Bismillah...
Beberapa bulan kemudian...
Sore itu di hari Jum'at, yang berarti besok adalah hari untuk menikmati weekend karena sekolahnya libur hari Sabtu dan Minggu. Riza menghempaskan tubuhnya yang telah bersih dan wangi ke atas kasur. Ia menarik nafasnya kuat-kuat dan menghembuskannya pelan-pelan berusaha mengusir rasa penat yang kini sedang mendera. Merefresh kan dirinya, berguling ke sana ke mari di atas ranjang ukuran singlenya.
Sejak Semester dua, dia benar-benar tak membiarkan dirinya bersantai-santai. Tujuannya hanya satu, lulus dengan nilai memuaskan agar pengorbanannya untuk bersekolah di kota dan jauh dari ibunya terbayarkan .
Dua minggu lagi Ujian Nasional akan diikutinya karena Ujian Praktik dan Ujian Sekolah telah dilalui. Itu artinya sebentar lagi dirinya juga akan bertemu dengan ibunya. Terakhir bertemu adalah saat libur semester ganjil. Meskipun tidak dapat bertemu dalam waktu yang lama dengan bu Leni, Riza tetap bertukar kabar lewat handphone setiap hari untuk mengobati rasa kangennya.
Matanya kini menjelajah setiap sudut kamarnya dan berhenti saat menangkap sebuah buku yang tertata rapih di meja belajarnya. Ia penasaran dan bergerak turun dari ranjangnya kemudian berjalan untuk meraih buku itu, Ia membolak-balikkannya mencoba mengingat.
Perlahan ia membuka buku yang masih bersegel plastik itu. Ia mengingat-ngingatnya, kurang lebih sudah setahun yang lalu ia mendapatkan buku itu di laci mejanya di sekolah.
Siapa lagi yang mengirimnya kalau bukan si pengagum rahasia yang selalu meletakkan barang-barang yang diperuntukkan untuk Riza di sana, di laci mejanya atau ia titipkan pada seseorang yang tak dikenalnya yang ia mintai tolong untuk menyerahkannya pada Riza.
Barang-barang pemberian dari pengagum rahasianya ia kumpulkan dalam box besar tanpa mengetahui isinya karena masih lengkap dengan kertas kado pembungkusnya, ia tak berminat untuk mengetahuinya. Berbeda dengan buku yang tak ia kumpulkan bersama barang-barang yang lain dan diletakkan di atas meja belajarnya.
Setelah menyobek plastik segelnya dengan hati-hati, Riza membaca buku itu. Sebuah novel dengan judul "Cintaku Hadir karena Allah" karangan seorang penulis yang cukup terkenal dengan novel-novelnya yang bergenre teenage ataupun romansa religi. Novel dengan jumlah lembaran yang tidak akan habis dibaca dalam waktu satu atau dua hari meskipun sudah meluangkan waktu untuk lembur membaca dengan dikurangi waktu untuk bersekolah dan melakukan beberapa kegiatan lainnya. Novel itu sangat tebal, Riza tersenyum tipis melihat angka yang tercetak di bagian bawah halaman paling akhir yaitu 620 halaman.
80 BAB, Riza membaca daftar isi dan sinopsisnya terlebih dahulu sebelum membacanya ke bagian dalam. Ia merasa tertarik dengan kisah di dalam novel yang sedang dipegangnya. Saat ia akan beranjak ke halaman berikutnya, suara nada pesan dari WA masuk ke dalam handphonnya.
Akmal send : "Assalamualaikum. Za, lagi sibuk nggak?"
Riza send : "Waalaikumsalam. Nggak cuma lagi mau baca. Kenapa?"
Akmal send : "Siap-siap ya, besok mam mau ke kostan mau ngajakin kamu jalan katanya"
Riza menimbang-nimbang kemudian send : "Mmm... Iya, deh. Insyaallah"
Mereka berbalas pesan sebentar sebelum Akmal menutup percakapan WA nya. Layar handphone kembali ke mode wallpaper setelah beberapa saat Riza tak menyentuhnya lagi.
Sejak Riza dan kedua sahabatnya berkunjung ke rumah akmal saat syukuran dan khitbah mba Zihan, mam Najmi sering memintanya untuk bertandang ke rumahnya jika akhir minggu ia tidak ada kegiatan. Apalagi setelah beberapa bulan yang lalu mba Zihan menikah dengan mas Riski, mam Najmi merasa sangat kesepian, dan sudah beberapa kali dirinya menginap di rumah karena permintaan .
Mam Najmi sudah menganggap Riza seperti anaknya sendiri. Entah mengapa sejak bertemu dengannya beliau langsung tertarik pada gadis cantik yang pendiam dan berhijab itu. Beliau menganggap Riza bagian dari keluarganya.
Malam itu Riza tertidur dengan posisi memeluk novel yang sebelumnya ia baca. Dirinya tak kuat menahan kantuk di matanya saat membaca novel itu. Bahkan ketika ada suara sayup-sayup mengetuk pintu kamarnya dari luar, ia berada di antara ambang kesadarannya.
****
Pagi itu Riza sudah nampak segar, ia memakai baju warna pastel dengan kerudung senada membuat siapapun yang tidak sengaja melihatnya akan menatapnya kembali untuk ke dua kalinya dan mengamati gadis pemilik wajah oval yang cantik tersebut. Sambil menunggu mam Najmi, Riza membereskan dan membersihkan kamarnya sendiri. Pintu kamar dibukanya lebar-lebar agar udara dari luar yang masih segar di pagi itu dapat masuk dengan bebas menggantikan udara yang ada di kamarnya.
"Hai, Za. Pagi-pagi sudah cantik begini. Mau kemana sih?" Tiba-tiba mba Laila sudah ada ambang pintu kamar, ia bertanya dengan mata menggoda.
"Eh.. ada mba Laila"
"Semalam mba ketuk-ketuk kamar kamu tapi nggak ada jawaban, Za"
"Iya mba, semalam aku ngantuk banget. Tadinya juga aku lagi baca novel tapi nggak tahunya malah ketiduran.
"Ooh...hehehe. Kecapean ya, Za?"
"Iya,.mba..ngantuk banget"
Mereka asik mengobrol, hingga tak sadar ada sepasang mata yang mengamatinya dari dalam rumah bu Yani yang letaknya persis di sebrang kamar Riza. Tin..Tin!!! suara klakson mobil di depan kostan menghentikan percakapan santai keduanya.
"Mba, aku pergi dulu ya. Itu udah ada yang nyamper"
"Iya, Riz..hati-hati. Jangan lupa nanti cerita-cerita ya" Kerlingnya.
"Apaan sih,mba? Bibirnya dibuat mengerucut dengan lucu. "Insyaallah, mba. makasih. Assalamualaikum" Riza meninggalkan mba Laila setelah mengunci kamar kostannya.
Mobil Akmal sudah terparkir di depan kostan, Riza membuka pintu mobil bagian tengah mengucapkan salam dan salim pada mam Najmi dengan takzim.
"Wah.. wah.. calon mantu mam ini memang tiada duanya ya.. udah cantik, cerdas, sholehah pula" Mam Najmi masih menggenggam tangan Riza sambil memujinya. Riza tersenyum tipis dan menunduk, namun rona merah jambu selalu tertinggal di pipinya jika ia merasa malu.
Mam Najmi selalu menyebutnya calon mantu, belaiau memang sangat menyukai Riza dan berharap kelak gadis itu menjadi teman hidup anaknya. Akmal menatap Riza dari kaca spion tengah, kemudian terulas aenyum di bibirnya. Perasaannya selalu menghangat jika bersama gadis itu, apa lagi jika melihat semburat merah jambu di pipinya yang semakin membuatnya gemas.
Akmal melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Riza sudah sarapan?". Mam Najmi bertanya.
"Mmm..." Riza bingung menjawabnya, ia malu. Mengetahui keadaan Riza yang tak memberikan jawaban karena sifatnya yang pemalu itu mam Najmi meminta Akmal untuk berhenti di kios langganan.
"Mal, berhenti di kios bubur ayam langganan ya" Perintahnya
"Oke, mam"
Akmal melambatkan laju mobilnya dan berhenti di depan sebuah kios bubur ayam yang luas dan bersih. Keramaian nampak di kios itu.
"Ayo masuk, Za" Tangan mam Najmi menggamit tangan Riza.
"Kemarin mba Zihan sudah nikah, lha ini siapa, bu?" Tukang bubur yang sudah mulai sepuh itu bertanya pada mam Najmi.
"Insyaallah ini calon mantu saya, pak Min"
"Lho..iya to?. Wah.. mas Akmal pinteran nyari calon istri ya?"
Akmal berseri-seri mendengar pujian pak Min, berbeda dengan Riza yang malah menunduk menampilkan semburat merah jambu di pipinya. Ia menahan nafas merasa kikuk, seperti yang sudah-sudah mam Najmi dan pak Toni selalu mengenalkan pada orang-orang yang bertanya jika Riza adalah calon mantunya.
Setelah menyebutkan pesanannya, mereka bertiga duduk menunggu di bangku yang telah disediakan.
"Hari ini kita mau nyari perabot dan barang-barang buat rumah yang baru selesai dibangun bulan kemarin. Nanti bantu mam, milih barang-barangnya yang cocok ya, Za"
Riza mengiyakan rencana mam Najmi Ia tak bisa membohongi perasaannya jika ia merasa nyaman berada di tengah-tengah keluarga Akmal, meskipun saat ini ia belum memberikan jawaban atas perasaan pemuda itu. Dirinya hanya ingin menjalaninya hingga merasa yakin akan perasaannya.
Bubur ayam yang dipesan datang setelah beberapa menit mereka duduk. Setelah mengucapkan terimakasih, mereka makan dalam diam.
(Kalau ada yang ngikutin update-an dari episode-episode awal pasti bakalan bisa nebak siapa pengagum rahasia itu dilihat dari judul novel yang akhirnya Riza baca...
wait..masih berlanjut ya ceritanya)
****
Assalamualaikum..
Hai readers, terimakasih sudah terus membaca.
Maaf kemarin nggak bisa update karena kesibukan pekerjaan.
Jangan lupa subscribe dan beri vote nya ya, agar author lebih semangat lagi nulis ceritanya(^v^).
t