Kini ke tiga pasang mata menatap sorot mata yang berada di kursi ujung meja makan dengan tatapan mengintimidasi, Nyonya Ferdi menghentikan kegiatan nya mengupas kulit buah apel,ia melirik ke arah suami nya dan juga ketiga orang yang tengah berdiri di ujung meja makan bersebrangan,ketiga nya mencium punggung tangan orang tua Amanda,kemudian kembali kepada posisi semula.
"Hei,nak Anton,nak Clara, silahkan duduk,apakah kalian sudah makan malam ini,aku ada membuat sup jamur hari ini"
"Oh terimakasih Makcik,kami sudah makan di luar bersama Amanda selepas jam lembur kami selesai"
Clara menyambut sapaan hangat dari Nyonya Ferdi.
Nyonya Ferdi tersenyum hangat,tapi tidak dengan Tuan Ferdi,sorot mata nya seperti tengah menyelidiki kasus pembunuhan terbesar yang belum terpecahkan, Amanda tak berkutik mengahadapi kenyataan ini.
"Apakah kalian sedang tidak membohongi kami!"
Lagi dan lagi ketiga nya harus menelan saliva nya mendengar pertanyaan mematikan dari Tuan Ferdi
"Maaf Pakcik,kami tidak berkata bohong,saya berlaku sebagai Manager yang menaungi kegiatan mereka selama lembur tadi,so,kami menghantar Amanda pulang sebagai bentuk tanggung jawab"
"Baiklah,aku percaya"
Jawaban Tuan Ferdi terasa dingin,membuat Nyonya Ferdi merasa tidak enak hati pada mereka,ia melirik putri nya kemudian beralih kepada dua rekan kerja nya, bagaimana bisa suami nya bersikap dingin seperti ini pada orang lain.
"Maafkan Pakcik, kondisi hati nya saat ini sedang tidak baik,aku harap kalian dapat memakluminya"
"Baiklah bukan sebuah masalah, sepertinya hari sudah malam,kami pamit pulang Pakcik, Makcik, permisi"
"Tuan Manager Anton, Clara, terimakasih sudah mengantarkan ku pulang dan menjelaskan kepada Ayah ku"
"Bukan masalah Amanda,sampai bertemu kembali di kantor"
Sahut Clara juga mewakili Anton, Tuan Anton paham betul kerumitan yang tengah di hadapi karyawan terdekat nya itu.
Kedua nya tersenyum membalikkan posisi mereka sebelum benar-benar meninggalkan kediaman Amanda.Saat keduanya sudah benar benar tak terlihat Amanda segera menuju bilik kamar nya yang berada di lantai 2.
__________________________
Esokkan hari nya, Amanda sudah bersiap untuk melesat pergi ke kantor, suasana hati nya belakangan ini benar-benar sedang tidak baik,hubungan antara Ayah dan anak dan juga memikirkan kondisi Daniel yang sejak semalam belum juga memberi kabar perkembangan kondisi nya saat ini.
Dengan cepat Amanda menuruni anak tangga menuju pintu utama,sebelum jauh kaki nya melangkah panggilan dari seseorang dari arah dapur menggema menghentikan langkah kilat nya itu.
"Kau tidak sarapan terlebih dahulu nak?"
Suara lembut itu, Amanda sangat rindu,beberapa hari ini saat akan berangkat kerja Amanda begitu terburu buru dengan sengaja tidak menggabungkan diri nya untuk sarapan,dan sesudah ia pulang bekerja Amanda lebih dulu makan di pinggir jalan kemudian mengurung diri nya di kamar.
"Aku sedang terburu-buru ibu,aku akan membeli sarapan di dekat kantor"
Amanda mendekat kemudian memeluk hangat wanita paruh baya itu, mencium punggung tangan nya dan melesat menuju pintu utama sebelum Ayah nya keluar dari kamar, Nyonya Ferdi menatap kepergian putri kesayangan nya itu dengan senyum getirnya,ia tahu putri nya sedang menghindari kontak dengan Ayah nya pasca peristiwa di ruang keluarga itu.
The Prime Tower Business.
Amanda begitu fokus pada layar komputer nya, sesekali jari jemarinya mengetik setelah mata nya menyeleksi tiap tiap baris
"Permisi Nona Amanda"
Seseorang memanggil namanya dengan suara yang begitu keren,suara serak dan maskulin.
Amanda mengalihkan pandangan nya menatap seseorang yang memanggil namanya tadi.
"Oh kau Wijaya,ada yang bisa ku bantu?"
Amanda tercenga di dapati pemilik suara serak itu adalah Wijaya,ahh iya benar memang itu suara milik Wijaya,ia pernah mendengar nya ketika wawancara di ruang personalia.Wijaya tersenyum kikuk menatap manik mata cokelat milik Amanda,setelah sadar gesture nya dapat di curigai Wijaya berusaha menetralisir yang terjadi.
"Ahh iya,aku ingin menyerahkan dokumen ini.
ini adalah laporan pembangunan gedung baru Store Frenchies di Georgetown,sudah di lengkapi pajak yang telah terbayar di awal"
"Bagaimana bisa? bukankah harus ada surat pengantar dari ku untuk melakukan semua pembayaran?"
"Surat tersebut sudah di buatkan oleh Nona Clara beberapa hari lalu"
"Oh,baiklah aku akan menginput laporan ini setelah pekerjaan ku selesai,aku harus memeriksa nya terlebih dahulu,nanti akan ku kembalikan berkas ini setelah aku memeriksa nya"
"Baik Nona,saya permisi"
Amanda melempar senyum menjawab ucapan pamit Wijaya kepada nya,pada sisi lain, Wijaya merasakan perasaan nya hanyut bersama senyum indah milik Amanda,senyum yang dapat memalingkan perhatian siapapun yang melihat nya.Harus di akui,kulit putih langsat milik Amanda berpadu dengan bibir tipis dan mungil miliknya begitu memabukkan,pahatan hidung nya yang simetris dengan hiasan tahi lalat yang bertengger di tulang pipi ranum nya ia tampak begitu memikat para pria untuk bertekuk lutut mendambakan diri nya,bentuk mata yang sedikit bulat dengan lengkuk eyelash begitu seirama dengan manik mata cokelat nya,bulu alis yang padat menjalar dengan jarak dekat bahkan hampir menyatu,rupa wajah Amanda lebih spesifik dengan gadis gadis di negara Timur Tengah,sungguh gadis melayu paling di idam kan.
*Drrrrttttt*
ponsel milik Amanda berbunyi,ia melirik pada layar ponsel nya kemudian menarik keatas garis bibir membentuk sebuah senyuman kendati dirinya mengetahui siapa yang menelpon nya.
"Hallo Niel,how are you today?"
"Ohh, syukur Alhamdulillah,aku senang mendengar nya,kau membuat ku gusar sepanjang malam menunggu kabar mu"
"Hmm,ya baiklah,jaga dirimu baik baik dan jangan terlambat untuk makan,ingat!!"
Setelah mendapat kabar dari Daniel,waktu nya terasa ringan dari pada sebelumnya,sampai tiba di saat jam makan siang, Amanda melihat seorang pria tengah mencari space kosong untuk dapat duduk menikmati makan siang nya,namun sayang seluruh tempat sudah terisi,dari raut wajah nya nampak pasrah.
"Wijaya"
Sosok pria yang di panggil oleh Amanda memalingkan pandangan nya mencari sumber suara, Amanda melempar senyum yang lagi dan lagi berhasil membuat Wijaya merasa hanyut
"Nona Amanda, Nona Clara"
Kedua nya tersenyum dengan mengangkat tangan nya,sambutan yang cukup ramah di rasa sebagai seseorang yang belum lama mereka kenali.
"Kau sedang mencari tempat? bergabung lah bersama kami,aku rasa semua space sudah penuh terisi"
Kaku!ya terasa membeku tubuh Wijaya di hadapan gadis melayu yang sejak awal jumpa dapat memalingkan perhatian nya dalam hal apapun, Amanda melihat kesungkanan dari gesture dan juga air muka nya, Amanda memahami itu.
"It's okay, bergabung lah itu bukan suatu masalah,oh iya dimana Saleem?"
"A-a-ada,ia sedang memesan makanan, sebentar lagi mungkin"
Amanda hanya mengangguk perlahan tanda paham,pada sisi lain Clara melihat ada kejanggalan pada tingkah Wijaya menanggapi lawan bicaranya itu, sepertinya Clara harus menyelidiki lebih lanjut.
__________________________
1 Minggu kemudian
Hari bergulir tanpa bisa di hentikan,namun hingga saat ini hubungan antara Amanda dengan Ayah nya belum terlihat tanda tanda sudah membaik.
Juga selama satu minggu ini Amanda belum bertemu lagi dengan Daniel,mungkin ia terlalu sibuk karna beberapa tugas nya terbengkalai akibat sakit kemarin,hari Amanda terasa sedikit kosong,ia merasa sangat rindu pada kekasihnya itu juga pada kehangatan keluarga nya.
ponsel Amanda berdenting
"Sayang, bisakah kita bertemu sore ini?di cafe dekat sungai tempat kita biasa bertemu"
Bagai tanah yang tandus tersirami air hujan selama kemarau panjang,jiwa Amanda kembali tumbuh seperti rumput hijau yang basah terbalut embun.
Selepas jam kantor dengan penuh semangat Amanda berjalan keluar dari The Prime Tower Business,ia sudah menghubungi agen taxi membooking satu unit taxi untuk bertemu dengan Daniel.
10 menit akhir nya Amanda sampai di tempat yang sudah di janjikan Daniel untuk bertemu dengan nya, langkah Amanda begitu cepat karna ia tidak ingin Daniel menunggu diri nya terlalu lama,perasaan bahagia nya tidak dapat ia tutupin lewat raut wajah malaikat nya itu, Amanda terus mengumbar senyum sampai tiba di meja yang sudah di janjikan juga Daniel yang sudah terlebih dahulu menunggu dirinya disana.