"... Begitulah semua yang kuketahui setelah melawan mereka berdua."
Saat ini kami sedang bersembunyi di balik sebuah pohon besar. Mengawasi area sekitar sambil mendengarkan penjelasan Cyra.
Sudah sekitar lima menit sejak Cyra mulai menjelaskan kemampuan dua musuh kami.
Kami bersyukur karena mereka belum melakukan penyerangan sehingga Cyra punya waktu untuk menjelaskan kelebihan dan kekurangan mereka.
Jadi...
Kedua pemain, Wizard dan Sword Master masing-masing memiliki nickname yaitu Andromeda dan Anastasia.
Atribut elemen keduanya adalah kegelapan dan cahaya. Menurut apa yang Cyra katakan, kecepatan yang dimiliki Sword Master tak bisa dianggap remeh. Anatasia mungkin memilki kecepatan yang lebih melampaui Cyra.
Skill yang dimiliki Andromeda hanyalah satu, yaitu Dark Sphere. Sebuah bola kegelapan yang bergerak dengan cepat dan mengincar targetnya. Kelemahan dari skill itu adalah, tak mampunya menanggapi gerakan tiba-tiba targetnya. Dia juga mampu menggerakan skill-nya dengan menggunakan mana miliknya.
Sedangkan rekannya, yaitu Anatasia setidaknya memiliki dua skill. Dia tak tahu disebut apa skill pertama milik Anatasia, tapi dia yakin kalau skill itu dapat mempercepat gerakannya.
Skill kedua miliknya adalah Light Hand, sebuah kemampuan yang membuat lawannya menjadi buta sementara sesaat setelah melihat telapak tangannya yang bercahaya. Menurut Cyra, efek skill ini mirip seperti saat kau terkena flashbang di permainan berjenis First Person Shooter. Perbedaannya adalah, meskipun kau kehilangan penglihatanmu, pendengaranmu baik-baik saja.
Setelah mendengar penjelasan Cyra, menurut perkiraanku level yang dimiliki Wizard masih di bawah level sepuluh. Sedangkan level yang dimiliki Sword Master sudah mencapai atau melampaui level sepuluh. Karena, skill baru bisa didapatkan tiap kali pemain naik sepuluh level.
Total level kami adalah dua puluh tiga. Aku level tujuh, Zaki dan Cyra level delapan. Dengan kata lain, masing-masing dari kami hanya memiliki satu skill.
Skill milikku, yaitu Moonlight Shard memungkinkanku untuk menyerap cahaya bulan dan mengalirkannya ke pedangku. Cahaya-cahaya itu lalu kulemparkan dengan ayunan pedangku.
Sementara Zaki memiliki sebuah skill yang disebut Fire Element : Fire Ball. Sesuai namanya, skill itu memungkinkan Zaki untuk melontarkan bola api. Zaki belum pernah mencobanya, jadi dia sama sekali tidak tahu kriteria lebih jelasnya.
Lalu Cyra memiliki sebuah skill bernama Triple Wind Arrow. Sebuah skill yang memungkinkan dirinya untuk menembakkan tiga anak panah sekaligus. Setelah ditembakkan, ketiga anak panah itu akan menghasilkan hembusan angin yang sanggup menggores apapun yang dilaluinya. Sama seperti Zaki, Cyra juga belum pernah menggunakannya.
Kami juga sudah melaukan add friend satu sama lain sehingga kami bisa berinteraksi satu sama lain dengan cara mengirim pesan.
Tapi tunggu sebentar, ada satu hal yang menarik perhatianku, tak satupun dari mereka yang menyebut kalau mereka memiliki skill pasif sepertiku.
"Kalau begitu Cyra, apa kau sudah tau cara untuk melakukan casting skill?" Tanyaku.
"Tidak, aku sama sekali belum tahu caranya. Apa kalian tahu?"
"Soal itu....—"
Crek.
Suara ranting yang baru saja diinjak langsung menarik perhatian kami semua.
"Sembunyi!" Bisik Cyra dengan tegas.
Mengikuti perintahnya, aku dan Zaki langsung mendekatkan diri kami ke pohon. Masing-masing dari kami bersembunyi di pohon yang berbeda. Aku dan Zaki berada di dua pohon paling depan sementara Cyra memanjat menaiki pohon yang berjarak dua pohon di belakang kami.
Itu pasti mereka.
Saat ini mereka pasti sudah sepenuhnya pulih. Berbeda dengan kondisi kami. Pertarungan ini, bisa dibilang tidaklah seimbang. Kami mungkin unggul di jumlah, tapi mereka unggul di persediaan dan pengalaman bertarung.
Semuanya terdiam. Kami menyatu dengan sunyinya hutan.
Tak ada satupun dari kami yang mengeluarkan suara.
Pohon yang hancur tadi masih belum kembali ke sedia kala, itu pasti membuat mereka yakin kalau Cyra baru saja jatuh di sini.
Aku sedikit mengintip di pinggir pohon.
Di dekat dua pohon yang hancur tadi, berdiri dua orang pemain.
"Kemana perginya Archer itu?" Tanya perempuan.
Jadi dialah Anastasia. Rambut panjangnya berwarna merah, parasnya terbilang cantik dan tubuhnya lumayan tinggi. Mungkin tingginya sekitar seratus enam puluh sampai seratus tujuh puluh lima.
Bentuk pakaian yang dipakainya tak jauh berbeda dengan diriku. Semacam jubah menutupi leher hingga pundaknya. Di balik jubah itu, terdapat sebuah pakaian berlengan panjang dengan dua pasang sarung tangan. Dia juga memakai celana panjang dan sepatu. Pedangnya, bagaimana aku menjelaskannya, terlihat unik.
Pedang itu begitu memikat, begitu indah dan ringan untuk dibawa ke mana-mana. Motifnya yang elegan juga permata yang terpasang di tengah pedang itu menambah kecantikannya.
Anastasia terus menengok kesana kemari, mencari jejak yang bisa memberi mereka petunjuk arah dimana Cyra pergi.
"Dia pasti masih ada di dekat sini. Lihat, selain kedua pohon yang hancur, aku juga melihat ada beberapa rumput yang rusak." Wizard menunjuk beberapa rerumputan yang rusak.
Wizard itu—Andromeda memakai pakaian berupa jubah yang panjangnya hingga mencapai lutut. Lengan pakaiannya panjang dan agak melebar di ujungnya.
Sayangnya aku tak bisa melihat apa yang ia pakai di balik jubah itu. Namun ia memakai celana panjang dan sepatu bots. Penampilan tongkat sihir yang ia pegang tak terlalu mewah, tapi tak bisa dibilang sederhana.
Aku juga tak bisa melihat dengan pasti bagaimana rambutnya karena terhalang tudung jubahnya. Namun tingginya tak berbeda jauh dari Anastasia.
Andromeda berlutut memperhatikan dua buah rumput yang rusak.
"Lihatlah kedua jejak ini. Dilihat dari bentuk rusaknya, rumput-rumput ini rusak akibat diinjak oleh sesuatu." Dengan hati-hati, Andromeda mengelus dan memeriksa kedua jejak kaki itu.
Ck, jangan bilang kalau itu jejak kaki punyaku dan Zaki.
"Benar juga. Dengan kata lain..."
"Ya, ada dua orang lagi selain Archer."
Andromeda kembali bangun. Ia dengan tenangnya mencari ke mana arah jejak kaki itu pergi.
Tsk...
Ini gawat! Jarak antara mereka dan kami tidak terlalu jauh. Bila kami tidak bergerak, mereka akan langsung menemukan kami bertiga.
Ting
Suara notifikasi berbunyi.
Pesan? Dari siapa?
Aku menengok ke arah Zaki namun dia tidak bereaksi sama sekali.
"Bukan Zaki ya, kalau begitu..."
Aku menengok ke arah Cyra. Saat kusadari, Cyra sudah menghilang dari tempat ia berada.
Tanpa berpikir panjang, aku langsung membuka pesan tadi lalu membacanya.
"Ramdhan ini Cyra, karena tidak ada banyak waktu, aku akan langsung ke intinya saja. Aku akan berusaha menaiki pohon yang tinggi ini lalu melakukan beberapa tembakan pengalih perhatian kepada mereka. Sementara itu, kau dan Zaki menyerang mereka dari titik buta mereka.
Tenang saja, aku akan berusaha untuk berpindah-pindah pohon agar mereka tak bisa dengan mudahnya menemukan posisiku. Oh iya ngomong-ngomong, bisakkah kau memberi tahuku bagaimana cara melakukan casting skill?"
Kh, Dia... kenapa dia memutuskannya begitu saja?
Hah...
Kurasa sekarang bukanlah waktu untuk berdebat.
Aku langsung mengirim pesan kepada Zaki mengenai rencana Cyra lalu memberi tahu Cyra cara untuk melakukan casting skill.
Baiklah, sekarang kami hanya harus menunggu aba-aba dari Cyra.
Saat ini, kami memiliki Element of Surprise. Musuh mungkin tak mendunga kalau aku dan Zaki sedang bekerja sama dengan Cyra. Selagi kami bisa memanfaatkan itu dengan baik, kami mungkin bisa menang.
"Open the Seal : Triple Wind Arrow!"
Anak panah yang ditembakkan Cyra langsung melesat dengan begitu cepat bagaikan hembusan angin. Meskipun kasat mata, aku bisa "melihat" aliran udara di sekitar ketiga anak panah tersebut. Aliran yang tajam dan cepat.
Ketiga anak panah yang ditembakkan tadi, mengarah langsung ke arah Andromeda.
Anastasia langsung menyadari serangan tersebut lalu berlari ke hadapan Andromeda—mencoba melindunginya dengan menepis ketiga anak panah tadi.
Akibatnya, mereka berdua menghadap membelakangiku dan Zaki.
"Sekarang!" Teriak Zaki penuh semangat sambil berlari ke arah mereka berdua diikutiku.
"Open the Seal : Fire Element – Fire Ball!" Sesaat setelah Zaki mengucapkan mantra, uap panas keluar dari perisainya. Seakan menyambut suhu panas itu, perisainya berubah menjadi merah lalu muncul percikan api dari bola permata di tengahnya.
Percikan api itu dengan cepat berkumpul menjadi sebuah bola api yang cukup besar untuk membakar sebuah pohon.
Perisai itu lalu melontarkan bola api itu bagaikan ketapel yang melontarkan batu.
Kurasa sekarang tinggal aku yang belum melakukan serangan.
Dengan serangan dari tiga arah ini, mereka mungkin takkan bisa menghindar!
"Open the Seal..."
Tidak, tunggu sebentar!
Ada sesuatu yang amis! Ini ganjil!
Mengapa dia—Anastasia, lebih memilih untuk menghadang ketiga anak panah yang ditembakkan Cyra daripada meminta Andromeda untuk menghindar? Apa yang ia rencanakan?
"Jangan meremehkanku, bocah!
Open the Seal : Light Boost!"
Bagai kilat, kakinya mulai bercahaya. Cahaya yang berbentuk seperti sepatu itu menyilaukan mata, begitu elegan dan terlihat kuat. Di kedipan selanjutnya, aku sadari kalau Anastasia sudah menghilang dari tempat ia berada.
"Kemana dia pergi?!"
Jangan-jangan, Cyra!
Aku langsung menengok ke arah di mana Cyra berada. Sesuai dugaanku, Anastasia sudah berada di hadapan Cyra.
Cyra yang tak menduga kedatangan Anastasia sontak melompat mundur menghindarinya. Disaat yang bersamaan, Anastasia sudah mengayunkan pedangnya ke arah Cyra.
Gawat, kalau begini bisa-bisa Cyra terkena serangannya sebelum dia sepenuhnya menghindar!
"Cyra!
Open the Seal : Moonlight Shard!"
Tanpa membuang waktu, aku langsung melemparkan Moonlight Shard-ku ke arah Anastasia, namun di detik selanjutnya, dia sudah menghilang. Bahkan Moonlight Shard-ku sama sekali tidak menyentuhnya.
"Kalian benar-benar merepotkan, ya?"
Suara perempuan yang tiba-tiba muncul dari belakang telinga kananku langsung membuat sekujur tubuhku merinding. Tanpa kusadari, aku langsung reflek mengangkat pedangku menahan ayunan pedangnya.
Saat aku menahan serangannya, skill Moonlight Shard-ku pun secara otomatis dibatalkan.
"Kh.... Maaf ya, mungkin itu salah satu keunikan kami."
Cepat! Dia terlalu cepat! Apa-apaan kecepatan ini?
Namun, aku menyadari sesuatu. Satu-satunya yang cepat dari dirinya hanyalah gerakan kakinya. Aku yakin itu.
Dengan teknik yang sama, dia mendorong pijakannya sekeras mungkin hingga membuat lompatannya menjadi begitu tinggi.
Bila tidak, maka aku takkan bisa menahan serangannya.
"Sudah, sudah, ini'kan turnamen. Bukankah wajar bila kita akan menemukan musuh seperti mereka?" Dengan santainya Andromeda menengahi kami berdua.
Saat kusadari, Andromeda sudah mengeluarkan skill Dark Sphere. Dua bola yang ia keluarkan berpencar, satu ke arah bola api Zaki dan yang satunya menghalau anak panah Cyra.
Hembusan angin yang dihasilkan saat menyentuh bola api dan salah satu dari ketiga anak panah itu langsung mengacaukan segalanya. Pertama, bola api Zaki jadi lenyap akibat ledakan itu, kedua, selain satu anak panah milik Cyra yang hancur, dua anak panah lainnya terdorong dari rute awalnya sehingga meleset dan menancap di dua pohon.
Pohon dimana kedua anak panah itu menancap langsung penuh dengan goresan, seakan baru saja disayat menggunakan pisau.
Gawat, selain rencana tadi gagal, kerja sama kami juga ketahuan.
Aku sama sekali tak menduga kalau meja bisa dibalik dengan semudah ini.
Selagi menahan pedangnya, aku melirik kedua kakinya. Ternyata benar, Skill Light Boost miliknya sudah menghilang.
Dengan begini, aku bisa menyimpulkan kalau skill itu bersifat buff dan hanya bisa bertahan selama dua sampai tiga detik. Aku tidak tahu apakah skill itu bisa dia terapkan di anggota tubuh lainnya selain kaki atau berapa lama cooldown dari skill itu, apa perlu kucoba menanyakannya?
"Hei, skill tadi itu, Light Boost,'kan? Apakah kau bisa menerapkan skill itu di anggota tubuhmu yang lainnya?" Tanyaku.
"Kenapa juga aku harus menjawab itu?"
Sudah kuduga dia akan bereaksi seperti itu.
"Karena sebaiknya kau melakukannya."
Aku melempar Beginner Sword yang sebelumnya aku ambil diam-diam dari inventory-ku.
Terkejut, Anastasia langsung menepis pedangku yang sebelumnya menahan serangannya lalu melompat mundur menghindari pedang yang kulempar.
Beginner Sword yang kulempar tadi pada akhirnya menancap di sebuah pohon.
"Kau, trik macam apa yang kau gunakan?" Tanya Anastasia.
"Entahlah, kenapa juga aku harus menjawab itu?" Tanpa menurunkan kewaspadaanku, aku berjalan menghampiri Beginner Sword lalu memasukannya kembali ke dalam Inventory-ku.
Nampaknya dia tidak melihat tangan kiriku saat aku melempar pedangku tadi.
"Ada satu hal yang menggangguku, kelasku adalah Sword Master, lalu kau sendiri apa? Tidak mungkin'kan kau Knight. Karena orang yang ada di sana itu memiliki kelas Knight." Anastasia menengok ke arah Zaki.
"Siapa tahu, mungkin saja aku Sword Master sepertimu. Tapi mungkin saja aku adalah seorang Knight."
"Ya sudahlah, aku bisa menanyakannya lagi setelah aku mengalahkanmu." Anastasia kembali mengambil kuda-kuda lalu menatapku lurus.
Ck, ini gawat. Meskipun penampilan luarku terlihat percaya diri, namun sesungguhnya aku sama sekali tak memiliki ide untuk melawan Anastasia.
Kata-kataku tadi mungkin cukup untuk menggertaknya, tapi selanjutnya apa?
Bukan berarti yang kulakukan tadi itu percuma. Dari seranganku sebelumnya, aku bisa memperkirakan kalau durasi cooldown dari skill Light Boost miliknya lebih dari lima detik.
Aku menengok ke arah Zaki dan Cyra.
Bagus, kelihatannya Cyra baik-baik saja setelah melompat tadi. Saat ini, dia sedang sibuk menangani Andromeda bersama Zaki.
Kalau begitu, satu-satunya yang bisa menangani Anastasia adalah aku.
"Mengkhawatirkan mereka?" Tanya Anastasia.
"Heh, aku lebih khawatir kepada temanmu. Apa dia akan baik-baik saja? Apalagi yang dilawannya adalah dua orang."
Kh, aku sudah mulai kehabisan ide. Mana yang kumiliki saat ini sebanyak delapan puluh. Setidaknya, bila aku bisa mengulur waktu sehingga manaku terisi kembali, aku mungkin bisa melempar dua Moonlight Shard kepadanya.
Dari pertarungan melawan monster tadi, aku mendapat sebuah informasi baru. Setiap dua detik sekali, mana akan terisi satu. Sudah sekitar sepuluh hingga lima belas detik berlalu sejak pertarungan terakhirku, karena itulah manaku yang sebelumnya ada sebanyak tujuh puluh lima sudah pulih menjadi delapan puluh.
Cara lain untuk mendapatkan mana adalah dengan cara menyerang. Tiap serangan yang dikeluarkan, mana akan terisi sebanyak lima. Mendapat serangan juga dihitung, namun total mana yang didapatkan tak sebanyak saat aku menyerang.
Apa yang harus kulakukan? Apa sebaiknya aku menyerang? Atau sebaiknya aku mengulur waktu saja?
"Ada apa? Apa kau sudah kehabisan ide untuk menggertakku?"
Saat kusadari, Anastasia sudah berada di hadapanku.
"Open the Seal : Light Hand!" Dia mendorong tangan kirinya tepat ke depan mataku.
"Skill ini...!"
Gawat, bila apa yang dikatakan Cyra benar, maka aku akan kehilangan penglihatanku untuk sesaat.
Penglihatanku memutih.
Aku tak bisa melihat apapun. Bahkan aku tak bisa melihat berapa banyak Hp dan Mana yang kumiliki saat ini.
Tanpa berpikir panjang aku langsung menutup kedua mataku.
Sensasi ini, rasanya seakan kedua mataku mati rasa. Aku tak bisa merasakannya maupun memastikan keberadaannya.
Sial, apa yang harus kulakukan?
Dalam keadaan panik, aku mengayunkan pedangku membabi buta. Dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku berharap kalau aku bisa menepis serangannya. Meski hanya sekali saja.
Ctang!
Suara itu, suara dua besi saat bertubrukan.
Pendengaranku.... Pendengaranku baik-baik saja.
Begitu ya, jadi ini yang dimaksud Cyra.
Tenang, dengarkan baik-baik.
Aku masih punya inderaku yang lainnya. Bila aku fokus ke pendengaranku, aku mungkin bisa bertarung melawannya hingga penglihatanku pulih kembali.
"Tsk, kau beruntung."
Drap!
Suara kedua kaki yang mendarat tadi, apakah itu artinya Anastasia baru saja melompat mundur dariku. Apa aku berhasil menepis serangannya tadi?
Dengarkan baik-baik. Indera pendengaranku masih bekerja dengan sangat baik.
Ctiiing, ctaaang!
Sret, ctas!
Dari arah kiriku, aku bisa mendengar suara gesekan udara saat busur menembakan anak panah dan suara besi yang bertubrukan. Jaraknya.. sekitar enam belas sampai dua puluh meter dariku. Itu artinya Cyra dan Zaki sedang bertarung di sebelah kiriku.
Bila aku berhati-hati, aku mungkin takkan terjebak dalam pertarungan mereka.
Sekarang... perkirakan.
Seberapa jauh jarakku dengan Anastasia. Dari apa yang kudengar, suara tapak kaki tadi lumayan samar. Itu artinya, jarak antara diriku dan Anastasia tidak berdekatan. Seberapa jauh? Lima meter? Delapan meter? Aku tidak bisa sepenuhnya memastikan jarak antara kami berdua, tapi aku yakin kalau lokasinya tepat berada di depanku.
Suara, aku butuh suara lainnya untuk memperjelas jarak antara diriku dengannya. Aku harus mempengaruhinya agar mengeluarkan suara lainnya.
"Sesuai apa yang Cyra katakan, skill-mu barusan hanya mempengaruhi penglihatanku. Tapi selebihnya, inderaku yang lainnya baik-baik saja."
"....
Apa kau sedang merencanakan sesuatu? Asal kau tahu saja, aku tidak sebodoh yang kau pikirkan."
"Benarkah?"
Ironis. Dia malah membalas perkataanku.
Baiklah, enam meter. Sejauh itulah jarak antara diriku dengan dirinya. Sekarang, aku hanya harus memastikan kapan dia akan melakukan pergerakan—
Sret.
Dia menghilang?
Tidak, tidak mungkin dia menghilang begitu saja.
"Open the Seal : Light Boost.
Mari kita periksa apakah keberuntunganmu itu sudah habis ataukah belum."
Dari kiri belakangku! Tepat di belakang pundak kiriku!
Sontak, aku langsung mengayunkan pedangku.
"Lambat!"
Anastasia menendang kaki kananku lalu menebas pundak kiriku.
"Khakh!"
Serangannya terus berdatangan dari segala arah. Bagaikan meriam yang terus ditembakan.
Tak ada waktu untuk bernapas.
Tak ada waktu untuk berpikir.
Luka goresan yang tercipta dari serangannya terus berteriak. Meronta-ronta memenuhi gendang telingaku.
Tiga sampai empat serangan lagi pasti sanggup untuk mengalahkanku.
Tapi aku harus tetap menjaga kesadaranku. Fokus, perkirakan!
Kira-kira, dari arah manakah serangannya akan datang selanjutnya?
Bila aku menjadi dirinya, aku pasti akan melancarkan serangan yang sama sekali takkan diduga olehku.
Tapi dari mana?
Srek, srek.
Suara itu...
Dari atas!
Aku langsung melompat lalu mengayunkan pedangku.
Ctang!
Benar saja, pedangku dan pedangnya bertubrukan satu sama lain. Aku juga bisa merasakan getaran di pedangku saat bertubrukan dengan pedangnya.
"Masih belum selesai! Beginner Sword!" Aku mengambil pedang itu dari inventory-ku lalu mengayunkannya ke arah Anastasia.
Bila suara dan getaran tadi itu benar, bila pedangku berhasil menepis pedangnya, maka saat ini pertahanannya terbuka lebar!
Sret!
Bruk!
"Kh... hah... hah... hah...."
Penglihatanku kembali seperti semula. Aku membuang Beginner Sword-ku lalu menangkap dahan pohon yang sebelumnya Anastasia gunakan sebagai pijakan lalu menengok ke bawah.
Anastasia terbaring terjatuh kesakitan. Di pundaknya terdapat luka goresan yang berasal dari seranganku. Tapi itu hanyalah luka kecil. Dibandingkan dengan luka yang sudah ia berikan kepadaku, luka itu tidak ada apa-apanya.
Skill Light Boost yang dia gunakan juga sudah habis. Skill itu ternyata hanya bertahan selama kurang lebih sepuluh detik.
Sial, serangan darinya tadi benar-benar menghabisi setengah dari Hp-bar ku. Aku harus segera mengalahkannya dan pergi ke toko untuk membeli Healing Potion.
Perlahan, aku memanjat pohon itu lalu berdiri di atas dahannya. Sementara itu, Anastasia sudah kembali berdiri seperti tak terjadi apa-apa.
Kenapa dia tidak meminum Healing Potion? Apa dia sudah kehabisan ramuan itu saat bertarung melawan Cyra? Tidak, mungkin dia tidak perlu meminum benda itu karena damage yang dihasilkan dari seranganku tadi tidak terlalu besar.
Dia berusaha untuk menghemat Healing Potion dan hanya menggunakannya disaat-saat genting. Kenapa? Apa Healing Potion yang dia miliki tinggal sedikit?
Aku tidak bisa memikirkan kemungkinan lain selain itu.
Lagi, ada satu hal yang cukup menggangguku. Setelah mengeluarkan tiga skill tadi, aku yakin mana miliknya hampir habis—setidaknya takkan cukup untuk mengeluarkan lebih dari dua atau tiga skill. Apa yang terjadi? Apa dia sudah kehabisan Mana Potion?
Tunggu sebentar, menurut apa yang Cyra katakan, Cyra berhasil membuat Andromeda kehabisan mana-nya di pertarungannya sebelumnya. Apa jangan-jangan semua Mana Potion milik mereka habis untuk memulihkan mana milik Andromeda?
Apa benar begitu?
"Aku mengubah pendapatku."
"Hah?"
Kenapa dia...?
"Kurasa aku tak bisa menganggapmu remeh."
"Oh, begitukah? Syukurlah. Kukira tadi itu sudah kekuatan maksimalmu, aah seram." Balasku datar.
"Kh,.... Asal kau tahu saja, provokasimu takkan membuatku kesal."
Aah, dia kesal. Apa yang dia katakan dan apa yang dia lakukan benar-benar berlawanan. Sungguh ironis.
Anastasia mencengkram pedangnya dengan sangat erat, dia tersenyum kecut sambil menatap lurus ke arahku.
Dengan kesal, dia melompat lalu mengayunkan pedangnya kearahku.
Bagus!
Aku menepis serangannya sambil melompat mundur ke pohon di belakangku. Aku menangkap dahan di belakangku dengan tangan kiriku lalu berayun melompat menaiki dahan.
"Open the Seal : Moonglight Shard!"
Selagi melompat naik, aku mengucapkan mantra lalu melemparkan skill ini ke arah Anastasia.
"Open the Seal : Light Boost!" Anastasia mengalirkan energi cahaya yang tercipta di sekujur tubuhnya ke kedua tangannya. Dengan cepat, ia menepis tiap Moonlight Shard yang kulempar ke arahnya bagaikan seorang pemukul bola Baseball professional.
"Apa yang coba kau lakukan? Percuma saja, seranganmu takkan bisa mengenaiku."
Tck, aku sudah menduga ini. Tapi melihatnnya secara langsung ternyata membuatku lumayan kesal.
Tiap Moonlight Shard yang ia tepis tersebar di mana-mana. Ada yang mengenai dahan dan dedaunan pohon, ada yang menyayat dahan yang kunaiki saat ini, ada yang mengenai tanah, dan—
Itu! Itu dia!
Begitu ya! Kurasa aku sudah menemukan cara untuk mengalahkan Anastasia.
Tapi pertama-tama, aku harus mengalihkan perhatiannya.
Saat ini Light Boost sedang terpasang di kedua tangannya. Aku ragu dia bisa memindahkannya ke tempat lain saat sudah memakainya seperti ini.
Kalau begitu, dia mungkin takkan bisa mengejarku.
Tanpa mengatakan apapun, aku berbalik lalu melompat ke dahan pohon lainnya.
"Tunggu, mau kemana kau? Apa kau mau lari?"
"Entahlah, menurutmu bagaimana?"
Aku terus melompat dari satu dahan ke dahan lainnya. Aku menengok kesana-kemari—mencoba menentukan arah yang tepat dimana "itu" akan berhasil.
"Sudah cukup."
Crats!
Sebuah pedang dengan kecepatan yang luar biasa menggores kaki kananku. Membuatku tak sanggup untuk mendarat di dahan selanjutnya dan terjatuh ke tanah.
Pedang itu lalu menancap begitu dalam ke sebuah pohon hingga menghancurkan permukaannya.
"Kkhhh...!"
Sembari berusaha kembali berdiri, aku berbalik. Pedang tadi tak lain dan tak bukan adalah serangan yang berasal dari Anastasia.
"Jadi dia juga bisa menggunakan Light Boost untuk hal seperti ini ya...?!" Gumamku.
"Percuma saja lari. Kau kira hanya kau yang memiliki dua pedang?"
Anastasia meng-summon pedang lain miliknya sambil berjalan ke arahku. Light Boost yang ia miliki sebentar lagi akan lenyap, kurasa itulah sebabnya dia begitu terburu-buru ingin menghabisiku.
Kh, sedikit lagi. Hanya sedikit lagi. Dan semuanya akan berakhir.
Aku menengok ke kiri, ke arah sebuah pohon.
Perlahan aku menarik pedangku lalu berjalan ke kiri. Meskipun sedikit terpincang-pincang, aku mencoba untuk mendekati pohon tersebut.
"Percuma saja, kau tak perlu bersikeras melawanku. Kau pasti akan kalah. Mau berapa kalipun kau mencari cara untuk kabur, aku pasti akan mengejarmu." Anastasia mengikuti pergerakanku. Dia sama sekali tak curiga dengan apa yang akan kulakukan saat ini.
Aku menengok.
Sedikit lagi...
Aku menghela napas panjang lalu berhenti berjalan.
"Baiklah, kurasa kau ada benarnya." Aku mengambil posisi bertahan lalu menatap lurus Anastasia.
Anastasia tersenyum penuh percaya diri lalu langsung berlari ke arahku.
"Open the Seal : Moonlight Shard!"
Sekali saja, kesempatanku hanya sekali. Bila aku gagal, mana ku akan habis dan aku akan kalah.
Aku melemparkan Moonlight Shard ke arahnya.
"Percuma saja!"
Merasa tak perlu menepis, Anastasia hanya berbelok menghindar lalu kembali ke rute semula—yaitu ke arahku.
Tak ada satupun Moonlight Shard milikku yang mengenainya. Menyentuh saja tidak, apalagi melukainya.
Dia mengayunkan pedangnya ke arahku, kucoba menahan serangannya tapi... Astaga, tekanan macam apa ini? Rasanya seperti menahan serangan dari tiga orang secara bersamaan.
Kedua tanganku bergetar karena tak kuasa menahan serangannya, bahkan tanah yang kupijak sudah mulai retak.
"Kh, nghh...."
Sontak, aku menendang kakinya hingga membuat keseimbangannya terganggu. Dengan memanfaatkan momen itu, aku mendorong—menepis serangannya lalu melompat mundur.
"Sudah kubilang percuma saja bukan? Kau takkan bisa lari dariku."
Tak menahan diri, Anastasia lagi-lagi berlari ke arahku dengan ayunan pedangnya yang begitu cepat nan kuat. Aku terus mencoba menepis tiap serangannya, tapi serangan yang ia lajukan padaku benar-benar kuat.
Tiap kali aku menepis serangannya, aku hampir kehilangan keseimbangan karena saking kuatnya dorongan pedangnya.
Ini gawat, tiap kali aku menepis serangannya, semakin dia memojokanku. Bahkan jarak antara pohon dibelakangku dengan diriku tak lebih dari satu tiga meter.
Aku harus memikirkan cara untuk lepas dari situasi ini!
Brak!
Suara tubuhku yang akhirnya menabrak pohon di belakangku menggema di telingaku, menyatu dengan irama musik yang dihasilkan saat pedang kami beradu.
"Sudah berakhir!" Anastasia mengambil kuda-kuda seakan siap untuk melancarkan eksekusi kepadaku.
"Ckh..!"
Aku menengok ke atas.
Bagus, ada dahan pohon!
Dengan cekatan, aku melompat lalu menangkap dahan tersebut dengan tangan kiriku. Sambil berusaha memanjat naik, aku menepis tiap serangannya.
Serangan demi serangan yang ia lancarkan begitu kuat dan cepat. Rasanya seakan tiap serangannya tidaklah mubazir. Tangan kiriku mulai mati rasa, tubuhku yang disedot gravitasi serta tiap serangannya selalu mengguncang keseimbanganku.
Terus menahan serangannya juga menyebabkan durability pedangku menipis. Melihat pedangku yang perlahan demi perlahan semakin rusak tiap kali menahan serangannya benar-benar membuatku merasa tak berdaya.
Aahhh, kurasa sudah cukup.
Crat!
"Khak!"
Satu serangan berhasil mengenaiku. Serangan yang begitu telak hingga membuatku terjatuh.
Ternyata memang percuma ya? Mencoba mencari jalan keluar memang ide yang bagus, namun bila situasinya seperti ini, ternyata memang mustahil ya?
Aku yang terjatuh lemas perlahan melata mundur mendekati pohon lalu bersandar. Perlahan, aku mengangkat wajahku menatap matanya secara langsung.
Dia menodongkan pedangnya tepat ke depan wajahku dengan tatapan yang begitu sinis. Seakan dia sudah bosan melawanku.
Light Boost miliknya sudah habis. Tapi baginya mungkin itu takkan mengubah apapun. Toh, apa sih yang bisa dilakukan orang yang sudah tidak berdaya sepertiku?
"Aku menang."
"Oh, begitukah? Selamat."
"Kau sama sekali tidak mengerti situasimu ya?" Ancam Anastasia dengan kesal.
"Tidak, tidak, aku paham sekali kok. Aku di sini, dan kau di sana. Itu saja cukup." Aku menunjuk ke tanah di mana aku berada lalu menunjuk Anastasia.
"Apa maksudmu...
Mungkinkah—!"
Anastasia menyadarinya. Menyadari sebuah goresan di pohon yang tepat berada di belakangku. Sebuah goresan yang masih nampak segar dan cukup dalam.
Ya, goresan itu tak lain dan tak bukan adalah hasil dari Moonlight Shard-ku.
Dia tidak menyadari goresan ini sebelumnya karena teralihkan oleh diriku. Aku berhasil menjauhkan perhatiannya dari goresan itu dengan cara pergi ke arah yang tepat berlawanan, yaitu dengan bergelantungan di atas dahan pohon. Arah yang tepat berlawanan dari di mana goresan itu berada.
Tapi yah, sayang sekali. Dia sudah terlambat.
Aku menang.
Cret, crat!
Dengan cepatnya satu demi satu Moonlight Shard yang aku lempar tadi mengenai punggungnya. Bagai bumerang yang kembali ke tuan yang melemparkannya.
"Apa...?"
Sementara Anastasia lengah, aku dengan cepatnya langsung berdiri lalu menepis pedang Anastasia hingga pedang itu terlempar cukup jauh dari dirinya. Tak berhenti sampai di situ, aku melanjutkan seranganku dengan melajukan serangan langsung ke tubuhnya.
Tak bisa bertahan dan tak bisa melawan, Anastasia terkapar lemas di hadapanku. Dia telah kehilangan kedua pedangnya, tubuhnya juga mengalami luka berat akibat seranganku.
Aku bisa melihat Hp-bar-nya di pojok kanan atas penglihatanku, seranganku barusan benar-benar menghabisi sembilan puluh persen dari Hp-bar-nya. Mananya sudah hampir habis, mustahil baginya untuk mengeluarkan skill lainnya untuk saat ini. Ditambah lagi, kemungkinan kedua skill miliknya masih cooldown.
Jarak antara tubuh dan pedangnya juga lumayan jauh, kalau aku hitung, mungkin sekitar delapan hingga sepuluh meter. Di jarak sejauh itu rasanya mustahil baginya untuk mengambil pedang itu. Namun, dia mungkin memiliki pedang lain.
Aku berjalan menghampirinya lalu menginjak kedua telapak tangannya. Tentu saja aku tak menginjaknya dengan keras, aku hanya cukup mengisi gap di telapak tangannya.
Dengan begini dia takkan bisa mengambil pedang dari inventory-nya.
Dia benar-benar berhasil aku pojokkan.
Selanjutnya....
Aku menodongkan pedangku ke arahnya. Ya, tindakan yang sama seperti apa yang dia lakukan padaku beberapa detik yang lalu. Cara ini memang klise, tapi dengan begini dia takkan berani melakukan hal yang tidak kuinginkan.
Anastasia membuka kedua matanya, menyadari ujung pedang yang berjarak hanya beberapa senti dari kelopak matanya, dia menghela napas.
"Apa yang sudah kau lakukan....?" Tanya Anastasia.
Apa memang harus mulai dari situ ya?
Hah... sejujurnya aku malas menjelaskan ini. Rasanya seperti membaca essai yang baru saja aku kerjakan di ujian tengah semester.
Yah, kurasa tidak ada salahnya bila aku menjelaskan rencanaku kepadanya. Lagipula sebentar lagi dia akan kuhabisi.
"Ini adalah sebuah pertaruhan. Sebuah pertaruhan yang mungkin saja membuatku kalah. Moonlight Shard yang kulempar tadi—serangan yang kau hindari, dipantulkan oleh Beginner Sword yang ku lempar ke tanah.
Berkatmu yang menepis serangan Moonlight Shard di atas pohon tadi, aku menyadari teknik ini. Seperti apa yang kau lihat, salah satu Moonlight Shard yang kau tepis melesat ke arah Beginner Sword, pedang itu lalu memantulkan satu Moonlight Shard itu yang akhirnya mengenai pohon di belakangku.
Ini benar-benar pertaruhan, karena arah serangan yang dipantulkan berdasarkan menghadap ke mana pantulan di pedang tersebut. Apalagi aku harus menemukan posisi yang tepat ketika melempar seranganku agar arah pantulan sesuai dengan apa yang kumau. Bila aku salah arah sedikit saja, maka semuanya berakhir."
Anastasia tertawa kecil mendengar penjelasanku. Dia kembali menghela napas dan menatapku.
"Apa itu? Benar-benar kacau. Aku takkan mungkin bisa menduga hal nekat seperti itu."
"Aku anggap itu sebagai pujian."
Ini adalah akhirnya.
Kuangkat pedangku lalu hendak menusuknya.
"Tunggu!"
Tanganku terhenti. Jarak antara ujung pedang dengan perutnya hanya beberapa senti, sedikit dorongan saja cukup untuk menghabisinya. Namun entah mengapa, aku malah berhenti.
Apakah ini karena aku kasihan? Ataukah karena harga diriku? Aku tak tahu.
"Boleh aku tanya sesuatu sebelum kau menghabisiku? Sebenarnya, kelasmu itu apa?" Tanya Anastasia.
Lagi-lagi pertanyaan ini?
Sungguh, aku tak ingin menjawabnya, tapi....
Kh, dengan dia menatapku serius seperti itu, mana mungkin aku bisa menolak pertanyaannya.
Kurasa sepenuhnya berbohong kepadanya akan menyisakan perasaan pahit di mulutku.
Sedikit saja, aku akan sedikit jujur kepadanya.
"Aku hanyalah Sword Master yang "beruntung.""
Setelah mendengar jawabanku, matanya terbelalak. Dia tersenyum puas lalu memejamkan kedua matanya. Meskipun dia tahu kalau aku tidak sepenuhnya menjawab pertanyaan dia, namun dia bereaksi seakan sudah mendapatkan jawaban yang ia cari-cari.
"Begitu ya, beruntung...."
"Sampai jumpa, Anastasia."
Aku menusuk perutnya.
Setelah Hp-bar-nya lenyap dari pojok kanan atas penglihatanku, tubuhnya mulai bercahaya dan berubah menjadi potongan-potongan piksel dan lenyap.
Kedua pedangnya-pun ikut lenyap bersamanya, bagai anak ayam yang mengikuti induknya.
Ting!
Sebuah pemberitahuan datang padaku. Nampaknya aku mendapatkan seluruh item miliknya, terkecuali item khusus seperti kostum. Begitu ya, ternyata aku bisa mendapatkan loot setelah mengalahkan pemain lain...
Ternyata dugaanku benar, aku sama sekali tidak mendapatkan Mana Potion.
Tapi ini membuka dua kemungkinan baru,
Satu, mereka benar-benar sudah kehabisan Mana Potion.
Dua, Andromeda lah yang memegang Mana Potion.
Bila aku menjadi Anastasia, kemungkinan besar aku akan mengambil pilihan kedua. Apalagi skill yang dimiliki Andromeda cukup menguras mana.
Hah... aku tak menduga akan semerepotkan ini.
Sudahlah, lupakan dulu semua itu untuk saat ini. Yang lebih penting, level-ku juga langsung melesat naik ke level sepuluh.
Yang artinya....
"Ah, aku mendapatkan skill baru."
Bruk!
Tubuhku terjatuh lemas.
Aah, tadi itu sungguh melelahkan. Hp dan mana ku benar-benar terkuras habis. Bila saja perhitunganku salah, aku pasti sudah kalah.
Aku juga terlalu banyak berpikir. Rasanya otakku bisa overload bila aku berpikir lagi.
Berbaring dengan lemasnya, aku menatap langit biru yang terik dan cerah. Awan tipis yang berhamburan di langit biru itu mirip seperti permen kapas, membuatku lapar saja.
Sekarang, aku hanya perlu meminum Healing lalu pergi membantu Zaki dan Cyra.
Semoga mereka baik-baik saja.