"Angkasa... Bangun, jangan tinggalin gue secepat ini." Bintang menangis tiada henti, ia menggenggam tangan Angkasa yang dingin. Beberapa selang dan alat lain menyatu di cowok itu, wajah Angkasa pucat. Kalau saja sekarag Angkasa sudah selesai dengan olimpiadenya dan membawa pulang prestasinya.
Rangga yang tak jauh dari Bintang pun menatapnya sendu, kata-kata dokter tadi pun masih teringat jelas, Bintang sudah tau. Tapi cewek itu tak henti-hentinya menangis. Virgo dan Pandu sudah lelah menenangkan Bintang mulai dari tingakh konyolnya, gurauan recehnya dan berbagai pose lucu.
"Dokter, bagaimana keadaan Angkasa? Dia akan selamat kan? Selamat kan dok?" tanya Bintang khawatir, dokter bernama Prabudi pun menggeleng.
"Maaf, kepalanya mengalami benturan keras. Dia juga mengalami pendarahan di otaknya, doakan saja yang terbaik. Karena kemungkinan pasien selamat itu sangat kecil." jelasnya, Bintang langsung menerobos pintu masuk UGD tak peduli dengan dua suster yang masih memeriksa keadaan Angkasa.
Ditengah keheningan Pandu mulai memikirkan bagaimana perincian kecelakaan ini. Mobil melaju normal dan tiba-tiba memilih terjun ke jurang, tak ada belokan untuk menghindar karena ada seseorang yang berusaha menjebak hal ini. Pandu mendapatkan informasi secepat ini dari Tio salah satu mata-mata sekaligus detektif handal di geng Elang.
Pandu menatap ponselnya, ah Tio memang pintar. Cowok ini sudah memfoto plat nomor sepeda yang ada logo geng Garuda, milik Farhan.
"Oh, jadi ini semua sudah direncanakan Farhan." gumam Pandu dan masih terdengar oleh Rangga dan Virgo, mereka menoleh heran.
"Kok bisa? Ada buktinya lo?" tanya Rangga penasaran, mana mungkin Farhan balas dendam sekejam ini dengan mencelakai Angkasa dan hampir merengut nyawanya, belum lagi dua siswa lainnya yang masih kritis, sedangkan sang sopir pun meninggal dunia karena terbentur jendela mobil keras dan kehabisan darah.
"Ada, ini. Liat aja ada logo geng Garuda, siapa lagi kalau bukan Farhan?" Pandu memperlihatkan pesan whatssap dari Tio. Terpampang jelas nomor itu. Rangga tersulut emosi. "Brengsek! Beraninya bikin nyawa Angkasa terancam! Liat aja lo!"
Virgo mengusap kepala Rangga, menjinakkan singa mengamuk. "Ssstt, jangan emosi Rang, kalau lo begini justru Farhan malah senang." sengaja Virgo memanggil 'Rang' agar Rangga luluh dan mengubur emosinya.
"Jangan panggil gue Rang dong, kayak berasa semut Rang-rang, Rangen¹. Kan panas toh dengarnya, gue ini ganteng, pesona yang tak bisa diremehkan, ada jambul katulistiwa, alis tebal, bibir tipis merah muda tanpa lipstik, dan tentunya putih karena lulur rempah setiap hari." keluh Rangga, Virgo dan Pandu tertawa. Ganteng iya, tapi ketika Rangga genit ke beberapa siswi saja cewek-cewek itu berlagak muntah mendengar gombalannya.
Rangga tertawa sinis. "Hahaha, sorry go, guyonan lo gak mempan buat sekarang. Gue lagi serius." setelahnya Rangga melangkah pergi. Pasti ia akan melakukan sesuatu, membalas Farhan dan itupun hanya Rangga sendiri yang menghadapi.
🌸🌸🌸
Pandu menepuk pundak Bintang, cewek ini tertidur kelelahan menangis. "Bintang, udah malam, ayo pulang. Biar Angkasa dijaga sama Virgo, gue temenin lo kok, gak bakalan ninggalin lo sendirian." bujuk Pandu, Bintang menggeleng.
"Gue masih pingin nungguin Angkasa disini, melihat dia sadar, gue pingin ngobrol banyak sama dia." tolak Bintang, Pandu mengangguk mengerti, tapi Bintang tidak ingin makan sejak siang tadi, sepulang sekolah pun Bintang ingin menjenguk Angkasa.
"Tapi besok masih sekolah, dan lo belum sarapan Bintang. Ayo puoang, apa lo gak ingat akan kata-kata Angkasa buat jaga diri baik-baik?" tanya Pandu lagi.
"Iya gue tau, tapi kalau buat melihat Angkasa 15 menit lagi, boleh ya?" pinta Bintang, Virgo mengiyakan yang terpenting Bintang mau pulang, bukannya menunggu Angkasa sampai lupa makan, Bintang harus sehat, sama seperti pesan Angkasa saat itu.
🌸🌸🌸
Virgo: Bintang udah tidur?
Pandu: Udah, Rangga udah balik gak? Tuh cowok PD level 100 mana ya?
Virgo: Gue gak tau, kayaknya Rangga merencanakan sesuatu. Kalau sampai dia menghadapi Farhan sendiri kita gak bisa mencengahnya. Gue sih pingin ngikutin Rangga, tapi Angkasa siapa yang jaga?
Pandu: Ya udahlah, pastinya Rangga itu manggil anak buah yang lain, gak mungkin juga hadapin Farhan sendirian.
Pandu melihat Bintang yang kini sudah terlelap, cewek itu memeluk boneka buaya milik Lala. 'Lo harus kuat dan kembali ceria, mana bawel lo? Jangan sedih, masih ada gue dan geng Elang lainnya yang siap menghibur lo dengan guyonan recehnya.'
🌸🌸🌸
Farhan menatap bosan dancefloor yang kini semuanya bergoyang mengikuti alunan musik. Farhan ada memesan lagi Vodka di bartender. "Satu lagi." jangan tanya masalah pembayarannya, bartender itu adalah anak buahnya, Ciko.
Suasana mendadak sepi, Rangga datang dengan 10 pasukan geng Elang lainnya. "Mana Farhan?! Keluar lo!" teriak Rangga lantang mengalahkan suara musik yang mengalun keras.
Farhan yang terpanggil pun berdiru, oh geng Elang sudah sangat jelas dengan jaket hitam dan berlogo elang dan bintang berjumlah 4 didalam lingkaran.
Rangga langsung menarik kerah baju Farhan. "Lo kan dibalik semua ini? Kalau sampai nyawa Angkasa gak selamat! Jeruji besi menyambut kedatangan lo!" teriak Rangga emosi, wajahnya memerah.
Ciko yang tak ingin club ini terdapat perkelahian pun turun tangan, memisahkan Farhan dan cowok beringas ini yang siap menonjok Farhan. "Sudah! Kalian semua pergi! Jangan membuat keributan di club ini." Ciko menujuk sebelas cowok berjaket hitam dengan logo Elang di dada kanannya. Rangga melepaskan cengkramannya. "Kali ini, lo selamat! Tapi besok,jangan harap!" Rangga pergi dengan rasa amarah yang terpendam, Farhan tidak akan ia bebaskan!
🌸🌸🌸
¹Rangen=Sejenis penyakit gatal dalam istilah bahasa Jawa.