Didalam ruang HRD tampak wajah tampan Beni yang sudah dingin,bertambah semakin dingin.
Perlakuan Amanda terhadap dirinya sudah benar-benar membuatnya merasa terabaikan,perbuatan yang mencoreng wajah juga tahtanya,seorang HRD manager yang akan menjadi CEO The Prime,seperti keledai bodoh di mata seorang gadis yang hanya staff biasa,yang bekerja di perusahaan yang sedang ia coba kelola.
"Aaaaaaarrggh,sial!!!! berani-berani nya kau mengabaikanku Amanda,kau membuatku tampak seperti keledai tua bodoh,kau....kaaauuu...."
Jari jemari Beni mengumpul,membentuk sebuah kepalan persis seperti bom yang akan tiba waktu nya untuk meledak.
BUGH
Tembok yang merupakan sekat pembatas antar ruangan menjadi saksi bisu atas kemarahan pria tampan pemilik ruangan bernuansa classic itu,kepalan tangan kekar itu menghujam tembok,agar emosi yang terbendung dapat terlampiaskan sebagaimana mestinya.
_________________________
Pada jam makan siang tiba, Amanda tetap memilih untuk stay di meja kerjanya,ia melahap pastry untuk makan siang nya sisa dari sarapan nya pagi tadi, Amanda mengunyah dengan santai pastry kesukaannya itu sambil sesekali membayangkan hal-hal indah yang pernah ia lalui bersama Daniel kala itu.
Hal itu membuat Amanda tersenyum getir mengingatnya,sejurus kemudian tiba-tiba saja bayang wajah Beni masuk kedalam lamunan nya,sontak membuat Amanda berhenti mengunyah makanan nya karna tersedak.
Uhuk..uhuk..uhuk..
Dengan cekatan tangan Amanda berhasil meraih botol air mineral yang ia beli dari minimarket bersamaan ia membeli pastry pagi tadi,setelah menghabiskan berapa teguk Amanda terdiam membeku, dirinya kembali mengingat perlakuan tidak menyenangkan yang di torehkan pada pria tampan namun dingin itu.
"Apakah aku sudah melewati batas?apa mungkin Tuan Manager Beni..."
Amanda tidak dapat menyelesaikan ucapan nya,ia merasa tidak tenang pada pikiran nya tentang Beni,pasal nya jam makan siang sudah berlalau 20 menit tapi ia belum juga melihat Beni pergi keluar untuk santap siang melewati meja kerjanya.
Amanda bertekad untuk segera menuju ruang manager HRD, Amanda berjalan menyusuri lorong menuju ruang kerja Beni,hanya ada beberapa orang saja yang memilih untuk stay di meja kerja mereka dengan makanan yang menemani deadline pekerjaan mereka,untung saja mereka tidak memperhatikan kedatangan Amanda.
Tok..Tok..Tok..
"Permisi Tuan,bisakah saya masuk kedalam?"
Seolah percaya diri bahwa Beni masih berada di dalam ruang kerjanya, Amanda mengetuk berkali-kali pintu yang ada dihadapan nya itu,tapi sungguh sayang,nampak nya tidak ada jawaban dari dalam ruangan itu.
Sejurus kemudian Amanda memutar balikkan tubuh nya,ia mengurungkan niat untuk bertemu dengan pria tua dingin yang sangat menyebalkan itu,namun seperdetik kemudian ia dikejutkan oleh seseorang yang tengah berdiri entah sejak kapan berada di belakang tubuh mungil nya itu, Amanda terperanga melihat sosok tinggi semampai itu.
Wajah tampan nya yang dingin tetap memancarkan aura dingin setiap siapapun yang tertangkap oleh manik mata hitam pekat itu, Amanda tertegun menatap mata indah milik pria dingin itu,entah kali ini ia merasa sedikit teduh saat bola mata nya bertemu dengan milik Beni.
"Sedang apa anda berdiri di depan ruangan saya NONA AMANDA"
Terdengar penekanan kalimat pada nama nya, Amanda menelan saliva nya dengan terpaksa,sudah benar ia mengikuti pikiran logis nya,tidak perlu menyambangi si Tuan jumawa ini tapi ia melawan pemikiran nya demi suatu hal yang lebih manusiawu,lalu pada kenyataan nya ia memang tidak punya perasaan lembut barang sedikitpun, sungguh sial.
Melihat Amanda terdiam Beni tak sabar mendengar penjelasan yang keluar dari mulut Amanda,sekalia lagi ia memberikan penekanan atas partanyaan nya itu,sehingga Amanda terkesiap mendengar nya.
"Saya hanya ingin memastikan keadaan anda saja Tuan"
Tutur Amanda lantang ketika ia terkesiap mendengar pertanyaan Beni yang penuh penekanan,seketika Amanda menutup mulut nya menggunakan kedua tangan nya, Amanda menyadari betapa ceroboh nya ia,sudah pasti ia sangat malu sekarang,mendengar itu Beni tersenyum sekilas kemudian raut wajah nya kembali dingin agar terlihat tetap berwibawa.
"Untuk apa?Dan seperti yang anda liat Nona,saya baik-baik saja"
Wajah Amanda tertunduk malu saat ini,ia benar benar mengutuk dirinya yang tidak mengikuti pikiran logis nya,melihat tingkah jumawa Beni membuat Amanda semakin kesal padanya,kali ini tidak akan ada maaf untuk si tua bangka itu.
"Dasar tua bangka menyebalkan!"
Amanda mengumpat dalam hati nya,sejujurnya ia ingin sekali melontarkan sumpah serapah di hadapan Beni,mungkin saat ini adalah waktu yang tepat namun lagi dan lagi keinginan itu harus ia urungkan demi ia tetap bisa bekerja di tempat ini.
"Jika tidak ada kepentingan ada baiknya anda kembali bertugas atau melanjutkan makan siang anda Nona berhubung jam makan siang tersisa 30 menit lagi"
"Baik tuan,saya permisi"
Sejurus kemudian Amanda berjalan meninggalkan lorong area HRD,sedikit menjauh dari lorong Amanda menghentak hentakan kaki nya pertanda ia sangat kesal pada pria tua bangka itu,namun di lain sisi Beni justru mengintip tingkah menggemaskan Amanda,Beni tampak tersenyum melihat ekspresi kekesalan gadis itu atas ucapan nya,huh Amanda yang malang.
Amanda yang masih tampak kesal mencari keberadaan sahabat nya, Clara.
Berjalan dengan penuh rasa kesal,seolah-olah ia akan memakan orang secara hidup-hidup dalam keadaan utuh,terlebih orang yang sangat ingin ia makan adalah si tua bangka Beni.
"Oh God akhir aku menemukanmu disini Nona Clara,senang sekali kau menikmati salad buah dan berguyon ceria bersama,kau Tuan Manager Anton!"
Meskipun masih di dalam ruang lingkup Kantor,akan tetapi Amanda terlalu sulit mengatasi kekesalan nya hari ini atas perlakuan Beni,dan untung saja Clara dan juga Anton berada di area khusus manager istirahat,area tersebut hanya dapat di akses atas beberapa ketentuan dan tentu saja karna diluar konteks kerja Anton dan Clara adalah sahabat nya,maka Amanda mendapatkan akses yang sama dengan Clara selaku kekasih Anton.
"Oh com'on Amanda, bisakah kau sedikit lebih tenang,ini masih di ranah umum"
Clara tampak memekik protes medapati kedatangan sahabat nya dengan keadaan uring-uringan,namun Amanda tampak tak mau ambil pusing,baginya sudah amat sangat salah menuruti saran dari Clara dan juga melawan logika nya, Anton hanya tersenyum seraya menggelengkan kepala nya menatap kedua gadis belia dihadapan nya tengah beradu mulut.
"Sudah aku putuskan untuk tidak akan pernah membuka celah pertemanan untuk si tua bangka dingin itu"
"Maksudmu Tuan Manager Beni?"
Wajah Clara tampak sedikit bingung juga bercampur dengan wajah yang sedang berusaha menahan tawa nya,ia sudah sangat yakin jika arah pembicaraan ini menyangkut Beni.
Karna julukan pria tua bangka dingin hanya di tujukan pada Beni dari hati terdalam Amanda.
"Aku sama sekali tidak ingin mendengar namanya,dan kau Clara jangan sekali-kali nya mencoba untuk membujukku,juga termasuk kau Tuan Manager Anton"
Setelah menguapkan isi hati dan kekesalan nya lantas Amanda pergi berlalu begitu saja, Clara dan juga Anton kini saling tatap sejurus kemudian mereka tertawa bersama,menertawakan sikap menggemaskan Amanda saat kesal.
"Kira-kira apa yang dilakukan Beni pada Amanda sampai si keras kepala itu merasa kesal bukan kepalang"
"Entahlah,kita sama-sama tahu bukan,Beni sahabatmu memang begitu menyebalkan,tenang aku akan coba menanyakan nya pada Amanda saat jam kerja selesai"
Menunggu sisa waktu istirahat Amanda kembali mengisi meja kerja nya,ia mengusap wajah nya kasar bukti luapan kekesalan nya hari ini.
Rasa nya Amanda ingin sekali menenggelamkan Beni hidup-hidup kedalam lubang pasir lalu menutup kepala nya menggunakan ember.
Membayangkan itu membuat Amanda menjadi ingin benar-benar melakukan nya pada Beni.
"Kau!!! benar-benar menyebalkan tua bangka!!"
Di balik ruang HRD,Beni nampak santai dengan senyum yang mengembang dari sudut bibirnya, Beni merasa puas telah membalikkan serangan telak pada Amanda atas kejadian pagi tadi.
"Permainan akan segera dimulai Nona manis,kau sungguh terlihat sangat menggemaskan"
Gumam Beni dengan tatapan penuh arti terpancar dari manik mata indah miliknya,bukan hal menakutkan yang tergambar dari binar mata Beni tapi ini sebuah hal kegigihan atas satu hal yang diinginkan.