Bismillah
"Ka..kamu sakit, Mal?. Wajahmu tampak kacau"
Riza menatap Akmal khawatir namun kemudian menundukkan pandangannya lagi.
Akmal menggelengkan kepalanya. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskanya perlahan. Masih dengan posisi duduk bersebelahan dan berjarak. Degup jantungnya pasti akan terdengar oleh orang di sekelilingnya jika saja waktu itu suasana sepi. Beruntung saat itu suasana di taman kota masih ramai.
"Apa kamu masih ingat waktu kita berkenalan dulu?"
"Emm.. aku akan selalu mengingatnya"
"What??!. Apa dia juga punya perasaan yang sama sepertiku?" Batin Akmal mendengar jawaban Riza, nampaknya ia mulai ge er.
"Alhamdulillah... Apa kamu tahu?". Lanjutnya.
Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan, seperti mencoba menerka arah pembicaraan dan pertanyaan laki-laki di sebelahnya.
Senja semakin merangkak dengan semburat jingga tua di ufuk barat namun tak membuat tempat itu menjadi sepi, bahkan banyak orang-orang yang baru berdatangan. Mungkin untuk melepas lelah setelah seharian bekerja di kantor ataupun mencari hiburan dan kuliner di malam hari.
Taman kota itu sangat luas dengan kolam dan air mancur berada di centernya. Ada beberapa bagian taman yang dirancang agar menarik dan membuat nyaman para pengunjungnya. Bangku-bangku taman dengan tiang-tiang lampu artistik di samping-sampingnya berjajar indah di sana.
Ada playground yang dibuat untuk memanjakan anak-anak, dari ayunan, perosotan, balok titian, jungkat jungkit dan beberapa permainan lain lagi yang ada di sana.
Trek untuk berlari dan olahraga ringan pun dapat dijadikan alasan untuk mengunjungi taman kota itu selain rumput hijau yang terhampar luas bak permadani dan pohon-pohon teduh yang menyegarkan di tengah-tengah kota Jogja yang panas jika siang hari.
Di bagian area luar terparkir kereta-keretaan, sepeda tandom, becak mini, andong mini, dll. Semua kendaraan yang disewakan itu dilengkapi dengan lampu hias beragam membuat suasana nampak romantis bagi muda mudi yang menginginkannya. Siapapun dapat menyewanya untuk mengelilingi taman kota tersebut hanya dengan merogoh uang yang tak terlalu dalam.
Jika telah lelah berjalan-jalan dan mengitari taman, pengunjung dapat menikmati wisata kuliner di sana dengan memasuki angkringan ataupun lesehan yang tersedia.
Taman kota itu merupakan paket lengkap yang disediakan secara gratisan oleh PEMDA setempat bagi yang ingin bercengkrama, bermain, berolahraga, ataupun yang hanya ingin berburu kuliner saja tanpa harus menguras kantong.
****
Sampai saat ini Gadis di sampingnya masih menunggu dengan sabar kelanjutan pertanyaan Akmal. Yah itu artinya sudah 10 menit yang lalu sejak Akmal melontarkan pertanyaan kepadanya, belum ada lagi kelanjutan kalimatnya.
Akmal seperti sedang susah payah menyusun kalimat yang ingin disampaikannya dan gadis itu membiarkannya, menunggunya dengan tenang sambil mengamat-amati satu persatu tempat-tempat di taman kota itu dari tempatnya ia duduk.
"Apa kamu tahu, Za?. Akmal mengulang pertanyaanya kembali setelah beberapa kali menghela nafas.
"Sejak saat itu..ng...aku..."
"Aku apa?" Riza tersenyum sendiri, merasa aneh dengan tingkah sahabatnya yang dari tadi menjadi semakin tidak jelas.
"Ng..aku suka kamu, Za. Kamu pasti kaget mendengarnya, tapi inilah perasaanku yang telah lama aku pendam baik-baik agar tak merusak persahabatan kita"
Gadis di sampingnya tebelalak, sepertinya ia terkejut. Mungkin jantungnya seperti hendak mencelos. Senyum di bibirnya menghilang begitu saja, berubah menjadi bingung dan tak percaya dengan kalimat yang baru saja didengarnya. Ia menatap mata Akmal yang duduk di sampingnya.
Mata mereka bertemu tapi Riza segera menundukkan pandangannya kembali. Dirinya tiba-tiba merasa malu pada laki-laki yang merupakan sahabatnya itu, hanya semburat merah jambu yang teringgal di pipinya. Akmal semakin gemas dengan tingkah Riza yang seperti itu. Andaikan dapat pasti ia telah mencubit mesra pipi gadis di sampingnya seraya membisikkan "I love you"
"Aku tahu ini salah, Za. Tapi aku juga nggak bisa mengingkari perasaanku karena rasa suka adalah anugrah dari Allah dan aku juga tak tahu kenapa harus kamu yang aku pilih".
Gadis di sampingnya seperti sedang berpikir keras. Raganya memang di sana tapi pikirannya entah melayang ke mana.
Akmal memandangi gadis itu, ia tak dapat serta merta mengalihkan pandangannya setelah apa yang ia ungkapkan tadi, walaupun sisi baiknya selalu mengingatkannya untuk menjaganya. Saat ini dirinya menunggu jawabannya meskipun dengan begitu ia nampak seperti laki-laki yang egois padahal dirinya tahu, tujuannya ke taman itu adalah agar Riza merasa terhibur tetapi mengapa sekarang ia seolah memaksanya untuk berhenti bersedih namun malah ia sendiri yang membuat suasana di hati gadis itu tak menentu dengan mendengarkan uangkapan perasaannya.
Ia hanya laki-laki biasa yang terus memaklumi kesalahannya jika sudah berurusan dengan gadis di sampingnya. Gadis yang selama ini membuat hidupnya selalu cerah berwarna.
Jika sudah bertemu dengan Riza, ia akan lupa bagaimana menjaga pandangannya. Kecerdasannya yang di bungkus rapi dengan sifat pendiamnya dan kecantikannya yang selalu terbalut serasi oleh hijab yang menutupi kepalanya, terjulur hingga menutupi bagian depan dadanya. Itu semua membuatnya menggila.
Beruntung ia masih punya fondasi agama yang kuat bekal dari keluarganya untuk tidak bersikap berlebihan dan sebisa mungkin menjaga pandangannya terhadap lawan jenis. Sejak SMP hingga saat ini banyak perempuan yang mendekatinya karena ketampanannya dan kekayaannya tapi ia selalu menolaknya, ia berprinsip akan memberikan hatinya untuk calon istrinya kelak. Meskipun akhirnya fondasi itu sedikit goyah ketika berhadapan dengan Riza. Jika saja menikah adalah hanya persoalan cinta saja mungkin setelah lulus SMA ia akan segera melamarnya.
(huh ternyata berat juga rasanya mencintai seseorang ya)
"Apa kamu ingin memberikan jawaban atas perasaanku?. Emm..maksudnya Aku tak akan memaksamu tapi aku harap cintaku tak bertepuk sebelah tangan"
(hah, kalimat macam apa itu? tak memaksa tapi seperti mengintimidasi. Dasar Akmal wkwkwk)
Riza masih terdiam dan wajahnya masih menunduk memandangi paving block yang ada di bawahnya.
"Jika kamu punya perasaan yang sama denganku tapi malu untuk mengungkapkannya, berjanjilah untuk menjaga hatimu untukku hingga kelak aku akan datang meminangmu" Akmal berkata lirih.
Suasana ramai disekelilingnya tak membuat hatinya menyamainya. Akhirnya ia pasrah, yang terpenting dirinya telah mengungkapkan perasaannya. Perkara Riza mau menerima perasaannya atau tidak ia akan tetap menunggu jawabannya dengan sabar seperti dirinya yang telah sabar menunggu waktu yang lama untuk mengungkapkan perasaannya.
"Yuk kita ke mobil sekarang, aku akan mengantarmu ke kostan"
"Tunggu .... Apa kamu mau berjanji?"
Akmal tak jadi melangkahkan kakinya, dirinya tak menyangka akhirnya Riza membuka suaranya. Ia duduk kembali dengan jantung berdebar-debar, menajamkan telinganya khawatir akan ada ucapan dari gadis itu yang terlewatkan.
"Apa kamu mau berjanji, Mal?"
"Insyaallah.. tapi janji apa!?"
"Setelah ini kamu akan tetap menjadi sahabatku, apapun jawabanku nanti. Tolong beri aku waktu"
Riza mengangkat wajahnya, matanya teduh membuat Akmal tak kuasa untuk menolaknya. Mata yang membuat hatinya selalu ingin memilikinya seorang diri.
Akhirnya Akmal bisa juga ngungkapin perasaannya ya, author juga merasa sedikit lega tinggal nunggu jawaban dari Riza.
****
Assalamualaikum..
Hai readers, terimakasih sudah terus membaca.
Jangan lupa subscribe dan beri vote nya ya, agar author lebih semangat lagi nulis ceritanya(^v^).