"Persetan dengan dirimu, aku akan tetap pulang bersama Leony walau tidak searah. Kau tidak melarang ku kan Leony?" ujar Shouki lalu menoleh dan memasang wajah memelas pada Leony.
"Errr...." Leony terlihat bingung, ia tidak tega pada Shouki. Namun wajah Abare sudah terlihat masam. "Errr....Aku pulang sendiri aja teman-teman, sayonara¹"
Leony bergegas melangkah pergi dengan cepat sembari menoleh ke arah mereka berdua dan melambai.
Leony adalah orang yang tidak enakan untuk menolak ataupun membuat orang lain kecewa. Jadi memilih antara Abare dan Shouki tentu sama membuat dirinya dilema. Jadi daripada membuat salah satu dari mereka kecewa, buat saja dua-duanya tidak dapat. Hmm, prinsip yang bagus.
Masih di halaman depan sekolah, Abare dan Shouki saling adu mulut perkara Leony. Abare menyalahkan Shouki yang memaksakan kehendaknya untuk pulang bersama si gadis tercinta, dan Shouki pun menyalahkan Abare juga karena Abare tidak mau mengalah membiarkan ia dan Leony pulang berdua. Aneh sekali Mereka ini.
Namun pada akhirnya mereka menyusul Leony yang sudah sepertiga jalan menuju rumahnya.
'Semoga mereka tidak berkelahi lagi,' ujar Leony membatin.
Kebiasaan berjalan kaki sudah mendarah daging dalam kehidupan orang Jepang sehari-hari. Bukan berarti mereka tidak mau menggunakan transportasi pribadi, hanya saja mereka orang-orang yang lebih tertib dan menjaga lingkungan. Memakai sepeda, berjalan kaki, dan memakai transportasi umum, mereka lakukan untuk menjaga lingkungan. Jepang memang negara yang sangat bersih dan teratur, bahkan kalian dapat melihat kolam ikan koi dadakan yang sangat bersih dan bening di sepanjang saluran air selokan di sana.
Dan sekarang Leony tengah memberi makan ikan koi di sana, sedikit umpan ikan yang ia tabur perlahan langsung disambar oleh beberapa ikan yang kebetulan sedang berkumpul di situ. Namun baru saja ikan-ikan itu makan dengan tenang dan langsung terusik oleh dua orang lelaki yang tak henti-hentinya berkelahi dan membuat keributan sedari tadi. Ikan-ikan itu langsung berpencar menjauh dari Leony. Ia merasa sedikit kesal karena kegiatannya memberi makan dan memandangi ikan terganggu oleh dua orang itu.
"Berhenti berkelahi!" seru Leony, jarang-jarang ia menegur dengan ekspresi marah seperti itu. Abare dan Shouki seketika terdiam. "Lihat itu! ikan-ikannya menjauh karena kalian!"
Kini Leony yang merajuk, ia pergi dari sana dengan menghentak-hentakkan kakinya. Nampak sekali kalau ia sedang kesal. Sebenarnya Leony jadi sensitif begini karena ia dalam masa-masa datang bulan. Abate dan Shouki langsung senyap seketika, tidak ada lagi adu mulut antara mereka berdua, walau mereka masih diam-diam mengikuti Leony dari belakang.
Berbelok, masuk ke dalam gang perumahan lain lalu sampailah mereka ke sebuah perumahan yang bernama komplek Hanagami. Masuk sedikit lagi dan mereka menemukan sebuah rumah dua lantai dengan sebuah papan bertuliskan nama 'Akira'.
Leony sudah masuk terlebih dahulu ke dalam pekarangan rumah tersebut, Abare dan Shouki langsung melengos tanpa menyadari ada seorang pria paruh baya berkumis dengan kemeja warna biru tua berada di belakang mereka dengan tatapan dingin.
Baru selangkah mereka masuk ke dalam pagar tapi sudah ada dua buah tangan yang menahan masing-masing dari kepala Abare dan Shouki.
"Mau ke mana kalian berdua? saya rasa saya tidak ada mengundang anak laki-laki ke rumah saya."
Abare dan Shouki menelan ludah kasar, mereka berusaha menoleh ke belakang dan mendapati pria paruh baya dengan tatapan dingin menatap mereka berdua.
"M-maaf Oji-san¹ saya adalah temannya Leony." Shouki mengucapkan itu tanpa perasaan ragu, padahal baru sehari bertemu dengan Leony tapi sudah merasa kalau Leony menganggapnya sebagai orang dekatnya.
"Bohong Oji-san, dia mengikuti Leony sedari tadi. Dia berniat tidak baik pada Leony, maka dari itu saya mengikutinya untuk menjauhkan orang jahat ini dari Leony," sanggah Abare dengan memfitnah Shouki.
Sedikit lagi dan pertengkaran terjadi lagi, tapi ayahnya Leony langsung memotong perdebatan mereka.
"Lebih baik kau pulang Abare, rumah mu ada di depan sana dan jangan salah masuk pekarangan rumah lagi." Ayahnya Leony lalu menoleh ke Shouki. "Dan kau Shouki, sebelum saya bilang pada ibumu kalau kau berperilaku aneh-aneh. Lebih baik kau pulang sekarang."
Abare mengernyit, perkataan ayahnya Leony memberitahu seakan-akan beliau mengenal orang tuanya Shouki. Dia jadi penasaran dibuatnya. Namun daripada memikirkan itu sekarang, ia lebih memilih bergegas pergi dari sana dan menuju ke arah rumah
Ia masih ingin terlihat baik di depan calon mertua. Ya, calon mertua.
Shouki sendiripun melakukan hal yang sama, ia juga tidak ingin mendapatkan predikat yang jelek di mata calon mertuanya. Ya, calon mertua.
Tunggu, apa mungkin Leony akan punya dua suami? tidak, tentu saja ia harus memilih antara mereka berdua nantinya.
*****
Leony mengintip dari balik jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Ia merasa bersalah ketika melihat dua lelaki itu diusir secara halus oleh ayahnya. Tapi Leony melakukan itu agar mereka berdua tidak terbiasa untuk semau mereka sendiri. Ia juga bosan kalau harus mendengar adu mulut Abare dan Shouki hampir seharian ini.
TING
Sebuah pesan masuk di ponselnya. Leony mengambil ponselnya dan mendapati pesan dari nomor yang tidak ia kenal.
'Leony. ini aku, Shouki. Aku mendapatkan nomormu dari Momo. Maaf kalau aku lancang memintanya, tapi sebagai teman sekelas aku ingin lebih dekat denganmu. Tolong simpan nomorku ya.'
Leony sedikit melipat bibirnya. Ia lalu hendak menekan tombol 'save' pada nomor tersebut. Namun seketika ada satu pesan lagi. Dan itu bukan dari Shouki, melainkan dari Abare. Astaga, mereka itu sehati tapi berlawanan.
'Mochi bodoh, jangan terima pesan apapun kalau seandainya ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Aku tadi melihat orang sial*n itu mengobrol dengan Momo dan di tangan mereka berdua ada ponsel. Jangan sampai kau simpan nomornya, bila ada invitasi pertemanan dari si sial*n itu juga jangan diterima. Kau harus hati-hati dengan orang itu. Tapi jangan berpikiran aneh-aneh! aku bukannya mengkhawatirkan dirimu atau cemburu! aku hanya mengingatkan saja kau tahu itu!'
Leony memijat pelipisnya, lama kelamaan dia bisa botak kalau melihat sikap mereka berdua itu. Baru bertemu dan kenal satu hari saja sudah seperti orang yang perang dingin bertahun-tahun.
"Kau sudah berkenalan dengan Shouki?" Seorang wanita paruh baya yang punya surai serupa dengan Leony masuk ke dalam kamar Leony dan menepuk pelan bahu anaknya dengan lembut.
"Eh? Okaa-san² kenal Shouki?" tanya Leony heran. Dirinya saja baru kenal Shouki hari ini, tapi rupanya sang ibu sudah kenal lebih dulu nampaknya.
"Iya, dia anak temannya Okaa-san. Dia pindah ke sini karena dia rindu kampung halamannya, jadi sampai lulus SMA dia ingin sekolah di sini," ujar mamanya Leony.
"Hoo begitu," balas Leony sembari mengangguk paham. "Aku sudah berkenalan dengannya, kami jadi teman yang baik. Yeah, walaupun dia tadi sempat membuat Leony kesal." Leony menyisir rambutnya, dan mengikatnya ke belakang. "Tadi dia juga mengirim pesan, dia mendapat nomorku dari Momo. Aku terkejut sewaktu dia mengirim pesan padahal aku belum memberinya nomorku."
Sang ibu tersenyum lalu berbisik pada Leony. "Bisa saja dia suka sama kamu Nak."
Leony mengerjakan mata. Dasar ibu-ibu, begitulah pikirnya.
"Tidak Kaa-san, dia melakukan itu karena ingin menjalin pertemanan dengan teman sekelas. Mama jangan berpikiran terlalu jauh, lagipula kalaupun dia suka aku tidak bisa membalas perasaannya," ujar Leony.
Mamanya Leony seketika mengernyit heran. "Kenapa begitu? padahal dia anak yang baik. Keluarganya juga baik-baik, orangnya ganteng, sopan, tidak seperti tetangga seberang rumah kita itu."
Leony tahu siapa yang ibunya maksud. Entah kenapa sedari dulu orang tuanya seperti tidak suka pada Abare. Ia tahu kalau alasan pertama pasti karena sikap Abare yang kasar dan suka berkata kasar, tapi kalau itu saja sepertinya takkan membuat kedua orang tuanya seperti itu.
"Ah Leony malas membahas hal-hal seperti itu. Okaa-san sudah masak belum? kalau belum aku bantu ya ma," ujar Leony sembari keluar ruangan lebih dahulu.
Mamanya Leony hanya bisa terdiam melihat anaknya yang nampak tidak tertarik pada pembahasannya mengenai Shouki.
Lalu suara ponsel yang berdering menggema di ruangan tersebut, wanita paruh baya yang memakai baju terusan berwarna merah marun itu segera mengangkat ponselnya dan menjawab panggilan tersebut.
"Ah iya Miyuri, aku sudah berbicara dengan anakku. Mereka berdua akan menjalin hubungan yang lebih dekat ke depannya."
Author's note :
1. Oji-san : panggilan paman dalam bahasa Jepang. Dalam menyebut anggota keluarga punya berbagai macam cara tergantung situasi dan bagaimana memanggilnya. Untuk yang ini, pemakaian kata diperuntukkan untuk menyebut lawan bicara kita.
2. Okaa-san : panggilan ibu dalam bahasa Jepang. Pemakaian kata ini sama seperti peruntukkan kata Oji-san.