Chereads / memorist playlist / Chapter 10 - bab 9

Chapter 10 - bab 9

"Bagaimana kak? Udah-udah jangan terlalu didalami lagunya. Jangan baper ya! Kita disini harus have fun, nikmati acara dengan sahabat kalian. Gue hanya ingin nyurahin perasaan gue disini. Semoga sukses selalu ya kak, kalo udah sukses jangan lupain gue. Sudah ya kak, kita lanjut ke penampilan selanjutnya. Gue turun dulu ya." Ucap Adel sambil melambaikan tangannya kearah kakak kelasnya.

Tiba-tiba salah satu kakak kelasnya berteriak, "Nggak. Adel lo harus nyanyi satu kali lagi. Tapi, kita yang request. Gimana temen-temen?" Teriak salah satu kakak kelas yang kalau tidak salah bernama Ilham, dia mantan bendahara OSIS tahun lalu. Jadi secara otomatis telah mengenal Adel sejak dulu.

"Iya!" Teriak serempak pada kakel Adel ini.

Adel menatap wajah kakak kelasnya dengan tatapan takjub, bisa-bisanya dia ingin merusak tatanan acara yang udah disiapin oleh panitia. "wahhh.. Nanti gue yang kena omel panitia nih kak dan dikira gue ngerusak acara ini. Jatah gue cuman nyanyi 1 kali. Nanti nyanyi lagi." ucap Adel takut kena omel panitia yang lain.

Kali ini kak Ilham naik diatas panggung, "nggak! Lo harus nyanyi lagi." Paksa Kak Ilham dan Adel hanya bisa meringis kebingungan.

Adel memandang kearah panitia yang berada di belakang panggung, "gimana nih panitia? Ketupelnya gimana? Ngizinin nggak?" Adel menatap kearah ketupelnya, siapa lagi kalau bukan Bagas.

"Terserah kamu Del," ucap Bagas. Setelah mendapat persetujuan, Adel memalingkan wajahnya kembali kedepan. Kalau bukan karena kakak kelasnya, ia benar-benar ogah ngomong sama Bagas.

"Baiklah karena panitianya udah setuju, Kakak-kakak sekalian ini mau kunyanyiin lagu apa?" tanya Adel sesaat setelah kak Ilham turun dari panggung.

"Lagu Asal kau bahagia." Teriak Kakak kelasnya secara serempak.

'Bangsat. Anjing. Kenapa mereka pada request lagu galau sih. Terus gue harus gimana?'batin Adel berkecamuk. Tapi mau tak mau Adel harus menyanyikan lagu itu, daripada ia akan di timpuk sama botol oleh kakak kelasnya. Oke itu berlebihan.

Setelah menyanyikan satu buah lagu lagi. Akhirnya Adel turun dari atas panggung, Adel menghembuskan napas lega. Dibelakang panggung Baron menghampirinya dan memeluk tubuh Adel dengan singkat.

Seusai memeluk Adel, Baron melangkah menuju kedepan panggung. Sekarang Baron sedang tampil, sepertinya dia menyanyikan lagu Bidadari tak bersayap.

Semua kakak kelas tampak menikmati penampilan mereka semua. Tak lama kemudian, Baron turun dan bergabung dengan Adel. "Gimana penampilan gue? Lo nggak terpesona kan?" Tanya Baron sesaat setelah mendaratkan pantatnya disamping Adel.

Adel berdecih mendengar penuturan Baron, "kagaklah. Ngapain terpesona sama lo. Suara udah kayak bebek kecepit aja bangga."

"Enak aja. Suara gue tuh udah mirip Afgan tau! Udahlah bisa-bisa gue mati mendadak gegara ngobrol sama lo." Ucap Baron tak terima dengan perkataan Adel yang seakan telah menghina nya.

"Yaudah yuk ke depan. Cari minuman. Gue haus," ajak Adel.

Baron menatap Adel penuh selidik, "perasaan lo kok cepet banget ngerasa haus ya." Adel meng-iyakan ucapan Baron dengan mengangguk,

"Iya, gue tuh gampang dehidrasi dan kalo gue udah dehidrasi. Gue bakal kehilangan fokus,"

Baron memalingkan wajah kesekitar mereka, "untung mudah dehidrasi bukan mudah melupakan." Ucap Baron dengan pelan.

"Ehhh tuh mulut bangsat amat ya," sebuah jitakan mendarat dengan mulus di kepala Baron.

Baron tertawa singkat dan beranjak berdiri dari tempat duduknya. Baron menggenggam tangan Adel dan mengajaknya keluar dari backstage, "yaudah ayo."

Mereka telah sampai di deretan cemilan yang disediakan oleh panitia prom, "lo suka jus jeruk atau jus melon?" Tanya Adel menawarkan kepada Baron.

Baron menggeleng, "gue nggak suka dua-duanya." Adel terbengong, "terus mau apa? Mau air putih atau ice cream?"

Baron lagi-lagi menggeleng, "enggak lah!" kali ini Baron berbicara dengan nada yang sedikit tinggi.

Adel menghembuskan napas dengan kasar, " terus lo mau apaan? Lo suka yang mana biar gue ambilin!"

Baron tiba-tiba tersenyum misterius, "gue nggak suka semuanya. Karena gue lebih suka sama lo."

Setelah mendengar hal itu, Adel segera memukul lengan Baron dengan kekuatan penuh, "anjirr. Dasar mulut playboy cap kaki tiga ya lemes amat. Minta di formalin tuh mulut."

Baron merenggut tak suka, "tega yaa liat mulut gue di formalin? Nanti kalo bibir gue kayak bebek gimana?" Ucap Baron sambil mengerucutkan bibirnya menirukan mulut bebek yang maju.

Adel menarik bibir Baron yang maju beberapa senti dari biasanya, "aduhhh.. Tuh mulut maju amat. Jadi pengen nyium deh".

Setelah Adel mengatakan hal itu, Baron semakin memajukan kepalanya kearah Adel sekaligus menarik pinggang Adel agar mendekat kearahnya, "nihh. Kalo lo mau nyium buruan. Gue rela kok."

Adel menutup mulutnya, "sialan. Gue tarik lagi kata kata gue. Btw, kita bakal pulang jam berapa? Nunggu acara ini kelar?" tanya Adel untuk memastikan kegiatan mereka untuk selanjutnya.

Baron menatap kearah Adel dan tersenyum, "waduh nggak tau juga tuh. Gue pengen balik. Disini gue bosen. Eh gue lupa, kan kita tampil duet di closing acara. Bentar lagi ya?"

Adel menepuk jidatnya dengan cukup keras, "yaudah yuk balik ke backstage. Bentar lagi kita duet kan. Oh iya, mau nyanyi apaan?" Baron tersenyum misterius dan Adel mampu melihat niat usil dari Baron, "udah nanti aja."

Baron tertawa dengan keras hingga seorang panitia menghampiri mereka di backstage, "kalian berdua udah siap?" Adel tersenyum dan menjawab, "udah."

MC menginterupsikan mereka berdua untuk masuk ke depan panggung, "mari kita sambut pasangan duet kita tahun ini. Baron dan Adel."

Tepuk tangan yang meriah untuk mereka berdua.

Terdengar suara tepuk tangan yang sangat meriah dari arah panggung Adel dan Baron tersenyum dengan ramah, "Halo kakak-kakak! Jangan bosen bosen dengan tampang kita ya. Kali ini kita akan menyanyikan sebuah lagu yang cukup familier."

Sebuah suara yang cukup keras terdengar dengan lantang, "Enggak! Kita tuh seneng bisa liat wajah cantik Adel."

Lagi-lagi itu suara dari Kak Ilham. Kayaknya kak Ilham ini juru bicara mereka deh lebih tepatnya juru bicara para kakak kelasnya ini.

'Perasaan yang dari tadi ngomong cuman kak Ilham aja. Bosen gue dengernya'' Batin Adel tak terima.

Saat Adel masih sibuk dengan pemikirannya, Baron mulai mempersiapkan penampilannya.

'Kemarin kau ubah benci jadi cinta

Sekarang berubah cinta jadi kecewa

Kukira cinta itu indah

Tetapi tenyata tak seindah itu' Nyanyi Baron dengan diiringi alunan piano

'Katanya cinta tak pernah salah

Takkan pernah berubah

Walau kadang hati disakiti oleh salah

Katanya cinta tak pernah gagal

Gagal tuk memaafkan

Karna cinta tak pernah salah

Tapi mengapa cintaku kecewa' Nyanyi Adel menyauti Baron.

'Kukira cinta itu indah

Tetapi ternyata tak seindah itu

Katanya cinta tak pernah salah

Takkan pernah berubah

Walau kadang hati disakiti oleh salah

Katanya cinta tak pernah gagal

Gagal tuk memaafkan

Karna cinta tak pernah salah

Tapi mengapa cintaku kecewa' Nyanyi Adel bersamaan dengan Baron

- cinta salah -