yg paling penting dalam rumah tangga. Ali sempat tidak bisa terima keputusanku. Namun selang berjalannya waktu kita bisa hidup masing - masing.