Bismillah...
"Assalamualaikum. Terimakasih sudah mengantarku, Mal"
"Oke, sama-sama. Selamat istirahat, Za. Jangan mikirin aku terus yah..hehehe". Seloroh Akmal setelah Riza turun dari mobilnya. Sekarang dirinya punya hobi baru yaitu menggoda Riza. Ia baru sadar jika pipi Riza akan meninggalkan semburat merah jambu jika terus digoda olehnya. Itu membuatnya tambah suka.
"Hmmm...mulai lagi" Riza memanyunkan bibirnya. Sejak dari taman kota tadi Akmal tak berhenti menggodanya, ia yang memang pemalu dan polos tak kuasa lagi menyembunyikan pipinya yang selalu menghangat jika terus-terusan digoda.
Ia memasuki gerbang kostan dan mengucapkan salam setelah Akmal melambaikan tangan dan melajukan mobilnya kembali dengan memutar arah. Adzan maghrib baru saja berkumandang saat ia menjejakkan kakinya ke dalam kostan.
Sholat berjamaah di mushola kostan sudah dimulai, diimami oleh mas Zaenal yang merupakan anak ibu Yani. Sebelumnya mas Zaenal berkuliah di Bandung karena ia diterima di salah satu Perguruan Tinggi Negeri Teknologi ternama di Bandung. Sudah satu tahun ini mas Zaenal kembali ke rumah berkumpul lagi dengan bu Yani karena telah menyelesaikan kuliahnya dan langsung lolos tes di salah satu kantor BUMN yang begerak di bidang kontruksi saat kantor itu membuka lowongan kerja di kotanya.
Riza mempercepat langkahnya, ia berniat untuk mengikuti sholat berjamaah tersebut dan mengambil mukena di kamarnya tanpa mandi terlebih dahulu. Setelah mengambil air wudhu, akhirnya ia dapat mengikuti masbuk di rakaat ke tiga.
Setelah mengucapkan salam dan berdoa, Riza mencium tangan bu Yani yang berada di shaf depannya dan kemudian bersalaman dengan mba Dian, mba Ratih, mba Laila, mba Husna, dan mba Heni.
Penghuni kost di tempat bu Yani masih sama seperti yang dulu, saat dirinya pertama kali kost di situ, karena bu Yani adalah orang yang ramah dan penyayang sehingga memperlakukan anak-anak yang kost di sana seperti anaknya sendiri. Sifat baik bu Yani membuat semua anak-anak betah untuk kost di sana dan tidak memikirkan untuk pindah dan mencari kostan yang lain. Hanya saja sekarang jenjang dan tingkat pendidikannya sudah semakin tinggi. Mba Dian dan mba Ratih sekarang sedang menyusun skripsi, Ketiga kakak kelasnya dulu di SMA yang sama sekarang juga sudah duduk di bangku kuliah tingkat dua dengan tempat perguruan tinggi yang berbeda-beda, sedangkan dirinya sekarang sudah kelas tiga SMA dan sekitar dua bulan lagi akan mengikuti ujian kelulusan.
Sekarang mereka semua yang ada di kostan bu Yani benar-benar seperti keluarga besar. Sudah tak ada lagi rasa pekewuh dan tidak enak karena mereka telah bersama-sama dalam waktu yang cukup lama.
Kembali ke mas Zaenal, anak satu-satunya bu Yani yang berparas ganteng dan macho khas laki-laki dengan kulit sawo matangnya itu adalah idola dan menjadi panutan anak-anak yang kost di sana.
Mas Zaenal bisa dijadikan tempat bertanya-tanya ataupun konsultasi gratis mengenai mata kuliah ataupun mata pelajaran oleh adik-adiknya (penghuni kost) yang kurang dipahami karena memang otak mas Zaenal cerdas. Entah itu benar-benar bertanya karena tidak paham ataupun hanya modus karena ingin berdekatan dengan mas Zaenal yang ganteng itu.
Bu Yani kadang hanya tersenyum melihat anak-anak kostnya yang terlihat centil dan mencari perhatian di depan anaknya. Ia memaklumi pesona Zaenal memang pasti akan dapat memikat gadis-gadis yang berada di sekelilingnya. Namun beliau juga selalu mengingatkan Zaenal agar tetap menjaga batasan dan jarak karena walau bagaimanapun mereka tidak punya ikatan darah dan berlawan jenis.
Riza berpamitan meninggalkan mushola terlebih dahulu karena ingin segera membersihkan dirinya ke kamar mandi. Badannya sudah terasa lengket karena ia pergi sejak pagi.
Terdengar suara merdu mas Zaenal yang mengaji ketika ia menuju ke kamarnya untuk menyimpan mukena dan mengambil perlengkapan mandinya. Sungguh ia kagum dengan pribadi mas Zaenal yang merupakan paket lengkap premium antara sholeh, cerdas, pekerja keras dan ganteng.
(Siapa yang tak menginginkannya coba? Wkwkw)
Setelah melaksanakana sholat isya di kamarnya, ia ke luar kamar berjalan ke ruangan makan. Di sana teman-temannya sudah akan mulai kegiatan makan malamnya setelah melaksanakan sholat isya berjamaah. Riza tak mengikuti sholat isya berjamaah karena tadi ketika adzan isya dirinya masih di dalam kamar mandi.
"Sini, Riz. Tinggal kamu saja nih yang baru datang". Mba Heni menyodorkan piring padanya. Teman-temannya memang terbiasa memanggil dengan nama singkatnya saja mkadang-kadang, Riz atau Za saja. Ia tak mempermasalahkannya.
Riza langsung menerima piring itu dan mengucapkan terimakasih pada mba Heni, kemudian ia mengambil nasi dengan lauknya. Mereka makan dalam diam.
Setelah selesai makan dan membersihkan bekasnya mereka menuju ruang televisi, menonton acara malam minggu favorit mereka yaitu acara siaran langsung MotoGP. Mereka selalu mengikutinya tanpa ada episode yang tertinggal. Teriakan mereka riuh rendah dan terdengar sampai ke penjuru kostan jika sang legenda MotoGP Valentino Rossi hampir tersalip oleh lawannya di lap lintasan.
Bu Yani dan mas Zaenal hanya geleng-geleng kepala jika mendengar teriakan-teriakan para gadis itu. Mereka sudah mahfum dan merasa lega karena anak-anak yang kost ditempatnya bukan tipe gadis yang suka kelayaban meskipun malam itu malam minggu. Hanya cukup membiasakan telinganya mendengarkan keriuhan dan gelak tawa lepas mereka, bu Yani sudah merasa tak khawatir dapat menjaga amanah dari para orang tua gadis-gadis itu.
****
"Ada yang mau ikut?"
"Kemana, mas?"
"Ke taman kota yuk, joging. Kalau mau, bentar lagi berangkat"
Mas Zaenal mengajak gadis-gadis kostan yang saat itu sedang kerjabakti membersihkan lingkungan kostan.
"Setengah jam lagi ya mas, ini belum selesai bebersihnya" Pinta mba Ratih
"Oke, saya ke dalam dulu ngajak ibu. Nanti saya keluar lagi udah siap ya"
"Siap,mas !!!" Jawab gadis-gadis itu bersamaan. Mereka langsung menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cepat, kemudian masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap.
Joging bersama minggu pagi ini bukan untuk pertama kalinya dilakukan, jika sedang santai mas Zaenal sering mengajak bu Yani dan gadis-gadis kostan untuk joging atau ke alun-alun kota. Mereka benar-benar seperti keluarga, mas Zaenal menganggap gadis-gadis itu sebagai adik-adiknya.
"Ayo berangkat" Ajak mas Zaenal setelah memanaskan mobilnya selama lima belas menit. Ia membukakan pintu mobil di sebelah bangku kemudi untuk ibunya, sementara para gadis duduk di bangku tengah dan belakang.
Setelah membaca doa, mobil pun berjalan dengan kecepatan sedang ke arah alun-alun kota. Suasana sudah mulai ramai walaupun waktu itu jam masih menunjukkan pukul 6.30 pagi.
"Mas, di sini" mba Laila melambai-lambaikan tangannya ke arah mas Zaenal yang telah memarkirkan mobilnya. Mas Zaenal mengangguk kemudian berjalan ke arah mereka berenam yang berdiri di dekat gerobak bubur ayam.
"Ibu mau di sini aja, apa mau ikut kita joging?"
"Ibu di sini saja, sambil mau lihat-lihat barangkali ada yang mau ibu beli di sini"
"Oh ya sudah kalau begitu, kami joging dulu ya bu.
Pamit mas Zaenal. "Ibu hati-hati di sini, kalau ada apa-apa langsung telpon, Zaenal".
"Iya, nak"
Mas Zaenal dan ke lima gadis itu menuju stadion, sudah ada beberapa club olahraga yang sedang melakukan latihan fisik di sana. Mas Zaenal juga sudah memulai jogingnya diikuti oleh ke limanya.
Setelah beberapa kali putaran dan mulai kelelahan, akhirnya mereka sepakat untuk menuju tempat bu Yani menunggu. Nafas mereka turun naik efek joging tadi.
"Ada yang mau minum nggak?
"Mau". Mau". Mau". "Mauuuu". Koor gadis-gadis itu ketika mendapatkan tawaran dari mas Zaenal. Mas Zaenal membelikan mereka air mineral dingin di jalan menuju gerobak bubur ayam yang masih agak jauh.
Alun-alun kota bertambah ramai dan panas karena matahari yang mulai berainar terik. Mba Dian menunjuk-nunjuk kerudung yang di pajang di sebrang jalan, masih dalam alun-alun kota. Setelah pamit pada mas Zaenal untuk melihat-lihat kerudung yang dipajang di sebrang jalan sana, mba Dian mengajak mba Ratih menyebrang jalan.
Beberapa langkah setelah rombongan mas Zaenal berjalan, tiba-tiba suara benturan keras terdengar di belakangnya.
"Brakkkk!!!!"
"Aaaaaaakh!!!!"
****
Assalamualaikum..
Hai readers, terimakasih sudah terus membaca.
Jangan lupa subscribe dan beri vote nya ya, agar author lebih semangat lagi menulis
(^v^).
Cerita ini masih terus bersambung jadi jangan lewatkan chapternya, yang tambah lama tambah bikin penasaran..