Ia menaruh minumannya dimeja. Lalu ia duduk disebelah Alqi. sebenarnya ia ingin duduk disamping ibunya. Namun ia teringat pesan Alqi bahwa ia harus pura-pura mesra didepan ibunya.
Ia duduk merapat disamping Alqi. membuat Alqi tertegun. Namun ia segera tau bahwa sikap Rea hanya didepan ibunya.
Lalu Rea menyandarkan kepalanya di bahu Alqi. sambil tersenyum. pura-pura bahagia.
Rea melihat ibunya. ibunya begitu bahagia. Anaknya bahagia jadi ia sangat bahagia
"Rea"
"iya bu" tanpa memindahkan posisi.
"kamu bahagia nak?"
"iya bu. aku sangat bahagia" Mengangkat kelapanya melihat Alqi dengan tersenyum. seperti mengatakan bahwa pria ini membuat aku sangat bahagia. lalu kembali ketempat semula. bersandar di bahu Alqi. Entah kenapa ia nyaman disitu.
Alqi membalas senyum dan mengelus kepala Rea.
"ibu senang kalau bahagia nak"
"tenang saja bu. aku akan menjaga anak ibu dengan baik dan aku akan menjadi suami yang baik untuk Rea" dengan penuh percaya diri.
"iya, terima kasih nak Alqi, ibu bangga punya menantu seperti kamu"
"ah ibu ini bisa saja. sudah kewajiban bagiku bu"
Kami lalu berbincang-bincang ringan. ibu menanyakan bagaimana keluarga Alqi.
"kamu cepat-cepat hamil ya nak, ibu sudah tidak sabar mau menimang cucu"
Rea tertegun mendengar ucapan ibunya. Hamil!!! Entahlah sangat sulit bagi Rea untuk hamil. Memikirkan bagaimana hubungannya dengan Alqi membuatnya sedikit ragu tentang kehamilan.
"ibu ini aku baru saja menikah sudah mau hamil"
"iya nak, ibu tau. tapi ibu harap kalian cepat dapat anak ya"
"iya bu. insya allah" jawab Alqi.
Rea memandang Alqi sejenak. seperti mengatakan pria gila ini bicara apa.
kenapa sih malah membicarakan anak.
Rea muak berada disitu. ia mencari alasan untuk pergi.
"mas aku capek. aku istirahat dikamar ya"
Alqi melihat Rea dalam-dalam.
Dia panggil aku apa tadi. mas. kenapa aku sebahagia ini dengan panggilan itu.
"iya" hanya itu jawaban Alqi. Ia terlalu bahagia Rea memanggilnya dengan panggilan mas sehingga ia bingung mau jawab apa.
Rea lalu masuk kekamarnya. ia membaringkan tubuhnya disitu. setidaknya sekarang ia bisa kabur dari pembicaraan soal anak itu.
Baru saja berbaring beberapa saat pintu kamarnya diketuk.
Dengan malas Rea membuka pintu dan melihat siapa yang mengetuk pintu. ALQI!!!!!
Kenapa pria gila ini ada disini. mau apa dia
"kenapa?"
Alqi tidak mengubris dan langsung masuk lalu duduk diranjang Rea.
"hei, kamu mau apa?"
"ibu menyuruhku untuk ikut istirahat bersama mu"
"kenapa kamu mau" dasar bodoh
"kalau aku menolak ibu akan curiga nanti"
"hmm..terserah"
Alqi lalu berbaring dan bersiap-siap tidur.
"hei, Alqi kau mau apa?"
Dia hanya memanggilku mas jika didepan ibunya saja.
"mau tidur apa lagi. aku juga lelah"
"huh" Rea berjalan kesal. menuju kursi santainya.
padahal niatnya mau menjauh tadi kok malah jadi berduaan gini lagi.
"kenapa kamu disana?"
"ah tidak, aku hanya rindu pada kursi santaiku ini" berbohong. tidak mungkin ia bicara kalau mau menghindar. Tidak enak sama Alqi.
"hm" memejamkan matanya.
Beberapa saat kemudian Rea melihat Alqi. nafasnya mulai teratur. sepertinya dia sudah tertidur pulas.
Rea jalan mendekat. melihat wajah Alqi lebih dekat. wajahnya tenang ketika tidur. Rea tidak bisa bohong Alqi memang sangat tampan. Ia juga baik. Sifatnya ketika kerja dan diluar kerja sangatlah berbeda. Dia dikenal sebagai presdir yang dingin dan kejam. Tapi nyatanya dia adalah pria yang baik hati dan lemah lembut. walau kadang sifat suka memerintah tidak lepas dalam dirinya.
Rea duduk disamping ranjang, memandang wajah Alqi. hatinya tenang.
"bukan aku tidak mencintaimu, tapi ini tentang hati. Haruskan aku membuka hatiku untuk yang kedua kalinya, setelah yang pertama kali membuat luka tak berdarah dihatiku. Aku tidak tega membuatmu terluka. mungkin jika kau menolakmu kau akan merasakan sakit seperti yang aku rasakan dulu. Haruskan aku membuka hati untukmu?"
Rea terdiam memikirkan kata-katanya.
"semoga hati ini bisa Alqi" Ia lalu keluar. menemui ibunya.
Setelah Rea pergi Alqi membukakan matanya. ternyata ia tidak tidur. ia hanya memejamkan matanya. dan tentu nya ia mendengar semua ucapan Rea.
"tidak apa Rea. aku tau itu. walau hati ini sakit tapi aku telah memilihmu sehingga aku harus menerima semuanya. Semoga kau bisa mencintaiku Rea" ia menatap langit kamar Rea. pikiran kosong. memikirkan ucapan Rea. berharap hati Rea terbuka untuknya.
Saat hari sudah mulai sore Rea membangunkan Alqi.
"Alqi....Alqi...Alqi...bangun" mengguncang tubuh Alqi.
"hmm" menggeliat tanpa membuka mata
"pulang yuk, udah sore"
"bentar lagi, aku ngantuk"
"pulang dulu nanti tidur lagi. udah sore. nanti kemalaman"
Dengan malas Alqi membuka matanya. dia mulai duduk. mengerjap-ngerjapkan matanya. Melihat Rea yang tengah memandangnya.
"kenapa?" ketika melihat Rea terus melihatnya.
"ah ti tidak" gugup. ketahuan. wkwk
Alqi melihat bibir ranum Rea. entah kenapa ia sangat tergoda dengan bibir itu. Ia pernah merasakan bibir itu dan ia menginginkannya lagi.
Tanpa ia sadari ia mendekat wajah Rea. lima senti....empat senti....tiga senti....dua senti....satu senti. Bibir Alqi menabrak bibir Rea. Saling bersentuhan. Rea terkejut. tidak bereaksi. tidak ada penolakan. membuat Alqi semakin tergoda. ia mengul*m, mengec*p bibir Rea. merasakan hangat dan manis bibir itu. Rea mulai membalasnya. menikmatinya juga.
Rea membuka mulutnya dan segera mungkin lidah Alqi masuk kemulutnya. menjelajahi setiap rongga mulut Rea secara teliti. tidak ingin melewatkan sedikit pun rongga mulut Rea. mereka saling mengul*m, mengec*p, menghis*p, saling mengeskplor lidah dan bibir satu sama lain. Akal sehat mereka sudah mulai hilang.
Tangan Alqi mulai berjalan. merengkuh Rea. Rea mengalungkan tangannya dileher Alqi.
Tangan Alqi bergerak menuju payudara Rea. tangan Alqi merem*snya. Seketika Rea tersadar. Akal sehatnya kembali. Ia melepaskan bibirnya. Menjauh dari Alqi. Memandang Alqi dengan terkejut. Ada rasa malu. Ia segera berlari keluar membuka kenop pintu
"aku tunggu diluar" langsung menutup pintu.
Alqi terpatung. Sebersit rasa senang muncul. ia mengusap bibirnya. seperti merasakan manis dan hangatnya bibir itu.