Chereads / Touch Me, Daddy / Chapter 6 - Penghianat

Chapter 6 - Penghianat

Aku mau nanya dong, ada gak sih yang baca cerita yang aku tulis ini? kalo ada tolong komen dong. Biar aku tetap melanjutkan cerita ini.

.

.

.

***

"Dimana penghianat itu sekarang" tanya Mew kepada Zee yang mana merupakan orang kepercayaannya.

"Dia sudah di bawa ke markas, apa kau akan langsung turun tangan?"

"Ya. Antarkan aku kesana" jawabnya dengan wajah dingin.

Ketika mereka ingin pulang dari kantor, anak buah Zee melaporkan ada salah satu dari antara mereka yang melarikan satu truk narkoba yang bernilai ratusan milyar untuk diberikan kepada musuh mew, tetapi hal itu dengan cepat bisa diketahui oleh suruhan Zee.

Zee melanjukan mobilnya menuju markas mereka, sesampainya di sana mereka disambut oleh puluhan anak buah mereka.

"Dimana dia" tanya Zee kepada anak buahnya dengan wajah tak kalah dingin dari Mew.

"Mereka sudah berada di ruang eksekusi"

Mew dan Zee menuju ke ruang eksekusi dimana Rungan itu berada di bawah tanah, disamping ruangan itu juga terdapat kandang singa dan juga buaya.

Mew duduk di kursi tepat didepan seseorang yang sedang diikat pada tiang di ruangan itu.

"Aku tak menyangka ada seseorang yang seberani kau. katakan kau ingin mati seperti apa?" ucap Mew dengan seringaian menakutkannya.

"Tolong maafkan saya tuan, saya janji tidak akan melakukannya lagi" ucap pria itu dengan tangan bergetar karena ketakutan.

"Sejak kapan kau bisa bernegosiasi denganku" ucap mew dengan dingin dan raut wajah yang menakutkan.

Mew berdiri dan mengambil tang yang berada di dekat kursi yang dia duduki, berjalan kearah pria tersebut lalu mencabut semua kuku tangan pria tersebut dengan tang, membuat pria tersebut berteriak karena kesakitan.

"Katakan kau mau mati dengan cara apa?"

"Tolong ampuni saya tuan, tolong ampuni saya" jawab pria tersebut sambil memohon kepada Mew.

"Sudah ku bilang, kau tidak bisa bernegosiasi denganku" Mew beralih mencabut kuku kaki pria tersebut.

"Aghh sakit tuan ampun tuan, saya mohon ampuni saya tuan" ucap pria tersebut menahan rasa sakit dan perih yang teramat perih pada jari kaki dan tangannya.

"Apakah bulu matamu perlu kucabut juga?"

"Tuaaann, tolong ampuni saya" ucap pria tersebut dengan menangis histeris dan badan yang bergetar karena ketakutan.

Zee hanya memperhatikan apa yang dilakukan sahabat sekaligus tuannya kepada penghianat itu, tanpa ada rasa kasihan sedikitpun. Dia sudah sering melihat hal itu dan dia juga sering terlibat hal seperti itu. Bagi Zee melihat penghianat yang tersiksa adalah hal yang sangat menyenangkan.

"Apakah kau butuh pisau juga Mew?" tanya Zee kepada Mew sambil mengeluarkan pisau yang tidak begitu besar tetapi sangat tajam. Seketika membuat pria tersebut berkeringat dingin dan ketakutan melihat pisau yang dipegang oleh Zee.

Zee dan Mew memang selalu membawa pisau dan pistol kemanapun pergi.

"Kau ingin memotong tanganya dan memberikan kepada singa?" ucap Mew kepada Zee.

"Aku lebih ingin mengelupasi kulitnya hidup-hidup sepertinya menarik" jawab Zee dengan smirknya.

Mendengar hal itu pria tersebut bertambah semakin ketakutan dan gemertaran, ditambah dengan rasa sakit pada jari tangan dan kakinya.

"Jangan tuan, langsung bunuh saja saya dengan pistol anda tuan. saya mohon"

"Sudah ku bilang tidak ada negosiasi untukmu. semuanya keluarlah! dan buka kandang singa itu" perintah Mew, lalu berlalu dari pria tersebut yang diikuti oleh Zee dibelakangnya.

"Jangan tuan saya mohon tuan, ampuni saya tuan" pekik pria itu dengan wajah panik dan ketakutannya karena singa itu sudah mendekatinya.

Mew dan Zee menonton dari luar ruangan yang terdapat kaca.

melihat singa lapar itu mencabik-cabik tubuh pria tersebut.

itulah hukuman yang pantas untuk seorang penghianat.

Setelah melihat tubuh pria tadi tak terbentuk Mew dan Zee berlalu dan meninggalkan markas itu dan kembali ke rumah Mew.

~

Sekitar jam 22.00 mereka sampai di rumah besar milik Mew, ketika ingin membuka pintu kamarnya, dia baru ingat ada seseorang yang baru tinggal dirumahnya.

Mew memasuki kamar yang ditempati oleh Gulf, memandang sebentar kepada Gulf yang sudah tertidur lalu berlalu keluar.

***

TBC